Bayu bangun tidur sudah agak siang. Dia merasakan kepalanya begitu sangat berat. Tapi sudah lumayan dari pada tadi siang. Dia juga bersin-bersin. Eliana terdiam saat mendengar Bayu bersin. “Sayang, jangan mendekat. Aku takut jika aku sakit begini menular sama kamu. Kamu masih rentan. Kasihan si kembar.” Eliana merasakan sesak di dadanya. Suaminya sakit tapi tidak boleh melakukan apa pun.
“Tolong panggilkan Irwan saja, mungkin harus cek laboraturium lebih teliti. Aku takut terkena virus yang sedang marak itu.” Eliana menggelangkan kepala.
“Tidak, Mas. Kamu jangan bilang begitu.” Eliana tidak kuasa untuk tidak menangis. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Wanita yang kini rambutnya baru dipangkas karena rontok itu, berbalik dan mengapus air matanya agar tidak kelihatan sama penghuni rumah yang lain. Eliana mengetuk kamar Nilam dan Irwan. Mereka di dalam gelagapan. Nilam memakai handuk dan pura-pura baru sel
Ini sudah satu minggu sejak Bayu isolasi mandiri. Jika ditanya bagaimana hati Eliana? Sakit sangat sakit. Dia hanya akan memberikan makanan di depan pintu. Dengan sudat mata menggenang, hanya dapat mengetuk pintu kamar itu.“Mas makanannya, makan yang benar, ya? Aku mencintaimu.” Eliana mengusap air mata yang mengegnang di pelupuk matanya. Bisa dibayangkan sedihnya? Suami sakit, tapi menengok saja tidak bisa. Eliana berlari menuju ke kamarnya dan sesenggukan. Sedangkan Bayu baru saja mengecek pekerjaannya dan memberikan email pada asisten pribadinya Rara. Untung saja wanita itu mau mengurus dan dapat dipercaya untuk mengurus pekerjaan di kantor.Bayu bukan buta dengan istrinya yang pasti sangat susah untuk menerima keadaan ini. Tapi mau bagaimana lagi? Dari pada tertular, mendingan untuk sementara berpisah dahulu. Bayu juga merasa sangat sakit. Sebab hal ini sangat menyiksa dirinya. Tapi mau bagai mana lagi? Jiwa dan raganya kini
Malam ini Eliana sangat kepayahan karena si kembar menangis. Dua-duanya tidak bisa ditenangkan. Dia sudah sangat lelah, Mama Brenda juga sudah membantu menenangkan si kembar tapi tidak juga mau tenang. Eliana sangat bingung harus bagaimana? Ini hari ke dua belas Bayu menjalani karantina mandiri di kamar sebelah. Rasanya ingin menangis saja. Bayu yang biasanya menennagkan si kecil saat menangis.“Sayang, Sayang jangan menangis ya? Sini nak sama Bunda.” Eliana memeluk putranya yang pertama sambil mengayun-ayunkan tubuh anak pertamanya itu. Tetapi di luar dugaan putranya yang kedua juga menjerit tak karuan.“Ma, coba Ma bawa sini biarkan dia aku peluk dua-duanya .” Eliana sudah sangat lelah. DIa tidur terlentang kemudian kedua anaknya berada di dadanya mereka menyusu dengan lahapnya . Eliana mengelus punggung putranya tersebut. Mungkin karena sudah lelah jadi si kembar pun akhirnya terlelap. Eliana menarik na
Hatinya sangat trenyuh tidak ada ujian yang lebih ganas bahkan penyakit apa pun, selain menahan kerinduan kepada keluarganya.“Alhamdulillah.” Irwan mengucap syukur bahwa ternyata hasilnya adalah negatif. Berarti bisa dipastikan dua hari lagi Bayu sudah diperbolehkan untuk berkumpul kembali dengan keluarganya. Tentu saja, semua ruangan yang digunakan untuk isolasi mandiri tadi dibersihkan, disterilkan agar kuman kuman dan virus pergi dan tidak akan kembali lagi. Bayu meraih ponselnya yang ada di nakas. Dia menelepon istrinya tetapi Eliana tidak menjawabnya . Irwan pamit untuk pergi ke rumah sakit karena pemeriksaan sudah selesai. Bayu mengangguk tanda mempersilakan.Bayu sedikit gelisah dia mondar-mandir kesana kemari menunggu balasan telepon dari Eliana. Tentu saja Eliana tidak mendengar telepon dari Bayu karena dia masih terlelap. Semalam suntuk kedua putranya itu rewel tidak mau tidur. Oleh sebab itu,
