Share

Part 6 Diblokir

Kemarin Bian bisa lega sejenak. Sahabatnya menghubunginya bukan untuk membahas Yuna. Arga justru menggodanya karena belakangan ini adiknya tampak bahagia. Bian justru dilanda dilema berat. Permintaan aneh Yuna perlahan membuatnya migrain.

Keresahannya itu tak luput dari mata kedua orang tuanya. Andra dan Amba sejujurnya sangat penasaran. Akan tetapi, mereka juga enggan bertanya karena menduga jika semua itu ada hubungannya dengan Yuna.

“Setelah mengatakan permintaan gilanya itu, kenapa gadis ini tidak membalas satu pun pesan dariku?” gumam Bian melempar ponselnya ke sofa.

“Tumben kamu pulang cepat? Biasanya kalau nggak nemenin Yuna, kamu milih lembur di kantor. Oh … mama lupa, dia udah bisa nyetir, jadi nggak bakalan mau repotin kamu lagi,” ucap Amba meletakkan camilan di meja.

“Mama habis arisan?” tanya sang suami dan Amba mengangguk.

“Kenapa tidak minta dijemput sama papa? Bukannya Mama biasanya arisan di kafe dekat kantor?” tanya Andra mengernyit heran.

Amba menghela napas lalu berujar, “Mama kira Papa ada rapat. Soalnya pesan mama nggak Papa balas. Jadi ya, mama pulang sendiri. Supir kita kan lagi cuti, ya mama cuma mencoba mandiri aja. Masa mau repotin Papa buat hal sepele?”

Andra menggeleng tak setuju lalu menukas, “Itu bukan hal sepele, Ma. Papa mempekerjakan supir yang papa percaya demi keamanan Mama. Kalau Mama sembarangan naik taksi, terus di jalan kenapa-napa, bagaimana? Sekarang itu begal merajalela. Mereka kadang beraksi bahkan saat siang bolong sekalipun. Mama lupa kalau dulu taksinya Yuna pernah dicegat preman?”

“Pa!” Amba melotot melirik putra sulungnya. Andra mengatupkan bibir karena keceplosan.

“Maksud Papa apa? Taksinya Yuna? Yuna pernah dibegal?” tanya Bian tersentak. Ia sama sekali tidak tahu hal ini.

“Ka-kapan?” tanyanya lagi menatap papa dan mamanya bergantian.

Amba menghela napas berat. Hal yang disembunyikan dengan serapi mungkin, nyatanya tetap terbongkar.

“Awal bulan kemarin, waktu Yuna pulang dari kantor perusahaan kita. Kamu kan milih lembur daripada anterin dia pulang? Jadi dia pesan taksi online buat pulang. Untung supir kita Pak Ari yang anterin makanan buat kamu, ngikutin taksinya Yuna dari belakang. Tapi saat nolongin Yuna, Pak Ari kena pukul lengan sama bahu kanannya,” papar Amba santai sambil membolak-balik majalah di pangkuannya.

Menatap mamanya yang diam tanpa melanjutkan ceritanya, Bian menoleh pada papanya. Pria paruh baya itu sibuk dengan ponselnya. Merasakan senggolan kaki putranya, Andra menghela napas berat.

“Yuna nggak mau kalau kamu sampai tahu. Dia nggak mau kamu merasa bersalah dan tidak konsentrasi persiapkan rapat dengan klien dari Thailand. Jadi papa kasih Pak Ari cuti sampai dia sembuh. Papa minta dia berobat jalan di kampungnya. Katanya, kalau di sana diurut, bisa cepat sembuh. Sekalian dia jengukin orang tuanya. Yuna juga tidak mau keluarganya tahu kejadian ini,” jelas Andra pada putranya.

Bukannya lega mendengar penjelasan orang tuanya, Bian jadi makin sakit kepala. Ditambah lagi ia semakin merasa bersalah.

“Apa itu yang jadi alasan kenapa dia tiba-tiba belajar menyetir?” gumam Bian.

