"Bagaimana keadaan Belevia?" tanya Damien di tengah waktu sarapan tiba.Michael mengangkat bahu, "Kau temui sendiri, tanyakan dia ingin sarapan atau tidak!"Hah! Pengawal senior itu menggeleng kepala, seraya berkata, "Kau ini gimana, sih? Semalaman kau menjaga, pasti dia juga lapar seperti dirimu sekarang."Sang pewaris baru saja menghabiskan isi piring sarapan, lalu meninggalkan meja makan. "Kau yang mengurus gadis itu dan ponakanku di Puri Lombardy, aku tak mau terlambat ke kantor nanti.""Michael!" teriak Damien kesal. "Temui dokter dulu, tengok adik Nicholas sebelum kau pergi."Kernyitan di dahi sang pewaris begitu kentara. "Ada apa lagi? Biarkanlah dokter memeriksa kondisi gadis itu, aku masih banyak pekerjaan lain."Dokter Adriano tiba di saat Michael siap berangkat bekerja. Damien tak mau mendengar alasan merangkul bahunya menyeret ke dalam kamar bertemu dokter keluarga Delano Carleone.Raut wajah gadis itu langsung berpaling dari mereka. Hatinya masih menyimpan sebuah dendam.
Om Michael! Tante Belevia! Teriakan melengking dari mulut bocah kecil mengalahkan perdebatan di antara paman dan bibinya. Bianca berlari mendekati mereka. "Tante Belevia kenapa?" tanyanya sedih sambil memanjat ke atas ranjang besar dan harus dibantu Michael agar lebih dekat ke bibinya. Tangan halus Belevia mengusap kepala mungil Bianca. "Tante ga pa-pa sayang, cuma kelelahan. Kamu sudah sarapan?" Anggukan kecil dan celotehan seperti burung pagi berkicau tak henti. "Aku makan banyak tadi, Om Michael bilang boleh ambil apa saja yang ku sukai. Nah, tante Belevia juga harus makan banyak supaya sehat dan bisa bermain bersamaku lagi nanti!" Semua yang mendengarkan ikut tersenyum. Putri Michelle dan Nicholas memang cerdas mempesona persis tantenya. Michael akhirnya menahan diri tak emosi lagi. Kesadarannya mulai terbuka. Mereka berdua tak punya siapa-siapa, kecuali dirinya. "Bianca sayang, bermainlah di kamar dengan pengasuh Gina," ucapnya lembut, mengecup puncak kepalanya. "Damien, a
Knock! Knock!Pintu ruang kerja Michael diketuk pelan.Damien membukakan untuk seorang gadis cantik baru saja tiba ingin menemui kekasih hati. Maria Bellezza, model terkenal teman kencan sebulan ini langsung masuk memeluk dan menciumnya.Namun sang pewaris tegas menolak meminta menjauh agar pekerjaannya tak tergganggu. "Duduklah kau di sofa, biarkan aku selesaikan tugasku dulu!"Pintu ditutup rapat diiringi tatapan kesal Damien tadi. Pengawal itu lebih menyukai jika dia memilih Belevia menjadi pasangan hidupnya daripada beberapa teman kencan wanita di luar sana.Gadis model itu melancarkan trik menaklukan Michael, duduk di pangkuan menggodanya."Ayolah sayang, kau tak rindu padaku? Sudah berapa hari tidak pernah datang ke apartemen, aku sangat menginginkanmu!""Aku sangat sibuk, Bellezza," ujar Michael menatap sambil memegang lengannya. "Berhentilah bermain-main, jika kau tak ada keperluan denganku, pulanglah!"Oh sayang! Desah gadis itu seraya membuka blus perlahan lalu membuka kanci
Om Michael-! Sontak dia menoleh tersenyum ke putri kecil Michelle dan Nicholas selepas mengganti baju hendak kembali ke ruang kerjanya lagi. Bianca Elenora berdiri tegak di pintu kamar begitu ketakutan, tangan kecilnya sedang menutup kedua telinga tak terbiasa mendengar bentakan dan teriakan keras seolah sedang memarahi dirinya. "Sayangku Bianca, ada apa, kok kamu merengut seperti ini?" Michael menggendong ke pelukan, mengambil kedua tangannya mencium lembut menenangkan sang ponakan. "Di mana pengasuhmu Gina, mengapa tak menemanimu?" Gara-gara pertengkaran dan jeritan jalang Maria Bellezza, bocah kecil itu tak juga melepas tangan sampai dia datang menghampiri. "Oh, maafkan Om Michael, tak seharusnya kau mendengar hal tadi," ajaknya ke dalam kamar. "Ayo kita bermain lagi, sayang." Bianca menggeleng enggan tinggal di Puri Lombardy, "Aku ingin pulang bertemu Mama Michelle dan Papa Nicholas!" Oh, sayang. Tak kuasa Michael menahan haru dan duka ikut merasakan penderitaan mulai menjel
