Salju turun lebat malam. Samuel setelah makan malam bersama Alyssa diminta untuk menemui Mark di salah satu kedai kopi. Dua pria itu duduk berhadapan dengan cangkir kopi yang masih mengepul panas. Samuel sudah bisa menduga arah pembicaraan Mark ketika memintanya untuk bertemu. Tidak ada urusan pekerjaan yang harus dibicarakan, maka Samuel yakin bahwa ini adalah perkara Jane.“Bagaimana perasaanmu terhadap putriku, Samuel?”Benar dugaannya. Samuel sudah mempunyai jawaban pasti ketika dia menerima pertanyaan itu. “Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa untuknya. Kau tahu sendiri saya bahkan tidak bisa mengurus anak saya dengan benar, apalagi Jane.”“Kau sudah mengatakan langsung padanya?”“Saya berusaha, hanya saja Jane selalu menghindar ketika saya ingin serius membicarakan hal tersebut. Saya tahu Jane tidak ingin mendengar apapun yang saya katakan tentang hubungan kita, karena dia tahu saya tidak bisa bersamanya.”Mark menghela nafasnya. Dia tidak bisa memaksa Samuel, namun ketika meliha
Alyssa ketika membuka matanya mendapati dirinya tidur seorang diri. Assa sudah bangun lebih dulu darinya. Ketika pintu dibuka dia mengarahkan matanya ke sana, Assa masuk dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Alyssa. Diletakannya nampan tersebut di atas meja dekat tempat tidur, lalu Assa duduk di sisi untuk mencium kening Alyssa.“Selamat pagi, sayang.”“Apa kamu bangun sepagi ini?”“Ya, aku tahu kamu sangat lelah jadi aku bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untukmu,” jawab Assa. Jelas sekali dia merasa sangat harus bertanggung jawab atas tindakannya semalam pada Alyssa.“Baguslah karena kamu menyadari perbuatanmu itu.”Assa tersenyum kecil, mencium bibir Alyssa dengan cepat. “Jadi mau sarapan, atau kamu yang akan menjadi sarapanku pagi ini?”“Menyebalkan!” Alyssa bangun sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.Assa mengambil meja lipat untuk digunakan di atas tempat tidur dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibuatnya. “Nyonya Fujiwara mengajariku membuat sup Kenchinjir
Malam Natal di kediaman lama Alfredo yang dijadikan tempat Assa menyembunyikan Argo tampak sangat sepi, meski sebenarnya Assa menempatkan beberapa orang untuk berjaga setiap malamnya. Mereka berada di pos masing-masing, berjaga dengan santai. Dua orang penjaga di depan gerbang tiba-tiba tumbang ketika mereka disekap dari belakang oleh dua orang yang menyuntikan sesuatu ke leher mereka.Lalu tubuh mereka disembunyikan di balik pepohonan. Salju turun lebat malam ini, jelas sekali membuat penduduk setempat enggan untuk keluar dari rumah mereka. Ditambah lagi ini adalah malam Natal, mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama keluarga masing-masing di rumah. Dua orang yang masuk secara sembunyi-sembunyi itu mendekati tempat Argo di sekap.Keduanya masuk lewat pintu belakang dengan melewati sisi rumah secara mengendap-endap. Di dapur ada penjaga tua yang biasa ditemui Assa. Pria tua itu dengan membuat teh, namun tiba-tiba dia suntik lehernya dari belakang. Pria itu kejang-kejang, dan ta
Nyatanya sering kali terjadi hal-hal yang tidak pernah diharapkan. Salah satunya kebakaran rumah Alfredo di malam Natal. Setelah diselidiki lebih jauh dugaan Assa memang benar bahwa kebakaran itu disengaja. Setelah api padam pihak kepolisan memeriksa, mereka menemukan sisa-sisa dari perangkat ledak dengan daya kecil, namun cukup untuk menghancurkan satu rumah. Selain jasad pria tua yang ditemukan, dua penjaga lainnya juga ditemukan di aantara tumpukan salju. Mereka tewas karena sianida yang disuntikan lewat leher mereka.Assa harus mengurus kematian mereka ke kantor polisi dan juga memberitahu keluarga mereka. Selain itu Assa juga memberikan jaminan pada keluarga korban. Jeff membantu Assa menyelesaikan hal tersebut. Pria itu kini berdiri menatap api yang sudah padam beberapa jam yang lalu. Dinginnya udara dan salju turun membaantu sisa-sisa puing terbakar cepat menjadi dingin. Tak ada yang tersisa dari rumah kenangan milik Alfredo itu.“Tuan Muda, pulanglah. Kami akan menyelesaikan i
