“Kau ini bicara apa?” Cherin berkilah. Vivian berdecak sebal, jelas-jelas ia lihat Cherin dengan sengaja menjulurkan kakinya untuk menyandung kaki Karina agar dia terjatuh. Tapi dia masih berkilah dan tidak mau mengakui kesalahannya.Yang benar saja, kalau seorang penjahat mengakui kesalahannya penjara akan penuh.“Sudahlah, Vivian.” Karina menahan lengan Vivian, ia tidak ingin ada keributan yang terjadi di tempat ini. Semua mata melihat ke arah mereka.“Kau akan diam saja setelah dijatuhkan seperti ini? Dia itu sengaja,” amuk Vivian.Cherin sedikit goyah. Ia tidak menyangka kalau ada orang yang akan membela Karina. Kalau dulu saat di SMA dan di rumah, Karina tidak ada yang membela jadi Cherin bisa melakukan apapun yang ia inginkan terhadap wanita itu. “Caramu menjatuhkan orang lain sangat kuno, kau tau?!” Vivian masih tersulut emosi, ia bahkan sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang Cherin. “Kau menuduhku tanpa bukti!” Cherin tidak terima, ia berteriak cukup keras dan menyita pe
“Jadi, kau akan menikah?” Suara rendah Kalista membuat Karina menundukkan kepala karena takut. Sementara Joshua tampak sangat tegas dan bersungguh-sungguh.“Ya, walau ayah sudah tidak ada, setidaknya aku memberitahu mu. Aku tidak sedang meminta izin, hanya memberitahu.” Suara Joshua terdengar sangat tegas.Gigi Kalista saling beradu, ia selalu tidak suka dengan sikap arogan Joshua. Laki-laki itu setiap kali berbicara membuat Kalista sedikit naik darah.“Baiklah, tidak ada masalah dengan itu.” Kalista acuh tak acuh. Walau sebenarnya ia sedikit kecewa dengan keputusan Joshua untuk menikah. “Kau yakin, Nyonya?” Satu alis Joshua naik.“Tentu, aku yakin!” tegas Kalista. Ia kemudian melihat ke arah Karina yang sendiri tadi hanya diam, “Aku hanya kasihan dengan nona itu, dia mendapat laki-laki sepertimu. Dia pasti sudah dijebak olehmu, makannya dia setuju untuk menikah denganmu.” Perkataan Kalista mengundang tawa Joshua. Ia tertawa cukup keras karena ucapan ibu tirinya itu, “Kau harus menj
“Bukannya kau harus membawanya ke dokter gigi? Aku bisa menemaninya,” celetuk Joshua. Kalista menoleh ke arah Joshua. Pria itu sengaja tersenyum menggoda, ia ingin membuat Kalista tidak nyaman dengan kehadirannya. Selalu ingin Kalista merasa dirinya tidak punya power apa-apa untuk melawan laki-laki brengsek ini.“Terima kasih atas tawarannya, tapi Leon akan baik-baik saja!” tegas Kalista. Ia tentu tidak ingin Leon dekat-dekat dengan pria itu.Karina dibuat bingung dengan keadaan saat ini. Joshua tampak ingin terlihat lebih dominan di depan Kalista. Ia sering menekan Kalista dengan kata-kata yang ia lontarkan. Karina hanya bisa diam dan menggaruk belakang lehernya, ia tidak mengerti konsep keluarga ini. Kalista terlihat sangat muda untuk disebut sebagai ibu tirinya Joshua. Karina sendiri hampir keceplosan memanggilnya, Kakak.“Karina, makanannya dimakan, sayang. Jangan melamun!” Joshua menyuapi Karina dengan makanan menggunakan sendoknya.“hmm… Aku bisa sendiri, Josh.” Karina terkejut
“Dia akan menikah katamu?”Rebecca mengenggam erat surat undangan yang ada di tangannya kuat. Pukulan keras yang ia dapatkan di minggu pagi yang cerah. Joshua akan bertindak sejauh ini untuk menendangnya jauh dari kehidupan pria itu. Kesal, marah, merasa dikhianati. Itulah perasaan Rebecca saat ini. “Pernikahannya akan dilangsungkan minggu depan di hotel Valliera. Apakah nona akan hadir?” Sekretaris Rebecca bertanya dengan nada yang tegas.Rebecca kemudian berdiri dari kursinya, “Tentu, aku akan hadir dan memberikan hadiah terindah untuk calon istrinya.” Rebecca meneringai. Tangannya masih menggengam surat undangan itu kuat.***“Saya menemukan sebuah catatan aneh ini di komputer Elliot pagi ini.” DK, seorang juga merupakan bawahan Joshua yang berfokus di bidang keamanan, penyelidikan organisasi dan perusahaan pusat. Ia juga salah satu orang terpercaya Joshua. DK baru menampakkan wajahnya karena ia baru saja kembali dari luar negeri untuk mengurus perusahaan cabang.“Elliot?” dahi J