“Oh, baguslah kalau kamu sadar. Kirain otak kamu isinya cuma produk pabrik sama klien-klien kamu,” sindir Amba yang rasanya puas sudah mengungkapkan isi hatinya.

“Mau ke mana?” tanya Andra melihat putranya meraih kunci mobil.

“Mau ketemu Yuna,” jawab Bian.

“Telat, dia udah pergi sama teman-temannya,” kata Amba tanpa menoleh.

Bian mengernyit lalu bertanya, “Ke mana? Kok Mama tahu?”

“Ke salon sama teman-temannya. Mama tahu karena lihat postingan sosmednya,” jawab Amba. Andra segera memberi isyarat agar putranya mencari tahu salon mana yang didatangi Yuna.

Amba mengulas senyum mengejek. “Jangan bilang kamu nggak tahu salon langganannya Yuna? Setengah tahun pacaran sama Yuna, sepertinya kamu nggak kenal gadis itu. Mama kayaknya bakalan tambah muda deh, karena bisa ngetawain kamu, Bian,” sindir wanita berambut bob itu terkekeh.

Menahan kesal, Bian membuka sosial medianya. Ia enggan mengirim pesan. Anggap saja ia datang ke sana untuk memberi kejutan pada Yuna.

Namun, dari sekian banyak sosial media yang digunakannya, Bian tidak bisa melakukan apa pun. Tangannya terkepal menyadari jika Yuna memblokir akunnya.

“Ma, pinjam ponsel Mama dong,” pinta Bian.

“Loh, memangnya kenapa?” tanya Amba heran. Andra juga turut mengernyit karena kedua matanya melihat ponsel putranya masih aktif, tidak lowbat.

“Yuna blokir kontak sama akunnya Bian,” jawabnya memejamkan mata menahan malu ketika suara tawa mamanya mulai terdengar.

“Kok bisa? Kamu buat salah apa sama Yuna? Jangan bilang kamu membuat anak gadis orang menangis, Bian! Jangan sampai papinya juga marah sama papa gara-gara kelakuan kamu!” cecar papanya.

Bian hanya bisa diam menelan salivanya. Belum selesai satu masalah, sekarang tambah satu lagi.

“Kayaknya, gue harus minta bantuan Arga,” batin Bian mulai menekan kontak sahabatnya.

Bian mulai melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan. Setelah mengulang panggilan telpon yang kesekian kalinya, akhirnya Arga menjawab telpon dari Bian.

“Halo, lo di mana, Ga? Lama amat jawab telpon?” tanya Bian.

Terdengar suara lenguhan di seberang sana. Bian menebak sahabatnya baru saja bangun tidur. Ia cukup memahami kondisi Arga yang sedang ditimpa masalah besar.

Lo kenapa teror gue?” tanya Arga dengan suara malasnya.

“Yuna ke salon mana? Salon langganannya di mana?” tanya Bian to the point.

Nggak tahu. Kayaknya adek gue pergi pas gue lagi tidur,” jawab Arga yang mulai beringsut turun dari tempat tidur.

Bian menghela nafas lesu lalu berujar, “Kalau lo nggak tahu, buruan kirim pesan sama Yuna. Nomor sama akun sosmed juga sampai diblokir semua. Heran gue, dia kenapa?”

Ya nggak tahu, lo tanya aja sendiri sama Yuna.”

“Ya sudah, buruan lo telpon dia dan kirimin alamatnya. Gue mau samperin sekarang,” pinta Bian mengakhiri percakapan.

“Ke mana perginya gadis manja yang selalu merengek minta waktu bertemu denganku? Aku merasa dicampakan sebelum benar-benar putus,” batin Bian membuka galeri ponselnya mencari foto Yuna.

Semakin lama jarinya menggulir layar ponsel, tak satu pun ia dapati foto Yuna. “Apa dia sengaja menghapus fotonya saat meminjam ponselku kemarin?” gumam Bian merasa ada yang tidak beres dengan tingkah Yuna belakangan ini.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status