Dua minggu berlalu.
Sejauh ini, Xander memang tak melakukan hal apapun terhadap Mischa. Xander bukan tipe lelaki yang gegabah dalam bertindak. Sebelum hasil tes DNA keluar, Xander tak ingin melakukan tindakan bodoh yang justru akan mempermalukan dirinya sendiri. Untuk itulah dia perlu bersabar.
Dan hari ini, sekembalinya Jarvis dari rumah sakit setelah mengambil hasil tes DNA Xander, ditemuinya di gedung perkantoran perusahaan Malik Grup, laki-laki brewok itu langsung memberikan hasil tes DNA itu pada sang Bos.
"Anak bernama Arsen itu memang anak kandungmu, Bos. Hasil tes DNA kalian positif," beritahu Jarvis saat itu.
Jarvis melihat satu kali tarikan napas panjang Xander saat itu. Sebagai orang terdekat Xander, Jarvis tahu bahwa kabar ini bukanlah kabar baik.
Xander belum berbicara apapun. Tatapannya masih tertuju meneliti berkas hasil tes DNA di tangannya.
"Jadi, selama ini kita sudah benar-benar tertipu!" Ucap Xander kemudian. Wajahnya terlihat merah padam dengan ke dua rahangnya yang mengeras. Dia melempar berkas di tangannya dengan kasar ke atas meja kerjanya.
"Benar Bos. Jika memang Mischa adalah wanita yang tidur bersama anda di Club malam itu, itu artinya wanita bernama Aliana Puri Cendana telah membohongi kita! Dan dari informasi yang berhasil aku gali tentang Aliana, aku mendapati bahwa Aliana memang memiliki hubungan dekat dengan Mischa," tambah Jarvis lagi.
"Apa? Jadi mereka saling mengenal satu sama lain?" Xander terlihat begitu kaget. Kenyataan ini benar-benar membuatnya muak.
"Benar Bos. Aliana adalah sahabat dekat Mischa sewaktu mereka magang di perusahaan Malik Grup. Mereka satu angkatan di Universitas,"
Xander benar-benar tidak percaya dengan semua kenyataan ini. Dirinya sudah ditipu habis-habisan selama ini oleh wanita-wanita jalang itu!
Brengsek!
Tubuh Xander terhempas ke sandaran kursi kebesarannya. Sesekali dia memijat pangkal hidungnya. "Lalu, bagaimana dengan Mischa sendiri, informasi apalagi yang berhasil kamu dapatkan tentang wanita itu?"
"Mischa adalah anak tunggal dan ke dua orang tuanya masih hidup. Mereka tinggal di Surabaya. Ayah Mischa adalah seorang pensiunan PNS. Sedangkan Ibunya membuka usaha Catring di kediaman mereka di Surabaya. Pak Arthur mengatakan, sewaktu Mischa magang di perusahaan ini bersama Aliana, Mischa itu termasuk karyawan yang rajin dan pintar. Tapi anehnya sebelum tiga bulan masa magangnya berakhir, Mischa sudah lebih dulu mengundurkan diri. Usia Arsen saat ini tepat lima tahun, dan kejadian itu berlalu sudah hampir enam tahun, jadi ada kemungkinan, sewaktu Mischa mengundurkan diri dari perusahaan Malik Grup, dia sedang mengandung Arsen,"
"Kemarin aku sudah mendatangi lapas untuk bertemu dengan Aliana dan memintanya untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi malam itu, tapi Aliana memilih untuk bungkam, Bos,"
"Aku sendiri menyimpulkan, pengakuan Aliana hari itu mungkin karena dia ingin melindungi Mischa, Bos," tutur Jarvis panjang lebar.
Xander menggeram di kursi kebesarannya.
Pikirannya penuh oleh dua sosok perempuan bernama Mischa dan Aliana.
Xander paling anti diusik. Itulah sebabnya, siapapun manusia yang berani mengusiknya, pasti akan berakhir mengenaskan seperti nasib Aliana selama ini.
Dan kali ini, Xander tak akan tinggal diam terhadap wanita bernama Mischa.