Hari ini massa isoma bagi Bayu sudah selesai. Dia keluar dari kamar itu dengan seluruh kebahagiaan menyertai di hatinya. Irwan membelikannya baju baru yang sudah dicuci oleh laundry keluarga. Sedangkan kamar Bayu langsung disterilkan. Seluruh baju yang ada di lemari itu dikeluarkan dan dicuci. Seluruh ruangan itu disemprot dengan disinfektan. Ranjang juga ditarik keluar dan dipanaskan untuk beberapa saat. Serta disemprot disinfektan hingga ke kolong-kolongnya. Jangan tanyakan bagaimana Bayu memeluk sang istri.Dia memeluk Eliana hingga wanita berambut panjang itu susah bernapas. “Aku merindukanmu, Sayang. Sangat merindukanmu. Mana si kembar?” tanya Bayu. Sebab dia tidak melihat Kembar di mana pun.“Si Kembar ada di kamarnya.” Eliana bermanja-manja memeluk tubuh kekar Bayu yang selama lima belas hari tidak dapat di sentuhnya.Bayu melepaskan pelukannya pada tubuh sang istri
Hari ini massa isoma bagi Bayu sudah selesai. Dia keluar dari kamar itu dengan seluruh kebahagiaan menyertai di hatinya. Irwan membelikannya baju baru yang sudah dicuci oleh laundry keluarga. Sedangkan kamar Bayu langsung disterilkan. Seluruh baju yang ada di lemari itu dikeluarkan dan dicuci. Seluruh ruangan itu disemprot dengan disinfektan. Ranjang juga ditarik keluar dan dipanaskan untuk beberapa saat. Serta disemprot disinfektan hingga ke kolong-kolongnya. Jangan tanyakan bagaimana Bayu memeluk sang istri.Dia memeluk Eliana hingga wanita berambut panjang itu susah bernapas. “Aku merindukanmu, Sayang. Sangat merindukanmu. Mana si kembar?” tanya Bayu. Sebab dia tidak melihat Kembar di mana pun.“Si Kembar ada di kamarnya.” Eliana bermanja-manja memeluk tubuh kekar Bayu yang selama lima belas hari tidak dapat di sentuhnya.Bayu melepaskan pelukannya pada tubuh sang istri
Hari ini massa isoma bagi Bayu sudah selesai. Dia keluar dari kamar itu dengan seluruh kebahagiaan menyertai di hatinya. Irwan membelikannya baju baru yang sudah dicuci oleh laundry keluarga. Sedangkan kamar Bayu langsung disterilkan. Seluruh baju yang ada di lemari itu dikeluarkan dan dicuci. Seluruh ruangan itu disemprot dengan disinfektan. Ranjang juga ditarik keluar dan dipanaskan untuk beberapa saat. Serta disemprot disinfektan hingga ke kolong-kolongnya. Jangan tanyakan bagaimana Bayu memeluk sang istri.Dia memeluk Eliana hingga wanita berambut panjang itu susah bernapas. “Aku merindukanmu, Sayang. Sangat merindukanmu. Mana si kembar?” tanya Bayu. Sebab dia tidak melihat Kembar di mana pun.“Si Kembar ada di kamarnya.” Eliana bermanja-manja memeluk tubuh kekar Bayu yang selama lima belas hari tidak dapat di sentuhnya.Bayu melepaskan pelukannya pada tubuh sang istri
Bayu melakukan gerakan dengan tempo sangat cepat agar mereka berdua bisa segera mencapai hasrat yang terpuncak. Rintihan dan pekikan Eliana membuat Bayu semakin dan semakin mempercepat gerakannya. Akhirnya tangan halus Eliana menjambak rambut sang suami pertanda dia sudah mencapai puncak hasratnya. Bayu mencium keningnya sebagai tanda terima kasih.Lelaki bermata almond itu hendak menuju kamar mandi tetapi Eliana menariknya kembali. Kali ini dia yang akan memimpin jalannya percintaan. Rindunya yang sudah di atas ubun-ubun membuatnya menyingkirkan rasa malu. Dia mulai menggoda sang suami dengan gerakan yang sensual. Dengan cepat hasrat Bayu juga mulai terpancing kembali. Miliknya mulai siap untuk menyembuhkan sisa-sisa kerinduan yang tadi sudah meluap.“Aku mencintaimu, Mas. Sangat mencintaimu. Berikan aku kepuasan hari ini.” Eliana langsung naik ke atas tubuh gagah etrsebut. Dia akan tanggung jawab dengan keinginannya. Seba
Bayu kembali ke kantornya disambut antusias oleh seluruh pegawai. Tidak terkecuali oleh Sasa sang sekretaris. Ya Sasa Almira atau yang sering dipanggil Sasa atau Rara adalah sekretaris baru pengganti Tuan Han yang sudah pensiun.“Selamat datang kembali, Tuan Bayu.” Rara mennagkupkan kedua tangannya. Diperlakukan untuk tidak salaman bagi para karyawan.“Terima kasih, Ra. Rasanya begitu plong udah keluar dari lubang maut.” Bayu memberi tahukan perasaanya. Dia sekarang lebih peduli dengan kesehatan dan juga kesejahteraan karyawannya. Sakitnya kemarin, karena dia kurang ebrsyukur dan beramal.“Ya Tuhan, saya juga bahagia mendengarkan. Akhirnya Tuan sembuh.”“Ra, tolong kamu data orang-orang yang yang terkena pengakit itu. Kita bantu semaksimal mungkin. Kita carikan dana atau kita kucurkan dana cadangan. Setidaknya, dia harus mendapat perlakuan yang ba