“Gila, ini ngasih makan orang apa beruang? Porsinya ajib gile. Tapi bikin puas sih?” Agung mengacungkan jempolnya.
“Eh, ini yang mau kau kenalkan padaku? Ini mantumu?” Mereka saling menatap. Begitu juga dengan bayu yang tersenyum kepada lelaki paruh baya itu.
“Iya. Kenalin mantu kesayang gue. Karena Cuma satu-satunya. Namanya Bayu. Bayu, ini sahabat papa. Dia gila, dari dulu sangat gila.” Bayu menyalami lelaki paruh baya itu, kemudian lelaki itu memeluknya erat.
“Apa kamu tahu, mantumu ini jadi pelangganku. Dia senantiasa bolak-balik membeli makanan di sini. Aku baru tahu sekarang, ternyata mas Bayu itu menantumu.” Lelaki paruh baya itu memeluknya dengan erat sekali lagi. Bayu sedikit kepayahan karena pelukan lelaki itu yang sangat erat. Namun dia masih berusaha untuk tersenyum.
Kali ini, mereka gratis makan di tempat Samosir. Lelaki itu marah, saat Agung ayah Eliana mengulurkan kartu kredit. Maka dari itu, hanya balasan bertukar kartu nama saja, sebagai bayarannya. Mereka akhirnya berlalu dari restoran itu menuju rumah tinggal Bayu dan Eliana. Perumahan elite yang ada di daerah itu.
“Ma, Pa, silakan masuk.” Kedua paruh baya itu memandang lekat kr arah rumah itu. Sangat bersih. Eliana memang sangat suka kebersihan ada dua asisten yang khusus menyapu dan mengepel. Tukang cuci baju ada sendiri, tukang kebun ada sendiri dan tukang menyetrika juga ada. Dia mempekerjakan asisten tersebut sudah bertahun-tahun. Dia akan memilih asisten yang memiliki komitmen bekerja dengan baik. dia juga tidak pelit. Setiap tiga bulan sekali akan ada gaji tambahan untuk mereka.
“Rumah ini nyaman, Eliana. Kau merawatnya dengan baik,” puji mamanya.
“Hahaha, pelayan yang membersihkannya, Ma. Aku mah kebanyakan tidur saja.” Mereka memasuki ruang keluarga, dengan sofa warna biru dan berbulu pada permukaannya. Eliana memang suka yang berbulu-bulu. Ternasuk dada Bayu suaminya yang berbulu saja, dia sangat suka. Mereka bersantai di ruangan itu.
“Ma, mau minum apa?” tanya Eliana. Belum menjawab ibunya, dia sudah menuju dapur. Secangkir teh lemon dan kopi susu dia buat. Mama dan papamany tidak suka buatan dari pelayan. Maka dari itu, dia membuatnya sendiri.
“Nyonya, biar saya saja yang membuat.” Eliana tersenyum. Dia hanya meminta diambilkan makanan kecil di rak toples makanan. Maka pelayan itu menurutinya. Eliana membawanya sendiri, ke ruang keluarga.
“Silakan, kopi dan juga teh lemon biar tambah sexi untuk mama.” Mereka bercengkrama tentang banyak hal hingga sore menjelang. Saat sore dan merasa lelah, kedua paruh baya itu diantarkan ke kamar memang diperuntukkan oleh mereka. Kamar yang tidak kalah besar dari kamar mereka berdua. Ada dua kamar yang di desain sangat besar, sebagai kamar utama dan kamar kedua orang tuanya. Sedangkan orang tua Bayu lebih suka tinggal di kamar yang lebih kecil. Bayu tinggal memiliki ibu saja. Sebenarnya, tadinya ada tiga. Tapi, karena ibunya Bayu tidak suka kamar yang besar, maka dia merombaknya menjadi dua kamar.
“Ma, Pa.Istirahatlah! kalau butuh sesuatu, panggil kami di kamar sebelah.” Paruh baya itu mengangguk, kemudian Eliana dan juga Bayu meninggalkan mereka agar istirahat. Keduanya juga akan beranjak menuju kamarnya. Bermanja-manja berdua saat sore hari, menjadi rutinitas setidaknya seminggu harus ada beberapa kali.
