“Baiklah, nanti aku cari cara. Sebaiknya, sekarang kamu tenang dulu, biar Elsa juga tenang.” Arya mengangguk, walau kenyataannya Davin tidak akan melihat anggukannya tersebut. Lelaki itu memilih lembur dan menyelesaikan pekerjaannya, sebelum besok sibuk mengejar Elsa.
***Meyyis***
POV SHASHA
Aku sedang sibuk di samping Davin ketika bunyi telepon berdering. Awalnya, tidak menggubris, karena paling hanya klien atau urusan pekerjaan.
“Ada apa?” tanya Davin.
“Gagal total.” Davin mengerutkan kening karena kemungkinan kebingungan. BUkan hanya Davin, aku juga spot jantung mendengar Arya mengatakan gagal total. Mungkinkah jika kasus itu tidak bisa dimenangkan?
“Ngomong yang jelas. Maksudmu aku tidak akan pernah menang? Lakukan apa pun, agar masalah ini cepat selesai.” Davin sepertinya sudah naik pitam. Lelaki itu terlihat gelisah.
Aku menjadi ingin tahu yang lebih detail, sambil bekerja te
Kakiku melangkah lewat zebra cross, menemui Elsa yang sepertinya sedang merenung. Dari cerita Davin, saat ini pasti kakakku itu sedang bersedih. Aku harus menghiburnya, paling tidak membuat sedikit perasaannya lebih baik.***Meyyis***POV SHASHA“Kamu sendirian di sini?” tanyaku pada Elsa yang kali ini sedang termenung mengaduk kopinya.“Eh, kamu sudah selesai? Aku ….” Aku mengacungkan tangan ke atas untuk memanggil pelayan. Seorang wanita datang dengan mengenakan baju khas pelayan restoran. Wanita itu menghampiri memberikan buku menu.“Americano saja.” Wanita itu sopan mengangguk dan membacakan pesananku kembali. Setelahnya, pergi meninggalkanku dan Elsa.“Ada apa?” Aku pura-pura saja tidak tahu.“Kamu tahu, ternyata Arya tidak sebaik pikiranku. Bagaimana bisa aku bodoh. Ternyata ia sudah memiliki orang lain. Lalu … kenapa ia mengajakku makan malam?” Elsa menye
“Baiklah, nanti aku cari cara. Sebaiknya, sekarang kamu tenang dulu, biar Elsa juga tenang.” Davin meletakkan kembali ponselnya.“Jadi begitu ceritanya. Kamu mau memaafkan Arya? Jangan sampai menyesal.” Elsa terlihat bingung sekarang.***Meyyis***POV SHASHA“Aku tidak tahu. Merasa sangat marah sehingga ingin lari sejauh-jauhnya ketika Arya bersama wanita lain. Hatiku, hatiku merasa sangat sakit. Pasti seperti itu yang dirasakan oleh Mama Sabrina dan Mama Rara waktu itu.” Elsa menunduk. Aku tahu banget perasaannya, karena aku pun pernah tidak bisa menyentuh Davin saat mencintainya.“Kak, simple sebenarnya. Arya tidak mencintai asistennya. Arya bisa memindahkan Nadia ke divisi lain jika kamu tidak percaya. Ia tidak sengaja melakukannya. Sebenarnya juga bukan selingkuh kalau aku bilang. Hanya kesalahpahaman saja. Jangan di sini sendirian. Mampir saja ke kantor, yuk.” Elsa bangkit, ba
“Jiah … seperti lihat drakor saja. Sepertinya memang efektif.” Aku berpendapat. Davin menyentuh daguku, aku tahu yang dipikirkannya, sehingga tanganku ini menepuk tangannya agar tidak macam-macam.“Kenapa?” tanyanya mendapatkan penolakanku.“Ini scanenya Elsa dan Arya, mengapa ikut-ikutan?” Davin tertawa mendengar perkataanku.***Meyyis***POV AUTHOR.Sepertinya cinta yang lama terpendam anara Elsa dan Arya kembali tercipta. Percikan api itu sudah mulai menguasai mereka. Keduanya kini pulang bersama, sebagai tanda bahwa mereka saling kembali memadu kasih. “Kenapa memandangku begitu?” tanya Elsa malu-malu.“Ternyata kamu masih secantik yang dulu. Aku … ck, sepertinya memang gagal move on.” Elsa tersenyum menyembunyikan wajahnya.“Malam ini, mau menginap di rumahku?” tanya Arya.“Tapi ….” Arya tersenyum melihat Elsa yang gugup
“Apaan, sih?” Elsa semakin memerah karena merasa malu. Arya melepaskan jasnya, menggantung ke gantungan baju.Lelaki itu melapaskan kemejanya juga, sehingga dadanya yang kekar terlihat. Elsa kembang kempis menyaksikan dada sang kekasih yang … ah, bikin gagal fokus.***Meyyis***POV AUTHOR“Apa? Kamu tidak mau tidur di sini?” Arya merebahkan diri dan menepuk dadanya.“Apaan, sih? Sudah mandi dulu. Aku juga mau mandi.” Elsa meutup layar ponselnya.“Boleh mandi bersama?” Arya menggoda Elsa.“Apa? Jangan semabrangan bicara.” Elsa masih saja malu-malu. Wanita itu membuang tasnya ke ranjang.“Aku menebak, ruangan itu pasti berantakan. Tidak masalah, kita bisa membereskan bersama.” Arya mulai melepaskan celananya, untuk pergi ke kamar mandi. Lelaki itu tinggal menenakan boxer saja.“Aku tutup!” Elsa menjaga kewarasannya, wanita itu menutup panggilanya, memegang dadanya.“Bagaimana bisa Arya melakukan itu. Ih, apakah dengan semua wanita begitu? Bahkan ia tidak mau hanya dengan mengenakan box
