"Lama banget sih?" Kalimat itu langsung diucapkan oleh Irna saat melihat sosok Radit datang. Wajah gadis itu cemberut. Dia sudah menunggu kekasihnya itu selama 1 jam lebih. Tentu saja dia kesal setengah mati.
Hari ini Irna sudah berdandan cantik demi pergi kencan dengan kekasihnya. Dalam bayangannya hari ini dia akan menghabiskan malam romantis bersama Radit. Tapi, siapa yang bisa menyangka akhirnya lain. Satu jam menunggu dia merasa riasannya bahkan sepertinya sudah luntur, ditambah wajah masam karena kekesalan hatinya. Selamat tinggal kencan romantis, Irna bersyukur kalau hari ini tidak ada pertengkaran.
"Maaf ya Sayang. Kan aku udah bilang kalau tadi antar senior dulu" balas Radit. Tersenyum selebar mungkin. Lelaki itu merasa sangat bersalah karena berbohong pada Irna hari ini. Apalagi dia bersama dengan Raina sebelumnya.
"Tapi ini udah satu jam aku tung
Di tempat lain, Raina baru saja turun dari angkutan kota. Hari sedikit mendung, langit kota Bandung semakin menggelap. Raina berjalan lebih cepat, takut hujan akan turun sebelum dia sampai di rumah karena dia tidak membawa payung apalagi jas hujan. Sebuah bunyi klakson dari arah samping mengagetkan dirinya. "Astaga!" Pekik Raina, nyaris terpeleset karena saking terkejutnya. Nyaris saja Raina akan mengumpat, mengeluarkan semua sumpah serapah si pengemudi mobil yang membunyikan klakson itu, beruntung pengemudi itu langsung turun, dan membuat Raina tambah terkejut saat melihat sosoknya. "Tama?" Sapa Raina saat menyadari ternyata pengemudi mobil itu adalah Tama. Lelaki itu berjalan mendekati Raina. Seperti biasanya, ekspresinya tetap datar, seolah-olah dia tidak bersalah. "Sori, gue buat kaget ya?" Tanya Tama, nada suaranya dan raut wajahnya terlihat tidak tulus meminta maaf.&nb
Raina baru saja terbangun subuh ini. Dia meregangkan seluruh sendi di tubuhnya. Terasa pegal dan lelah sekali. Seharian bekerja mengurusi acara pemilihan CR, ditambah kehujanan sedikit semalam, membuat tidurnya lelap sekali. Gadis itu mengambil ponselnya yang dia lempar sembarangan semalam. Hari ini dia berencana untuk melihat tempat kos yang letaknya di dekat rumah sakit. Raina sengaja menyewa tempat kos, karena jarak rumahnya dengan rumah sakit tempat dia belajar nanti cukup jauh. Akan sulit bila ada keperluan mendadak nanti. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, telepon masuk dari Yasmin. "Halo" sapa Raina cepat. Suaranya masih serak khas orang bangun pagi. "Udah bangun lu? Hari ini jadi kita lihat kos-kosan?" Tanya Yasmin, menyadari Raina yang baru bangun tidur. "Em" balas Raina, matanya masih setengah terpejam. Badannya yang pegal memintanya untuk kembali bangun
"Na, nanti tunggu dulu ya, kita nunggu yang mau bareng liat kos" ucap Yasmin saat mereka sampai di tempat kos yang mereka tuju. Seorang penjaga kos sudah menyambut mereka. "Siapa?" Tanya Raina. Dia tidak tahu kalau Yasmin membuat janji dengan orang lain. Raina pikir hanya mereka berdua. "Tunggu bentar, nanti juga lu tahu sendiri" balas Yasmin. Gadis itu mengetik pesan tulisan di ponselnya"Na, nanti tunggu dulu ya, kita nunggu yang mau bareng liat kos" ucap Yasmin saat mereka sampai di tempat kos yang mereka tuju. Seorang penjaga kos sudah menyambut mereka. "Siapa?" Tanya Raina. Dia tidak tahu kalau Yasmin membuat janji dengan orang lain. Raina pikir hanya mereka berdua. "Tunggu bentar, nanti juga lu tahu sendiri"