Bianca! Belevia! Seruan kencang Michael memanggil. Buru-buru memeriksa kamar Belevia, bocah kecil itu sedang dipeluk dalam buaian bibinya."Hey, kenapa kalian tak pergi makan ke bawah?" tanyanya bingung."Kau saja, biar kami berdua yang di sini," jawab Belevia acuh.Michael langsung curiga menghampiri Bianca yang terdiam tak menyambutnya. Ada yang aneh dengan anak kecil itu, memegang keningnya, oh demam."Mengapa tak bilang bila ponakanku sakit, cepat hubungi Dokter Adriano!" perintahnya tegas.Belevia malah menatap kesal."Aku ini dokter anak, biasanya aku-lah yang merawat Bianca sejak dari bayi. Kau itu tak tahu apa-apa tentang kami sebelumnya!""Okay, tapi kondisimu juga tak memungkinkan untuk merawatnya, apalagi kemarin kau juga baru sembuh," sahut Michael marah karena gadis itu menganggapnya tak peduli selama tinggal di kediamannya."Sudahlah kau pergi saja, biar aku yang menangani sendirian!""Jangan konyol, Belevia! Bianca juga keponakanku, kau seharusnya tidak memusuhiku terus
Demam Bianca belum juga turun. Belevia mulai kelelahan mengatasi sendirian. Biasanya dia dibantu oleh pengasuh Gina tapi wanita itu sedang ijin tak bekerja tiga hari karena urusan keluarga di kota lain.Michael sedang di ruang kerja tak bisa diganggu sejak sore hingga malam ini belum kembali ke kamarnya sendiri. Obat penurun panas Bianca sudah ditakar sesuai dosis. Terlihat secara fisik putri Nicolas dan Michelle terawat baik dari pagi tadi mereka pergi.Namun, setelah pulang dari pemakaman keluarga Delano Carleone tiba-tiba saja balita itu tak bersemangat dan ceria, baru merasakan arti kehilangan besar karena orang tuanya tidak lagi berada di sisinya.Belevia terperanjat ketika pintu kamarnya terbuka. Michael mengunjungi keponakannya belum juga sembuh."Apa Bianca masih demam?"Telapak tangannya menyentuh kening dan leher bocah kecil tertidur, demam tinggi. Raut wajahnya memerah, lesu dan kuyu. Ponakannya yang malang."Aku sudah berikan obat untuknya, tapi kelihatan bukan radang teng
Michael sedang berbaring di atas ranjang besar. Putri kecil replika Michelle Delano Carleone merasakan suatu kenyamanan luar biasa. Menggeliat pelan kemudian tertidur nyenyak dibuaian adik mamanya.Merasa berada digendongan papa Nicholas mengajak bermain bersama setelah pulang bekerja. Punggung kecilnya diusap Michael berulangkali meninabobokan agar beristirahat tenang setelah meminum obat lagi beberapa waktu lalu.Papa! Mama! Gumanan pelan di mulut kecilnya.Senyuman tipis tersungging, hatinya menikmati kebahagiaan tak terkira dalam buaian sang mafia."Belevia," ucap Michael pelan agar tak mengganggu keponakan mereka. "Jangan berdiri kaku di depan pintu, duduk atau berbaringlah di samping Bianca!"Gelengan gadis itu menolaknya."Kau yang menjaga di bagian sana jika anak ini terbangun, itu maksudku! Bukan aku ingin berbuat macam-macam denganmu!" titahnya tegas.Lagi-lagi kesalahpahaman terjadi pada mereka.Sang pewaris tak tahu melakukan apa-apa ketika seorang anak sedang sakit. Baru
Makan pagi yang menyenangkan.Putri kecil Michelle dan Nicholas terbangun dipelukan sang paman yang kini dipanggil sebagai Papa Michael. Menggeliat pelan karena kecupan bertubi-tubi di pipinya yang gembul."Ayo sayang, giliran papa Michael mengurus kalian berdua sekarang, aku yang menyuapi sampai bubur dan susunya habis nanti.""Papa Michael ga kerja?" tanya anak kecil itu heran."Tidak sayang, semua demi kesembuhan Bianca Elenora, nanti kita bermain lagi dan berbelanja boneka baru untukmu, okay?" bujuk sang mafia lembut."Aku juga mau buku dongeng jadi setiap malam Papa Michael membacakan untukku seperti Papa Nicholas atau Mama Michelle!""Baiklah tuan putri, kita beli sebanyak yang kamu mau, sekarang ayo kita makan."Michael mengecup kening Bianca dan Belevia sekaligus membuat gadis itu terkejut merasa bukan anak kecil perlu dibujuk untuk sarapan. Dan yang lebih menyebalkan bagi Belevia menyaksikan kedekatan mereka bagai ayah dan anak kandungnya. Terlalu pagi untuk berdebat dia mem