Xander akan memastikan, bahwa Mischa, harus mendapat ganjaran setimpal atas perbuatannya selama ini.
"Jarvis, suruh orang untuk memata-matai Mischa. Aku ingin tahu, apa ada pihak lain dibalik semua kejadian ini!" Ucap Xander dengan tatapan bengisnya.
Kali ini, kamu tidak akan bisa lolos dariku, Mischa!
Bitch!
Xander dan Jarvis masih melanjutkan percakapan mereka di dalam ruangan saat tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di luar.
"LEPASKAN AKU! BIARKAN AKU BERTEMU DENGAN XANDER!" teriak seorang lelaki yang terlihat mengamuk. Dia ingin menerobos masuk ke dalam ruangan Xander namun tubuhnya ditahan beberapa security.
"XANDER! KELUAR KAU! BRENGSEK! KAU TIDAK BISA MEMECATKU SEPERTI INI!" teriaknya lagi seperti orang kesetanan. Keributan itu jelas menarik perhatian beberapa karyawan lain.
Saat itu, bukan Xander yang keluar dari ruangan melainkan Jarvis.
Jarvis meminta para karyawan kembali bekerja.
"Lepaskan dia," perintah Jarvis pada para security itu.
Lelaki bernama Daniel itu pun langsung membenahi kemejanya yang berantakan. Wajahnya masih terlihat marah. "Mana Xander? Aku ingin bicara!" tegasnya pada Jarvis.
"Kamu tahukan ini tempat umum? Kehadiranmu di sini menimbulkan keributan, mari kita bicara di tempat lain," ucap Jarvis dengan logat santai. Dia mengajak Daniel pergi dari depan pintu ruangan Xander, tapi sayang Daniel tidak mau. Kedatangannya ke sini untuk bertemu Xander, bukan Jarvis.
"Aku tidak akan pergi sebelum Xander menjelaskan alasan kenapa dia memecatku!" tegas Daniel lagi.
"Aku pikir, kamu ini orang berpendidikan. Mari kita bicarakan baik-baik. Xander saat ini sedang sibuk. Bicara denganku saja, mari kita cari tempat untuk bicara," ajak Jarvis lagi. Senyum ramahnya terkembang sempurna. Dia menepuk bahu Daniel sebelum melangkah menjauh dari ruangan Xander. Untungnya, kali ini Daniel tidak melawan. Dia menurut dan berjalan mengikuti langkah Jarvis. Sementara beberapa security masih tetap mengikuti langkah mereka.
Tiba di sebuah toilet karyawan, Jarvis menghentikan langkahnya. Dia membuka pintu toilet dan mendorong paksa Daniel masuk ke dalam toilet.
"Kalian, tunggu di sini," perintah Jarvis pada tiga orang security untuk berjaga di depan pintu toilet sebelum dia menutup pintu itu rapat-rapat.
Daniel terlihat begitu terkejut dengan tubuhnya yang terhempas ke dinding toilet akibat dorongan Jarvis.
"Apa yang kamu inginkan? Katakan!" ucap Jarvis dingin. Dia berkacak pinggang dihadapan Daniel.
Daniel tersenyum remeh. Nyatanya, Jarvis dan Xander memang sama saja. Sama-sama brengsek dan bermuka dua. "Aku hanya akan bicara dengan Xander!"
"Apa yang kamu katakan? Kamu bilang apa tadi?" ulang Jarvis yang mulai terlihat jengkel.
"Aku sudah bekerja di perusahaan ini bahkan lebih lama dari kau! Jadi bagaimana bisa dia memecatku tanpa alasan!"
Jarvis tertawa renyah sebelum akhirnya dia kembali mendesak tubuh Daniel ke dinding. "Heh, brengsek! Kamu pikir aku tidak tahu, kalau selama ini kamu yang sudah membocorkan rahasia perusahaan Malik Grup ke Butterfly? Sekarang bisa-bisanya kamu mengatakan bahwa Xander memecatmu tanpa alasan! Lebih baik kamu berkaca dulu sebelum bicara! Bajingan tengik!" Jarvis semakin mempererat cekikan tangannya di kerah kemeja Daniel. Kali ini, Daniel benar-benar memancing emosinya.