"Aku lihat dulu ya, ada kemungkinan aku bareng kosnya sama pacar aku" jawab Radit. Raina tersentak mendengar jawaban Radit. "Pacar? Apa dia salah dengar?" Tanya Raina dalam hati. "Pacar?" Tanya Raina. Rasa bahagia lenyap seketika dari hatinya. "Iya, pacar aku kos sekitar sini juga" jawab Radit. "Oh" jawab Raina pelan. Gadis itu langsung menunduk dalam, merasa bodoh. Bagaimana mungkin pria semanis dan sebaik Radit belum punya kekasih, bodohnya dirinya yang terlalu naif menyangka kalau Radit masih jomblo. Di sisi lain, Yasmin hanya bisa menghela napas berat. Dia tahu apa yang sahabatnya itu rasakan. Ini akan menjadi kenyataan yang Menyakitk
"Katanya lu mau beli makanan, kok malah kesini?" Tanya Raina bingung, yang dia tahu tempat ini untuk berbelanja. "Iya, gue disini buat beli makanan, ada yang salah?" Tanya Tama, justru heran dengan pertanyaan Raina. Memang apa salahnya membeli makanan di swalayan, tanya Tama pada dirinya sendiri. "Gue pikir elu mampir di kafe atau restauran atau food court untuk beli makanan" jawab Raina, menjelaskan maksud dirinya. "Lebih hemat kalau masak" balas Tama dengan tenang. "Masak?!" Raina terkejut sekaligus tertawa geli. Dia tidak sanggup membaya
Sudah seminggu terakhir Raina berusaha keras untuk melupakan Radit dalam hidupnya, tapi tentu saja sulit. Mereka masih tetap bertemu setiap hari, karena sudah mulai banyak tugas untuk junior baru yang harus dikerjakan bersama kelompok. Radit juga tidak mengetahui isi hati Raina, tentu saja lelaki manis itu tetap berlaku sopan dan baik pada Raina, membuat Raina bertambah sulit untuk melupakannya. Minggu ini adalah minggu terakhir liburan Raina. Mulai minggu depan Raina mulai mengikuti kegiatan residensi di rumah sakit. Pagi ini Raina mulai mengemas barang-barangnya untuk pindah ke kamar kosnya. Gadis itu sudah sibuk dari pagi hari. "Mau ibu antar jam berapa?" Tanya Ibu, tiba-tiba berada di depan pintu kamar Raina. "Duh, Ibu. Buat Nana kaget aja." Balas Raina, dia terlalu serius mengemas barang sampai tidak menyadari kehadiran ibu di kamarnya. "Kamu aja kagetan, orang ibu dari tadi berd
"Tsk, gue turun di depan" pinta Raina dengan ketus. "Apaan sih?" Balas Tama, heran dengan permintaan tiba-tiba dari Raina. Pria itu tetap menyetir dengan tenang. "Turunin gue di depan, gue enggak mau lagi menumpang sama elu" balas Raina, sengaja menekankan kata "menumpang" pada kalimatnya. "Enggak mau," jawab Tama, masih tetap tenang. "Turun enggak?! Apa gue harus lompat dari mobil?" Tanya Raina, sengaja mengancam. "Silakan aja, tapi kalau elu kenapa-kenapa gue enggak tanggung jawab ya" balas Tama lagi, masih dengan ekspresi datar saja. Tapi sebenarnya lelaki itu merasa khawatir juga dalam hatinya. "Sial!" Maki Raina dalam hati, dia hanya ingin mengancam Tama pada awalnya, tapi sialnya lelaki itu justru malah terlihat santai dan tenang. Tentu saja Raina tidak berani untuk melompat, dia masih punya akal sehat dan masih sayang dengan nyawanya sendiri. Gadis itu hanya mende
"Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. "Tadi sih curhat berantem hebat sama pacarnya" balas Yasmin. Yasmin teringat cerita Radit beberapa hari terakhir. Radit cukup nyaman untuk berkeluh kesah dengan Yasmin, mungkin karena Radit tahu Yasmin punya hubungan serius dengan kekasih Yasmin dan gaya berpacaran Yasmin dan kekasihnya dewasa sekali. Radit mengagumi itu, berbeda dengan gaya pacaran dirinya dan Irna. Kekasihnya masih manja, seenaknya dan jauh dari kata dewasa. Setiap hari selalu ada saja bahan untuk bertengkar. Radit kadang merasa lelah sendiri menghadapi sikap kekanakan dari Irna.