Pagi menjelang. Meskipun tinggal di Jakarta, cicit burung pagi masih terdengar sangat merdu. Bayu dan Eliana mengkonsep rumahnya penuh dengan pepohonan, sehingga burung dan kupu-kupu menyambangi rumahnya setiap pagi. Bayu dan Eliana terbiasa bangun pagi untuk olah raga. Demikian juga pak Agung dan juga istrinya. Istrinya langsung berangkat ke dapur, sedang pak Agung mengenakan kostum olah raga untuk melakukan jalan ringan mengelilingi rumah itu.
“Papa mau ikut kami bersepeda?” tanya Bayu.
“Tidak kali ini. Mamamu ngamuk kalau tidak diajak. Dia lagi repot dengan dapurnya.” Pak Agung menolak dengan lembut. Eliana dan Bayu mengangguk. Mereka berdua lantas mengayuh sepedanya bersama. Bayu berada di depan, sedang Eliana menaiki sepeda di belakang. Sepeda itu memiliki dua pengayuh. Mereka menuju ke taman kota.
Lagi-lagi, Eliana dibuat cemburu oleh ulah para pelanggan ojek online suaminya. Di taman ini, ada seorang wanita cantik yang menjadi pelanggan setianya. Wanita itu berambut panjang yang dicat warna pirang. Pakaiannya sangat sexi. Kaos tanpa lengan dengan belahan dada yang terlihat sangat montok. Dia mengenali Bayu dan menyambanginya.
“Eh, mas Bayu, ya? Sama siapa kemari? Pantasan hari ini saya order tidak aktif. Rupanya sedang kencan?” Wanita itu sedikit berlebihan dengan bergelayut manja di pundak Bayu. Eliana memutar bola matanya sangat malas. Sungguh, dia jengah rasanya. Ini sudah kesekian kali pelanggan Bayu bertingkah di depannya. Lama-lam, dia bisa stroke karena memikirkan suaminya.
“Bisa tangannya disingkirkan? Biasa saja, tidak usah sok imut dan sok manja. Lepaskan tanganmu dari pundak suamiku!” Eliana merasa sangat kesal. Dia sangat muak melihat tingkah dari wanita itu. Dia berusaha menggoda suaminya.
“Biasa saja, bisa tidak? Aku adalah pelanggan suamimu, Nyonya. Kau harus ingat itu. Suamimu dapat uang dari tanganku, karena mau jadi pelanggannya. Maka dari itu, jangan belagu!” Wanita itu mulai songong. Bayu hanya melepaskan tangan dari wanita itu yang bergelayut manja di pundaknya.
“Istriku benar, Nona. Sebaiknya jaga sikap. Anda membutuhkan tumpangan ojek, sedangkan saya bisa mengantar anda. Jadi, jangan berlebihan. Jika tidak ada rejeki dari anda, maka orang lain membutuhkan saya.” Bayu mencoba membela istrinya. Akan tetapi, Eliana mulai sangat muak dan marah. Tingkat cemburunya sangat tinggi sekarang.
“Heh, wanita sialan! Kau tahu, bahwa tak ada seorang wanita manapun yang ikhlas lelakinya disentuh oleh orang lain, apapun alasannya. Kau telah menyentuh harga diriku, maka tunggu aku bergerak!” Emosi Eliana sangat memuncak. Dia sangat marah melihat wanita itu merendahkan suaminya. Dia tidak tahu saja, bahwa suaminyalah yang menciptakan aplikasi ojek online yang sedang buming itu.
“Hahaha, aku tunggu! Asyik, sepertinya dapat hukuman dari seorang wanita macam kamu? Kamu sadar diri, dong. Siapa kamu? Hukum hanya dapat takluk dengan uang. Aku memiliki semua itu!” Wanita itu mulai membanggakan hartanya. Dia terlalu sombong dengan apa yang dimilikinya.