“Tidak, aku akan cepat.” Arya tersenyum mendengar teriakan dari Elsa. Lelaki itu sangat suka mengganggunya. Malam ini, Arya akan membicarakan tentang pernikahannya. Sebab, saat sampi rumah, sebentar saja dirinya tidak bisa menanggalkan pikiran dari memikirkan Elsa. Sepertinya juga, ini waktu yang sudah tepat untuk mereka menikah. Usia mereka sudak tiga puluh lima tahun sekarang. Bukan muda lagi.***Meyyis***Arya sampai di depan rumah Elsa. Lelaki itu, duduk di depan rumah, menunggu wanitanya membukakan pintu. Elsa membukakan pintu, ketika tubuhnya masih berbalut dengan handuk mandi. Arya tersenyum sambil memiringkan kepalanya. Elsa menutup wajahnya. “Mau di sini saja?” tanya Elsa. Arya mendekat, membuat Elsa mundur selangkah demi selangkah.Lelaki itu menutup pintu, mendekat, mendekat, mendekat hingga sampailah Elsa mentok di dindin. “Apa yang kau lakukan?” tanya Arya.“Hal yang akan kamu suka.” Arya mengungkung waitanya itu di kedua tangannya. Lelaki itu lebih mendekat, sehingga nap
Arya tersenyum, ketika tubuh sang kekasih sudah terbalut dengan baju tidur. “Begini lebih aman. Sudah malam, kita tidur.” Jangan berpikir, ini akan nyenyak. Dada Elsa bergemuruh tidak karuan, melebihi gelombang laut Samudra Indonesia. Demikian juga dengan Arya, akan tetapi bedanya Arya bisa mengendalikanya dan tidur nyenyak sambil memeluk tubuh Elsa.***Meyyis***Pagi menjelang. Aroma embun semalam masih segar tercium. Arya membuka matanya, tepat sang kekasih terlelap di sampingnya. Lelaki itu memandang kekasihnya dengan penuh cinta. “Aku ingin ini setiap hari.” Lelaki itu menyingkirkan rambut panjang sang keaksih yang menghalangi pipi wanita itu.Elsa yang merasakan sentuhan, mencoba membuka matanya. Wanita itu mengedipkan mata, ketika melihat wajah lelakinya itu.“Aku malu..” Elsa menutup wajahnya dengan selimut. Lelaki itu menarik selimut dari wajah sang keaksih.“Kamu terlihat seksi dengan wajah bangun tidur itu.” Arya menggoda sang kekasih tersebut.“Jangan menggodaku begitu. Aku
Kebiasaan Elsa, langsung menanggalkan pakaiannya, jika berganti baju. Kali ini juga demikian, karena merasa lelakinya itu tidak berada di kamar tersebut. Sehingga saat Arya datang, lelaki itu kembang kempis melihat tubuh molek sang kekasih.***Meyyis***Arya dan Elsa sudah keluar dari rumah. Mereka pergi bekerja barengan. Arya mengantarkan Elsa ke perusahaannya. Seluruh karyawan melihatnya. Mereka menganga, apalagi yang baru melihat Elsa bersama dengan lelaki.“Eh, akhirnya nenek sihir bersama dengan lelaki. Semoga saja berubah jadi peri cantik,” bisik salah seorang.“Iya, kamu ingat bulan lalu? Kita harus lembur sampi aku gak dapat bis pulang. eh, tapi cowok itu nggak asing, ya?” Mereka semua berbisik tentang Arya dan Elsa.“Hooh.” Mereka saling mencolek karena Elsa sudah berada hampir sampai di depan mereka.“Pagi.” Mereka menganga. Elsa menyapa mereka yang biasanya tidak pernah.“Eh, pagi, Bu.” Mereka memandang punggung Elsa heran. Wanita itu berjalan cepat pergi ke ruangannya.“Ay
“Ah, tidak, Bu.” Sang OB keluar dari ruangan itu dengan masih membawa rasa bingungnya. Ia tidak habis pikir yang membuat bos perempuannya itu berubah apa? Selama lima tahun ia bekerja, Elsa bahwan selalu ketus padanya.***Meyyis***POV AuthorElsa dan Arya datang ke rumah Davin untuk mengantar ke rumah Papa Bayu dan Mama Eliana sebagai wali sementara karena Papa Ajisaka menetap di Singapura. Mereka sudah meminta izin lewat video call, kini tinggal peresmian saja. Sebagai formalitas, Papa Bayu dan Mama Eliana yang akan menjadi pengganti orang tua Elsa. Arya akan melamar ke rumah Elsa, yang menerima kedua orang itu. Demikian rencananya.“Kalian sudah matap? Jika begitu, ayo,” ajak Davin. Lelaki itu menggandeng Shasha dengan posesif seakan tidak merelakan barang sedetik pun, wanitanya itu pergi dari sisinya. Lelaki itu tersenyum, ketika wanitanya sudah duduk di ruang penumpang.Arya melakukan hal yang sama dengan Elsa. Mereka beriringan menuju ke rumah Papa Bayu untuk membicarakan tangga