"Perlu kamu tahu, harusnya kamu itu berterima kasih pada Xander karena dia hanya memecatmu! Mungkin jika aku jadi Xander, aku tidak hanya akan memecat pengkhianat macam dirimu, tapi aku akan pastikan hidupmu membusuk di penjara!" ancam Jarvis lagi.
Sayangnya ancaman itu tidak mempan untuk Daniel.
"Kamu itu hanya mantan gengster! Kamu itu mafia yang sudah diselamatkan Xander! Hidup menjadi kacung Xander tidak akan membuatmu mendapat apa yang kamu inginkan! Xander itu kejam! Dia tidak tahu bagaimana cara menghargai orang lain!" sentak Daniel sama kerasnya.
BUGHHH!!!
Satu hantaman kuat mendarat di rahang Daniel hingga tubuh lelaki itu tersungkur ke lantai toilet dengan sudut bibir yang berdarah.
Jarvis berjongkok di sisi Daniel yang terlihat kesakitan. "Sebaiknya kamu pergi sekarang sebelum aku benar-benar marah!" bisik Jarvis pelan. Dia masih berusaha untuk tidak larut dalam emosinya.
"Cih! Kamu pikir kamu itu siapa, Hah? Kamu itu hanya anjing peliharaannya Xander! Aku sama sekali tidak takut padamu! Aku bahkan tidak takut pada Xander! Lihat saja nanti, pembalasan akan lebih menyakitkan dari apa yang sudah kalian lakukan padaku!"
Ucapan Daniel kali ini terdengar lucu di telinga Jarvis. Sepertinya hanya akan membuang-buang waktu saja jika dia masih harus meladeni manusia bernama Daniel itu, hingga akhirnya, Jarvis pun berdiri dan berniat untuk pergi.
"Katakan pada Xander, aku akan membalas perbuatannya!" teriak Daniel lagi sebelum Jarvis benar-benar keluar dari toilet.
Jarvis menghentikan langkahnya. Dia menoleh kembali ke belakang.
"Baiklah, aku tunggu, seberapa besar nyalimu!" tantang Jarvis berusaha sesantai mungkin. Meski dalam hati, ingin rasanya dia menjahit mulut kurang ajar manusia itu bernama Daniel itu.
Dasar manusia tak tahu diri!
Umpat Jarvis dalam hati.
*****
Di sebuah mansion besar di Paris, Perancis seorang wanita setengah baya terlihat sibuk dengan ponsel yang menempel di telinga kirinya.
Dia berjalan dari sisi ranjang tempat tidurnya ke arah jendela.
"Selamat pagi nyonya Malik, saya baru mendapat kabar dari Indonesia bahwa rumor mengenai Xander yang memiliki anak dari seorang pelacur itu benar Nyonya. Nama anak itu Arsen. Sekarang dia berumur lima tahun. Fotonya akan saya kirim segera ke ponsel anda, Nyonya," ucap sebuah suara di seberang.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis. Gurat halus diwajahnya terlihat menjelas. Meski kini usianya sudah menginjak kepala tujuh, namun dirinya terlihat masih seperti wanita berumur empat puluh tahunan. Semua itu berkat perawatan kulit dan olahraga rutin serta pola hidup sehat yang dijalaninya selama ini.
Pembicaraan itu berakhir dengan terkirimnya sebuah foto seorang bocah lelaki bernama Arsenio Malik Akbar di ponselnya.
Wanita itu tertawa sinis.
Aku tidak perduli siapa identitas Ibumu, Arsen, yang jelas dalam darahmu mengalir darah Xander. Kamu akan menjadi satu-satunya pewaris keluarga Malik dan itu artinya...
Wanita itu menggantung kalimat yang dia ucapkan di dalam hatinya.
Tatapannya terus tertuju pada foto Arsen di gawainya.