“Hai, kalau kau tahu siapa aku, kau akan tercengang, Nona. Sayangnya, aku tidak akan memberitahumu siapa aku!” Bayu menarik tangan istrinya, agar meninggalkan tempat itu, sebab banyak orang yang menyaksikan pertengkaran mereka. Rupanya, semua orang tertarik untuk melihat ribut-ribut yang di timbulkan oleh mereka.
“Kau camkan baik-baik. Namaku Eliana Callandra Calista putri dari pemilik Grand Hotel kalau kau tahu?” Bayu terus menarik dan mengajak istrinya pergi. Dia berteriak mengatakan hal itu, hingga wanita itu juga berteriak padanya.
“Hahaha, kau mengaku anaknya pak Agung Sasmita, kalau begitu, aku juga putranya juga. Hahaha kau sangat lucu.” Eliana menghempaskan tangannya yang dicekal oleh Bayu. Dia sangat marah hingga wajahnya memerah padam. Pupilnya bahkan ikut memerah.
“Kau dengar! Kau, melindungi wanita itu. Bahkan kau menarikku karena akan mencaci maki wanita itu? Sebenarnya apa hubungan kalian?” Eliana mulai sedikit histeris. Bayu menarik tangannya, kemudian memeluk wanita itu. Eliana memukul-mukul dadanya Bayu. Dia menyalurkan emosinya, dan Bayu membiarkannya.
“Sudah tenang? Sekarang duduk di sini, dengarkan aku bicara.” Bayu memegang pundak istrinya dan mendudukkan Eliana di bangku panjang yang ada di taman itu.
“Sudah tenang? Sekarang duduk di sini, dengarkan aku bicara.” Bayu memegang pundak istrinya dan mendudukkan Eliana di bangku panjang yang ada di taman itu.Bayu berjongkok di depan istrinya yang terduduk di bangku panjang. Dia berlutut, kemudian memandang lekat wajah istrinya yang muram. Sedangkan Eliana berudah membuang wajahnya ke manapun karena dia tidak ingin melihat wajah suaminya. Dia sangat kesal memandnag wajah itu. Wajah yang selalu mengalah dengan siapa pun yang menghujatnya.“Sayang, kau lihat? Semua orang memperhatikanmu dan menontonmu berantem sama wanita itu. Aku tidak ingin istriku yang sangat cantik ini, menjadi konsumsi publik. Aku tahu kamu marah. Tapi, tidak harus meluapkan ‘kan
“Kamu lagi, kamu lagi. Memang bandel, ya? Ojek online tidak boleh masuk ke hotel ini. Mengerti tidak?!” Satpam itu sedikit membentak.“Maaf, Pak. saya di suruh menunggu pak Agung. Saya tidak berani untuk pergi, atau saya akan dimarahi.” Bayu mengatakan kepada pak satpam itu. Bayu berada duduk di atas motornya sekarang. Dia berada di tempat parkir, diantara banyak mobil mewah terparkir di sana.Sementara itu, didalam Agung sudah sedikit gelisah menunggu partner bisnisnya tida juga datang dia menelpon orang itu, untuk memberi tahu bahwa dirinya sudah sampai di tempat mereka janji bertemu.Tidak lama kemudian, sebuah mobil
Pambudi hanya bisa melongo saja. Dia baru saja kehilangan uang yang sangat banyak, karena gagal mendapatkan investor. Dia memukul pohon yang ada di sampingnya. Tangannya dikibas-kibaskan karena merasa sakit. Berganti dengan menendang ban mobil milik seseorang, hingga dia di tegur oleh orang yang punya mobil.“Bangsat! Anak itu mmnag pembawa sial. Aku sekali lagi kehilangan milyaran karena dia.” Pambudi mengumpat sedalam-dalamnya.“Heh, ada apa dengan mobilku? Kau tendang-tenang? Kurang kerjaan saja!” Dia berlalu saja tanpa peduli omelan ddari orang tersebut yang mobilnya dia tend
