Beberapa minggu sebelumnya.Kekaisaran Deltrias adalah wilayah yang dikenal dengan monopoli perdagangan yang jenius disertai kekuatan militer yang kuat. Jumlah kemiskinan dan masalah wabah mulai teratasi sehingga sebagian besar penduduknya aman dan makmur.Tentu saja ada sosok yang berperan penting di balik itu semua. Sosok Dewa Perang yang berhasil memperluas daerah kekuasan sehingga mendapat jarahan perang yang melimpah serta ketenaran.Ellios Demente de Dias, Putra Mahkota yang juga dikenal sebagai Pangeran Neraka, sosok yang ada di balik semuanya. Meskipun berbagai rumor buruk beredar tentangnya, tetap tidak dapat dipungkiri jika dia memiliki konstribusi besar bagi kemakmuran Deltrias.Segala berita tentang Pangeran Neraka memang telah tersebar luas hingga ke penjuru benua. Para penduduk termakan rumor yang mengatakan jika wajah Pangeran itu buruk rupa karena kutukan dari banyaknya mayat yang telah dia bunuh.Padahal, rumor hanya sekadar rumor. Wajahnya sama sekali tidak buruk apa
Suara tepuk tangan meriah sontak menggema ke penjuru aula akademi. Kedatangan Axe membawa atmosfer berbeda yang mana sebelumnya para murid dilanda kebosanan dan terkantuk-kantuk, menjadi membuka mata mereka lebar-lebar, seperti mendapat asupan kafein.Tidak hanya para murid yang dipenuhi antusias, melainkan beberapa guru wanita yang juga telah menantikannya. Tidak ketinggalan, Prof Magdalena, pemilik bibir merah merona dan tahi lalat di atas bibir yang menyerupai Marilyn Monroe itu sejenak lupa akan tugasnya menjadi pembawa acara. Dia tidak bisa melepaskan pandangan dari Axe yang berdiri tepat di sampingnya."Apa kalian tahu siapa dia?" Millie mengerutkan kening dengan wajah kaku yang sulit untuk diurai."Mengapa kamu masih saja bertanya? Dia adalah Axe Jhonson, guru baru kita." Debora tersenyum cerah dengan pipi semerah apel. Dia terlewat antusias hingga tidak repot-repot menoleh ke arah Millie."Bukan itu. Aku rasa tidak pernah melihat wajah seperti itu di pesta bangsawan dan juga p
Di bilik tersembunyi, ada sosok monster beruang berbulu putih dan bermata merah menyala-nyala, mirip seperti monster yang Canna lihat sebelumnya, di dalam memori yang pernah ditunjukkan oleh Felix. Bedanya, kini dia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri.Oh, God! Kenyataannya bahkan lebih menyeramkan. Penampakan monster itu seperti menggunakan efek CGI berkualitas super. Jika di abad 21, tampilan tidak masuk akal seperti itu mungkin bisa membuktikan supremasi kecanggihan teknologi visual.“RAAAAWRRR!” Monster itu menggeram dan berniat menyerang Canna."Canna! Awas!"Detik itu, Canna justru mencelat dan duduk di pangkuan Felix. Apa? Iya, tanpa sadar, Canna justru duduk di pangkuan Felix dengan kedua tangan mengalung di leher pemuda tersebut.“Ya Tuhan! Apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan mati?” Canna berteriak dengan panik.Alih-alih terkejut karena ada monster beruang, Felix justru terkejut karena Canna tiba-tiba duduk di pangkuannya. Ini adalah pertama kalinya
“Hey, Bocah Tolol! Mau kabur ke mana kau?” Troy, murid laki-laki bertubuh tambun dan berambut kribo berkacak pinggang dengan wajah marah.Troy Benjamin, putra tunggal Count Benjamin yang dikenal sebagai murid paling badung di Hoover. Dia sering berlaku seenaknya dan membuat keributan. Bahkan, sebagian besar masalah yang ada di akademi disebabkan olehnya.Sedangkan Dimitri Pedro, dia adalah putra bangsawan Baron miskin yang berasal dari pedesaan. Baron Pedro menaruh harapan besar kepada Dimitri hingga menyekolahkannya di Hoover dan berharap kelak putranya menjadi orang sukses di ibu kota.Meskipun di Hoover tidak ada sistem kasta, tetapi perundungan tetaplah ada. Bangsawan yang suka berkelompok dan bangsawan yang suka menindas kelas di bawahnya, tetap tidak bisa dihindarkan.“A-aku ti-tidak kabur.” Dimitri terbata dengan kedua tangan gemetar.“Sudahlah, Troy, bagaimana jika dia kencing di celana lagi?" Max, laki-laki bertubuh jangkung merangkul pundak Troy. Dia terkikik sambil tersenyu