Pagi saat Natal tiba. Aoyama, Sora dan Leonidas tersenyum bahagia ketika Alyssa menunjukkan hadiah-hadiah untuk mereka yang berada di bawah pohon Natal. Pagi ini juga mereka kedatangan Mark dan istrinya, bahkan Jane datang. Mereka saling bertukar hadiah dengan ucapan Natal. Rasanya seperti sebuah Natal yang sempurna untuk keluarga mereka, meski sebenarnya saling menyimpan luka masing-masing.Seperti Jane yang datang memaksakan diri untuk bisa menikmati Natal bersama dengan mengabaikan luka di hatinya. Berpura-pura biasa saja di hadapan Samuel. Ada juga Aoyama, bocah kecil yang menutupi kesedihan hatinya demi sang adik. Natal kali ini ramai di sekitarnya, namun hatinya menangis karena tak orang tuanya di sisinya. “Ini untukmu,” ucap Leonidas memberikan sebuah hadiah untk Aoyama, lalu memberikan hadiah lainnya pada Sora. “Dan ini untuk mu.”“Wah! Aku mendapatkan banyak hadiah tahun ini!” sorak Sora senang. Dia melompat kegirangan sambil memeluk hadiah dari Leonidas.Kebahagiaan anak-a
Alyssa kedatangan seseorang yang sudah lama tidak dia dengar kabarnya. Dastan, pria itu datang dengan raut wajah yang cemas. “Apa kau baik-baik saja?” tanyanya kemudian pada Alyssa yang berdiri di ambang pintu.“Dastan? Kau… kenapa baru datang?”“Apa kau baik-baik saja?” Dastan mengulangi pertanyaannya.Alyssa mengangguk, namun juga terlihat bingung. “Iya, aku baik-baik saja. Ada apa Dastan? Apa yang sebenarnya terjadi?”“Aku ingin bicara dengan Assa. Dia ada?”“Dia sedang pergi bersama Jeff, katanya mau mengunjungi Elliot di penjara.”Tidak lama mobil Assa sampai di Mansion. Dastan langsung menghampiri Assa bahkan sebelum pria itu keluar dari mobil. Assa ketika turun menatap Dastan dengan bingung. Belum sempat dia bertanya, Dastan sudah lebih dulu berkata. “Kau harus menangkap Lena. Dia sangat berbahaya.”“Lena? Dia ada di Rusia.”“Tidak! Dia tidak ada di Rusia.”“Apa maksudmu? Aku sendiri yang mengantarnya ke bandara,” jelas Assa menampik apa yang Dastan katakan.Dastan kemudian men
Jenazah Samuel sudah berada di ruang Otopsi dan sedang ditangani tim Forensik untuk menemukan penyebab kematiannya. Selain luka lebam di hampir sekujur tubuhnya, mereka juga menemukan beberapa tulang yang retak pada bagian tangan, tulang rusuk dan juga tulang punggungnya. Ada luka sayatan yang dalamnya tidak kurang dari lima milimeter di bagian wajah, dimulai dari dekat daun telinga sampai sudut bibir. Assa akan segera menerima laporan tersebut lewat Arthur. Namun kini pria itu lebih dulu meminta pihak kepolisian untuk memblokir, dan mencari Argo termasuk Lena. Beberapa polisi sudah ditempatkan pada titik jalan tertentu untuk melakukan pemeriksaan dan pencarian tersangka. Arthur membantu Assa dengan baik sejak pertama kali kasus yang melibatkan Argo dan Alfredo terjadi.“Terima kasih sudah membantuku,” ujar Assa sebelum pergi dari kantor kepolisian.“Sama-sama,” balas Arthur. “Aku akan terus menginformasikan setiap perkembangan kasusnya. Assa, tenanglah. Kau harus fokus dengan keadaa
Jane dipersilahkan masuk untuk melihat jenazah Samuel di kamar mayat setelah proses otopsi selesai. Ada petugas yang menenamaninya, membantu Jane mengeluarkan jenazah tersebut dari lemari pendingin mayat. Tubuh Samuel ditutupi kain putih. Langkah Jane terasa berat ketika mendekatinya, seperti ada ribuan ton batu yang dirantai di kakinya. Begitu berdiri tepat di sisi, kini giliran tangannya yang berat terangkat untuk membuka kain putih itu.Gemetar sudah tangannya, tubuhnya pun seperti tak merasakan apa-apa lagi. Jane tidak langsung membuka kain itu ketika tangannya menyentuh ujungnya. Dia mengatur nafasnya sendiri, berusaha sekuat mungkin untuk melihat apa yang akan dilihatnya. Perlahan, mili demi mili kain itu disingkap Jane dengan tangannya yang gemetar hebat. Begitu wajah Samuel jelas terlihat, maka hanya air mata yang mewakilkan segala kesakitan yang Jane rasakan sekarang. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Bibirnya gemetar, kakinya lunglai, dan Jane menjatuhkan kepalanya di atas t