Elliot berdiri di balik pintu. Matanya menyaksikan dengan jelas bagaimana dua orang itu sedang larut dalam cumbuan nafsu. Elliot menontonnya tanpa berkedip sedikitpun. Ia sungguh benci melihat bagaimana wanita itu mengerang penuh kenikmatan di bawah kungkungan sang tuan. Saat bersamanya, wanita itu sama sekali tidak menunjukkan sikap suka atau pun menikmati.“Aku ingin kau mengerang lagi di bawahku, Karina.” Bibir Elliot berucap pelan. Penuh penekanan, hasrat, dan kegilaan di dalam dirinya.Sungguh tidak bisa Elliot pungkiri, Karina adalah wanita yang cantik dan sempurna. Saat pertama kali melihat Karina, Elliot suka. Akan tetapi, ia menyebunyikan rasa itu karena ia pura-pura menghormati tuannya yang berada di atasnya.Gigi Elliot saling beradu, bunyi gemerutuk itu terdengar jelas di telinga. Kakinya melangkah pergi. Elliot ingin dipuaskan saat ini juga. Melihat kedua orang itu bercinta membuat benda itu menegang sempurna.Elliot mengendarai mobilnya menuju sebuah rumah yang terletak
Napas Joshua ngos-ngosan. Tangannya berpegang kuat pada daun pintu. Matanya melihat tajam ke arah Karina yang sedang berada di meja belajarnya. Bibir Joshua melengkung membentuk senyum. Ia senang, wanitanya ada di sana.Karina tidak menyadari keberadaan Joshua karena masih sibuk dengan tugas-tugas. Walau ia sedang libur menjelang hari pernikahan yang tinggal menghitung hari. Tetap saja, tugas kuliahnya akan terus menumpuk.Perlahan kaki Joshua melangkah mendekat. Tanpa bicara. Joshua memeluk Karina dari samping. Ia menenggelamkan wajahnya di tengkuk Karina. Wanita itu harus tahu, seberapa lelahnya dirinya hari ini karena seharian mengurus artikel-artikel sampah itu. “Kau sudah kembali, Josh?” Tangan Karina menepuk-nepuk lengan Joshua yang melingkar di lehernya. Deru napas Joshua terdengar tergesa-gesa. Degup jantung laki-laki itu sampai bisa ia rasakan. Sangat cepat.“Kamu tidak apa-apa?” Karina melepaskan pelukan Joshua. Mencengkram kedua bahunya. Matanya menelisik wajah Joshua yang
“Hentikan, Elliot! Kau sudah terlalu jauh.” Napas lega berhembus dari mulut Karina karena ada yang menghentikan tindakan Elliot. Kepalanya menoleh ke arah pintu. Karina terkejut dengan kehadiran orang asing di kamarnya—DK.“DK,” desis Elliot.“Maaf mengganggu kenyamanannya, Nona. Saya minta izin untuk bicara dengan anak ini sebentar.” DK terdengar sangat akrab saat berbicara dengan Karina. Ia tidak lupa untuk meminta izin pada Karina karena akan membuat sedikit keributan di sini.“O-Oh…” Karina bingung harus bereaksi apa.“Kau, DK. Mau apa kau?!” Elliot menatap DK tak suka.“aku sudah menduga, semua ini pasti ulahmu.” DK mendekati Elliot. Mata tajamnya terus menatap Elliot penuh kemurkaan. “Ini bukan urusanmu, DK. Enyahlah!” Elliot memandang tak suka ke arah DK. Nada suaranya rendah namun penuh emosi di dalamnya. “Kau salah. Jika ini menyangkut tentang tuan, itu jelas akan berurusan denganku.” tegas DK. Karina bisa melihat ketegangan di antar dua manusia ini. DK menatap tidak suka
Kaki Karina perlahan menaiki satu persatu anak tangga. Ia menyusuri perbukitan yang dipenuhi oleh makam-makam. Ia memeluk dua bucket bunga krisan yang akan ia hadiah kepada orang tersayang.Setelah menemukan makam yang ia cari. Karina lalu duduk di tengah-tengah dua makam. Ia menaruh bunga krisan itu di masing-masing makam dengan perasaan yang damai. “Mama, Papah. Karin datang.” Bibir Karina menyimpul sebuah senyuman tipis.Tangan Karina mengusap-usap kedua nisan itu secara bergantian. “Kalian baik-baik saja, kan? Kenapa belakangan ini sering datang ke mimpi Karin? Ada sesuatu yang mau disampaikan, kah? Karin Khawatir, Ma, Pah.” Karina memandang dua batu nisan dengan nama kedua orangtuanya dengan perasaan yang sedih. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi. Pasti hidup Karina tidak akan se-menderita ini. “Saat kecelakaan itu terjadi. Seharusnya aku ikut mati bersama kalian. Dunia terlalu kejam untuk manusia lemah sepertiku ini. Andai saja hari itu aku mati bersama Mama dan Papah. M