"Kamu harus aku dapatkan secara utuh!" ucapnya pelan tapi penuh penekanan.
Dia kembali menghubungi seseorang di telepon.
"Halo, Sean? Ini aku Sarah. Tolong siapkan tiket penerbangan menuju Indonesia sore ini, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan cicitku,"
Pagi itu, gedung perkantoran bagian Administrasi Hotel Butterfly terlihat ramai. Beberapa wartawan terlihat memenuhi pintu masuk gedung.Sebuah lamborghini hitam terlihat memasuki area pelataran parkir diikuti sebuah sedan hitam di belakang.Sebelum sang pemilik lamborghini itu keluar dari kendaraannya, beberapa bodyguard keluar dari sedan hitam dan berjalan mendekat ke arah mobil di depan mereka.Seorang Aktor pendatang baru dengan gaya casualnya terlihat keluar dari lamborghini itu. Dirinya berhasil menghindar dari kerumunan wartawan berkat pengawalan ekstra ketat dari para bodyguardnya. Dia berjalan memasuki gedung perkantoran Hotel.Kedatangannya disambut oleh beberapa manager hotel."Selamat datang Pak Aldrian, kedatangan anda sudah di tunggu oleh dewan direksi untuk rapat saham hari ini," ucap salah satu manager hotel.Aldrian Bharata Yuda, sang pewaris tunggal Hotel
"Napi atas nama Aliana? Ada yang ingin bertemu denganmu," panggil seorang sipir penjara. Dia membuka sel tahanan di mana wanita bernama Aliana berada.Salah satu tahanan wanita di dalam sel itu mendongak. Sebelum berdiri, dia merapikan sejenak rambut panjangnya yang awut-awutan karena jarang disisir.Tanpa bertanya Aliana keluar dari sel tahanan dan mengikuti langkah sang sipir wanita dihadapannya. Dia berpikir, ada kemungkinan orang yang ingin menemuinya saat ini adalah Jarvis.Pasti lelaki itu hendak menanyakan tentang Mischa lagi!Terka Aliana membatin.Jika memang benar begitu, jangan harap aku akan memberinya informasi. Bahkan untuk membuka mulutku saja rasanya aku enggan!Saat
Sebuah mobil mewah berwarna putih terparkir di lahan parkir rumah susun di Blok S.Seorang wanita setengah baya terlihat keluar dari balik mobil itu setelah pintunya dibukakan oleh sang supir pribadinya.Wanita itu mendongakkan kepalanya menatap ke arah ketinggian rumah susun sepuluh lantai itu.Kumuh dan Jorok.Itulah kesan pertama yang berhasil dia tangkap oleh penglihatannya.Seorang lelaki terlihat menghampiri wanita itu dengan senyuman yang terus terkembang di wajahnya."Dengan Ibu Sarah? Saya Kasim, penyewa rumah susun ini, Bu. Saya sudah mendapat telepon dari asisten Ibu kalau Ibu akan datang ke sini untuk bertemu dengan Arsen, dia anaknya Mischa, mereka tinggal di lantai Tiga, Bu. Mari saya an
"Mischa mencintaimu Xander, itulah sebabnya dia rela kamu tiduri!"Kalimat Aliana masih saja menggema dalam benak Xander bahkan di saat dirinya kini sudah sampai di apartemen pribadinya.Cinta?Cih!Apa itu cinta?Wanita bernama Mischa itu tak pernah mengenalnya begitu juga sebaliknya. Lalu darimana cinta itu bisa ada?Jangankan mereka yang tak saling mengenal satu sama lain, bahkan seseorang yang memiliki jalinan darah sekalipun tak memiliki cinta untuk darah dagingnya sendiri. Lantas apa sekarang Xander harus percaya dengan apa yang dikatakan Aliana tentang Mischa?Mischa mencintaiku, itulah alasan kenapa wanita itu rela menyerahkan dirinya padaku begitu saja.Gumam Xander dalam hati.Jika mengingat hal itu, Xander jadi ingin tertawa. Lelucon itu benar-benar konyol!Sejak awal Xander ta
Satu minggu kemudian seluruh publik di hebohkan oleh berita mengenai gugatan hak asuh anak Xander yang bernama Arsenio Malik Akbar.Beberapa rumor miring pun beredar tentang Xander diberbagai media.Banyak kecaman yang dilayangkan atas dirinya yang mengatakan bahwa Xander adalah seorang bisnisman yang kejam dan tak berhati sehingga tega menjadikan kelemahan seorang wanita untuk menghasilkan keuntungan pribadi bagi dirinya.Ada juga netizen yang mengatakan bahwa Xander tidak berhak merebut seorang anak dari Ibunya.Namun semua berita miring itu tak digubris oleh Xander yang tetap menjalankan aktifitasnya seperti semula.Seorang lelaki bersetelan jas kantor abu-abu terlihat sedang membaca berita mengenai kehidupan pribadi Xander di internet.Dia duduk di kursi kebesarannya dengan santai sambil sesekali menyesap kopinya.
