Chlora meniup lilin yang ada di hadapannya. Galan, Violet, Alwin dan yang lainnya menepuk tangan dengan kencang. Chlora tersenyum dan menatap kue ulang tahun itu. Sudah tujuh tahun ia hidup di dunia ini.
“Selamat ulang tahun yang ke tujuh, Chlora! Aku membelikan ini untuk kakak,” ucap Alwin sambil menyerahkan sebuah kotak kado.
Chlora menerima kado itu dan menepuk kepala Alwin. “Terima kasih, Alwin.”
“Saya sudah meletakkan kado-kado itu di kamar Chlora,” ucap Lucy.
Galan menunduk dan tersenyum. “Selamat ulang tahun, Chlora! Ayah dan ibu memberikan kado untuk Chlora. Chlora bisa mencari kado itu sendiri.”
Chlora mengangguk. “Terima kasih, ayah, ibu. Chlora pergi ke kamar dulu.”
“Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk membuka kado-kado itu,” Violet tertawa.
Chlora berlari ke kamarnya dan menemukan setumpuk kado. Chlora heran ketika melihat kado yang sebanyak itu. Biasanya kado itu diberikan oleh pelayan-pelayan yang ada di kastil Beasley karena mereka tersentuh dengan kebaikan Chlora.
“Aku hanya memperlakukan mereka seperti manusia, kenapa mereka sampai seheboh ini? Ah, aku melupakan sistem bangsawan yang masih berlaku di dunia ini,” ucap Chlora.
Chlora mengambil salah satu kado yang paling mencolok dan membukanya. Ia terkejut ketika melihat sebuah kalung yang berisi permata citrine. Warna permata itu sama dengan warna matanya, kuning. