Alex : Lagi di mana, Ju? Lagi mau jemput di mal, ngga sengaja lihat pemandangan ini.
Sebuah foto dikirimkan oleh Alex bersamaan dengan satu kalimat chat yang awalnya sempat ingin Juan abaikan, karena telah berani mengganggu obrolannya dengan Raline. Orang yang mengirimkan chat, Alex pula. Biasanya dia suka mengirimkan pesan yang tidak penting.
Fotonya tidak terlalu jelas, karena kelihatannya Alex memotretnya dari jarak yang cukup jauh. Mungkin sengaja agar objek yang tengah dipotret tidak tahu bahwa dirinya sedang difoto secara diam-diam. Meski begitu, samar-samar Juan tetap tahu kalau dua orang yang ada di dalam foto tersebut adalah Chloe dan Sam. Mereka berdua ta
“Makasih, ya, Kak,” ujar Chloe memberikan helmnya kembali pada Sam.“Iya, sama-sama. Gara-gara lo helm cadangan gue jadi kepake,” cetus Sam tersenyum menampakkan deretan giginya. “Dan mungkin suatu hari nanti helm ini bakal jadi punya lo.”Eh. Menanggapi pernyataan Sam yang memiliki arti tersirat, Chloe menunduk tersenyum memandangi kantong belanja yang tergantung di depan kedua kakinya.“Oke, kalau gitu sampai ketemu lusa di parade pekan olahraga.” Sam menyalakan lagi mesin motornya.Tanpa berkata apa-apa, Chloe hanya mengangguk pelan sambil menyampirkan rambutnya ke belakang telinga. Angin sore yang berembus begitu jail menghempas rambut panjangnya ke segal
Langkah kaki Juan yang beralaskan sepatu bot hitam berderap ringan di atas lantai marmer sebuah koridor rumah sakit. Sepanjang jalan dia telusuri sambil sesekali mengangguk singkat saat tidak sengaja berpapasan dengan para malaikat maut lainnya yang sama-sama sedang menjalankan tugas dari akhirat. Rata-rata, lokasi penjemputan yang paling sering didatangi oleh malaikat maut memanglah rumah sakit. Seakan tempat itu menjadi semacam tempat singgah atau markas atau pangkalan para malaikat maut. Tinggal duduk cantik di dalam rumah sakit, maka alarm penjemputan langsung membawamu ke ruangan yang berada tak jauh darimu.Jadi, jangan heran jika perawat atau dokter yang merawatmu dan berupaya sepenuh hati menyembuhkanmu, rupanya juga bertugas menjemput dan mengantarmu ke akhirat. Sebab kalian tidak pernah tahu siapa saja malaikat maut yang berinkarnasi menjadi manusia demi menyempurnakan hidupnya atau sekadar
Mimpi yang serupa lagi, keluh Chloe dalam hatinya.Lokasinya tidak sama, tapi objek mimpinya yang sama, yaitu Chloe sendiri. Berbeda dengan mimpi sebelumnya dimana dia mengenakan gaun jatuh bernuansa klasik sederhana, kini dirinya jauh lebih terlihat repot dengan gaun berwarna merah muda soft dimana bagian belakang roknya terdapat sesuatu yang menyerupai pita besar hingga membuat bokongnya kelihatan terangkat—atau mungkin memang terdapat sesuatu di balik rok bagian belakangnya itu sehingga terlihat seperti agak membubung, entahlah. Belum lagi bagian pinggangnya yang kelihatan makin ramping—kalau ini Chloe berani tebak jika di dalamnya memang menggunakan semacam korset. Bagian dada juga begitu terbuka hingga ke bahu. Polos tanpa dihiasi aksesoris apa pun, sementa
Chloe membuka mata. Melihat sekeliling dan melihat Juan yang mulai menjauhkan diri dengan mengambil beberapa langkah ke belakang. Kembali menciptakan jarak setelah beberapa detik lalu begitu menempel bagai seekor cicak yang merayap di dinding. Memandang dengan tatapan penuh tanda tanya seraya menunggu jawaban.Di sela-sela keheningan yang bergantung di udara sekitar, Chloe berdeham dan menelan ludah kuat-kuat. Bola mata besarnya berlarian ke segala arah, kecuali Juan. Enggan bertemu dengan matanya. Malu. Sungguh-sungguh malu karena bisa-bisanya memiliki imajinasi yang begitu liar. Apa karena suasananya yang begitu mendukung? Atau karena aroma tubuh Juan yang diam-diam menghipnotis pikirannya? Lagi pula, kalau saja Juan juga tidak menyentuh pipinya dengan begitu halus, Chloe yakin pikirannya tidak akan berkeliaran sampai jauh ke sana. Belum lagi tatapan matanya yang begitu lekat seperti terdapat magne
"Halo semua warga Seirios! Selamat pagi! Selamat datang di momen yang paling ditunggu-tunggu! Momen dimana para jurusan menunjukkan eksistensinya dalam bidang olahraga! Momen yang merupakan penentuan apakah jurusan Ekonomi mampu mempertahankan atau justru dengan rela menyerahkan piala olahraga bergilir ke jurusan yang lain! Mari bersama-sama kita ramaikan parade Pekan Olahraga Seirios di tahun ini!”Chloe terbangun dari tidur. Mengerutkan area mata berkali-kali, sekaligus memijit bagian pelipis yang entah kenapa terasa berdenyut-denyut. Perlahan menarik punggungnya dari permukaan tempat tidur, membuat selimut jatuh ke pangkuan.“Jangan lupa hari ini di jam sepuluh pagi! Persiapkan diri bertemu dengan para kontingen yang dikirim oleh masing-masing jurusan! Dan, tentukan jagoanmu!”Astaga,
Kenyataannya, tidak ada yang tidak mungkin.Kenyataan lainnya, penyesalan memang selalu datang terlambat.Usai melayangkan kaki keluar dari taksi, lalu menapakkannya ke atas aspal depan lobi The Andromeda Residence, barulah Chloe menyesali pikirannya. Kenapa dengan bodohnya dia bisa tiba di depan apartemen ini hanya karena sebuah hoodie? Memangnya tidak ada hari lain untuk mengembalikan? Memangnya harus hari ini? Seketika isi kepalanya memberikan pertanyaan-pertanyaan menekan yang seakan mengkhianati hasil pemikirannya beberapa menit lalu.Lantas, kalau sudah terlanjur begini Chloe harus apa? Kembali ke Seirios lalu membiarkan isi kepalanya menyesali keputusannya lagi? Chloe benar-benar paling benci jika ruang pikir di dalam
“Jangan memancing saya, Chloe,” balas Juan tidak mau kalah.Chloe bergeming. Rangkaian kalimat Juan barusan, serta bagaimana cara dia mengucapkannya, mengingatkan Chloe dengan suara Si Lelaki Bayangan di dalam mimpinya. Berat dan menggoda. Chloe pun kembali menekuri secangkir cokelat panas di pangkuannya. Membiarkan kedua telapak tangannya menyerap rasa hangat yang cukup berguna untuk melelehkan kegugupan yang mulai merambat.“Kalau begitu memang ada baiknya saya langsung pulang, kan?”“Setidaknya habiskan dulu minuman kamu.”Menuruti apa yang dikatakan Juan, Chloe mulai menyesap minumannya. Enak juga. Murni cokelat tanpa gula berlebih. Bisa saja langsung Chloe habiskan, tapi sayangnya masih terlalu panas.
"Jadi, seorang Chloe nyerah nih?" tanya Alex memancing. Nada bicaranya terdengar tidak menyenangkan. Seperti mencoba untuk mengeluarkan sisi pantang menyerah milik Chloe yang seharusnya tidak mudah dikalahkan.Chloe mengangkat kedua bahu dengan gerakan lemah.“Mau gimana lagi? Mata Pak Juan hari itu benar-benar ngga berpaling,” ungkap Chloe mengingat kembali momen dimana Juan begitu terpaku menatap Raline, sampai-sampai sosok Chloe yang sedang berdiri di depannya terabaikan begitu saja.Alex sendiri juga tidak heran jika Juan seperti itu. Apabila Juan sudah dihadapi dengan sesuatu yang berkaitan dengan reinkarnasi kekasihnya, lelaki itu akan berubah menjadi seseorang yang berbeda. Tidak banyak bicara, bersikap ramah, bertingkah malu-malu, dan yang pasti canggungnya bukan main. Alex saja sampa