Hari ini Sarah merajuk.Dia tidak mau makan dan meminum obatnya jika belum dipertemukan dengan Arsen. Untuk itulah, Xander terpaksa mencoba untuk menemui Arsen di sekolah taman kanak-kanaknya.Xander sampai di sana sebelum jam pulang sekolah tiba.Sebelum masuk ke dalam sekolah, di pintu masuk Xander berpapasan dengan seorang wanita yang sepertinya adalah pengajar di sana."Permisi Nona, apa benar di sini ada murid yang bernama Arsenio Malik Akbar?" tanya Xander sopan.Wanita itu terlihat menatap Xander dengan tatapan asing."Benar Pak. Arsen memang bersekolah di sini. Tapi sebelumnya mohon maaf, anda ini siapanya Arsen?" tanya wanita itu. Sebagai tenaga pengajar mereka memang harus lebih teliti dan berhati-hati terhadap para penjemput anak didik mereka di sekolah ini. Dan semua itu mereka lakukan karena maraknya aksi penculikan anak akhir-akhir ini.Meski
Seorang wanita tampak berdiri di ujung jalan menuju rusun Blok S.Sudah hampir satu minggu berlalu sejak dia bebas dari penjara, dirinya hidup luntang-lantung di jalanan tanpa memiliki tujuan yang pasti.Ada sebuah keinginan besar dalam benaknya untuk mendatangi kediaman sahabatnya di rusun yang kini sedang dia perhatikan dari kejauhan.Sayangnya, Aliana tak memiliki nyali yang cukup untuk berhadapan dengan Mischa saat ini. Apa yang harus dia katakan pada Mischa jika sahabatnya itu bertanya kemana saja dia selama ini?Dirinya bahkan pergi di saat Mischa sedang membutuhkan sandaran. Sementara, Aliana sendiri tidak mungkin mengatakan bahwa dirinya mendekam di penjara karena ulah Xander. Mischa tidak boleh mengetahui hal itu. Aliana hanya tidak ingin sahabatnya itu sedih.Mungkin, ada baiknya untuk saat ini mereka jangan bertemu dulu.Lagipula, Aliana masih
Hari ini Xander sengaja pulang ke kediaman utama keluarga Malik. Awalnya niat Xander hanya ingin melihat keadaan Omahnya yang masih harus melakukan rawat jalan pasca penyakit jantung yang dideritanya kumat.Saat ini, hati Xander seolah berontak atas apa yang telah dilakukan oleh Sarah secara diam-diam tanpa persetujuannya lebih dulu. Yaitu menjual saham Malik Grup atas hotel Butterfly pada Adhiguna. Tapi Xander berusaha untuk mengesampingkan semua hal itu karena baginya, kesehatan Sarah lebih penting dari apapun. Meski, Xander benar-benar kecewa atas tindakan Sarah kali ini."Omah sudah minum obat?" tanya Xander pada Sarah yang saat itu sedang terbaring di tempat tidur.Sarah hendak bangkit, Xander pun segera membantunya dan menaruh beberapa bantal untuk sandaran punggung Sarah."Kapan