Empousa itu menatap Canna dengan mata merah menyala-nyala. Dia melangkah maju dan berjalan dengan sepasang kaki yang tidak seimbang, satu kaki keledai dan satu kaki perunggu.Sejenak, Canna justru gagal fokus saat melihat makhluk itu jalan terpincang seperti menderita asam urat. Dia tanpa sadar tersenyum di situasi yang tidak semestinya.Empousa menaikkan sebelah alis, “Apa kamu sedang mengolok kakiku? Dasar tidak sopan!”"Apa aku harus menjaga sopan santun di saat kamu berniat menyerangku?”“Benar juga.” Empousa menyeringai dan kembali berjalan pincang.“Galleggiare lasaviro morire.” Canna merapalkan mantra dengan sekali tarikan napas, tenang, dan suara yang lantang.BOOM!Sekujur tubuh empousa itu melebur bagai debu.Canna terbelalak. Apakah usahanya berhasil semudah itu? Dia merasa di atas awan dan hampir saja melompat kegirangan. Namun, ekspresi senang itu tidak bertahan lama saat monster yang telah melebur tiba-tiba menggumpal dan kembali ke wujud semula.Canna kembali terbelalak
"Galleggiare lasaviro morire!" Felix merapalkan mantra dengan wajah serius dan menatap lurus ke depan.Harpy, makhluk setengah manusia setengah burung, seketika kejang dan menguap hingga menyisakan bulu-bulu hitam yang berserakan.Well, semudah itu Felix mengalahkannya mengingat kemampuan sihirnya yang cukup hebat. Sedangkan monster itu, memang didesain hanya untuk mengukur kemampuan para murid. Lantas, mengapa empousa, monster tandingan Canna begitu kuat seolah-olah memang berniat membunuhnya?Ellie tersenyum cerah, secerah matahari, "Bagus, Felix!" Dia berseru sambil melangkah kecil menghampiri Felix.Kali ini, mereka berdua adalah partner. Tentu saja hal itu membuat Ellie tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk mengalahkan monster. Felix sungguh gentleman, berbeda dengan Troy yang meninggalkan Canna dan sungguh shit man."... ini, hadiahmu karena telah berhasil mengalahkannya." Ellie memberikan sesuatu di tangan Felix dengan senyuman manis hingga kedua matanya menyipit. D
"Gilda masih memiliki hutang padaku. Apa guru lupa jika aku sudah membayar seribu keping koin emas, tetapi belum mendapatkan hasil apa-apa? Apa kalian sedang melakukan penipuan? Mana pria tampan yang kupesan?" Canna mulai melempar serangan. Dia duduk di atas meja dengan wajah jemawa dan kedua tangan dilipat di bawah dada."Apa kamu lupa jika kamu sendiri yang terburu-buru kembali ke akademi? Kudengar, orang-orang di gilda terus menghubungimu sebelum mereka mencari pria dengan kriteria yang cocok untukmu." Axe berhasil menangkis serangan."Loh! Kenapa masih dicari? Bukankah kriteria yang cocok sudah ada di depan mata?" Canna kembali meluncurkan serangan dengan menerbitkan senyuman. Tentu saja pria yang dia maksud adalah Axe."Pergilah ke gilda jika ingin membicarakan masalahmu. Aku di sini hanya sebagai guru." Lagi, Axe berhasil melewati serangan dengan begitu mudah.Canna sedikit cemberut. Menurutnya, Axe benar-benar pria yang tidak mudah. Jika dia adalah striker handal, maka Axe adal
Canna kembali ke akademi dengan tenang; tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja melawan empousa dan hampir kehilangan nyawa. Lebih gilanya lagi, dia juga mendapat serangan jantung dari Axe.Itu hanya sebentar, tetapi cara Axe mencium dan menjilat tangannya sangat ... seksi. Ya, hampir saja dia kehilangan kewarasan, meskipun faktanya sejak awal kewarasannya memang sudah hilang."Terima kasih, Felix." Canna menerima cangkir berisi cokelat panas yang diberikan oleh Felix."Ya, nikmatilah." Felix tersenyum lembut dan duduk di samping Canna, di depan perapian. Dia sudah kembali pada mode hangat seperti biasanya karena sudah memastikan jika tidak ada hal buruk yang terjadi kepada Canna.Meniup lembut asap tipis yang mengepul di atas cangkir, bibir Canna perlahan menyesap minuman itu hingga sensasi hangat menyebar di tenggorokannya. Dia menghela napas lega sebelum melirik ke arah Ellie, Joanne, dan Felix yang sedang menatapnya dengan intens secara bersamaan."Ada apa?" tanya Canna po