“Ya, papa lihat sendiri.” Agung mengangkat cangkir kopinya kemudian menyeruputnya.“Memang, siapa yang dihina?” Eliana penasaran, mengapa sampai papanya semarah itu?Papanya meletakkan kopinya di meja, kemudian menengok ke arah Eliana. Dia akan mengatakan sejujurnya. Papanya menepuk pundaknya, kemudian menangkupkan jari-jari ke sela jarinya yang lain.“Eliana, dia menghina suamimu, karena jadi tukang ojek. Papa kira, suamimu ada hubungan dengannya sebelumnya. Sebab, dia sangat kesal walau sudah papa tunjukkan kebenarannya. Dia tetap menganggap suamimu ini tidak berguna
“Beri aku lebih, Sayang.” Bayu menarik tangan istrinya, agar posisinya di bawah. Dia memberikan kenikmatan kepada istrinya dengan klimaks bersama setelah saling bersatu dalam lautan madu.Hari sudah mulai sore. Setelah melihat semua rating di aplikasinya, Bayu siap-siap akan berangkat. Dia menerima beberapa orderan. Seperti biasa, istrinya sudah menyiapkan jaketnya, dan semua peralatan keamanan berkendara untuk suaminya tersebut.“Aku pergi, Sayang. Hati-hati di rumah.” Bayu mengedipkan sebelah matanya setelah mencium kening istrinya. Lelaki itu kemudian menekan gasnya dan bergerak menuju jalanan. Kali ini, pelanggan yang dia jemput adalah ibu hamil yang akan periksa ke rumah sakit. Dia melajukan motornya menuju gang-gang sempit sesuai arah a
“Susumu, Sayang. Nggak nunggu aku untuk jamaah?” tanya Eliana melihat suaminya sudah siap dengan baju muslimnya.“Cepatlah! Aku mau sholat sunah dulu.” Eliana meletakkan susu di meja kemudian berlari ke kamar mandi.Setelah Eliana selesai mandi dan juga widhu, maka mereka melakukan sholat shubuh dengan berjamaah. Selesai sholat subuh, karena Bayu memang belum tidur, dia langsung tidur. Sedangkan Eliana keluar kamar untuk olah raga pagi.***Eliana sudah rapi mau berangkat kantor. Dia melihat suaminya tersebut sudah terlelap dan mendengkur halus. Setelah siap dengan jilbabnya yang menjuntai, di
“Kau akan menyesal, Nyonya Eliana karena sudah berurusan denganku!” Stefan melangkah pergi dikuti oleh Miranda di belakangnya. Eliana menggeleng-gelengkan kepalanya karena ulah dari Stefan tersebut. Eliana juga beranjak dan mengajak Zahra untuk keluar dari ruangan itu. Wanita itu menuju ke ruangannya. Mungkin untuk sementara, kopi susu sangat cocok untuk dirinya.Zahra membuat dua kopi susu untuk dirinya dan bosnya itu. Dia pergi ke dapur dan di sana sudah ada beberapa karyawan hotel yang lainnya juga membuat minuman.“Mbak Zahra, membuat dua dengan bos, ya?” tanya salah satu office boy.“Iya, kamu sudah selesai?” tanya Zahra pada Jamal sang office boy.
“Baiklah, terima kasih informasinya.” Wisnu permisi dari ruangan Eliana. Eliana menatap punggung Wisnu yang menghilang di telan pintu itu. Kemudian dia menghirup nafasnya dalam-dalam dan kembali mengangkat cangkir kopi susunya dan menyeruput untuk menetralkan pikirannya. Eliana mengetuk-ngetuk meja untuk mengalihkan pikirannya. Tapi tidak bisa. Dia harus menyelesaikan ini segera. Dia meraih jasnya kemudian menyambar kunci mobilnya. Sebelumnya dia berpesan pada Zahra asistennya jika Miranda atau Stefan memberikan berkas, maka di terima saja. salah atau benar, urusannya biarkan besok dia yang menentukan. Hari ini masalah tentang Stefan harus jelas dan terang.Zahra mengiyakan perintah bosnya terseb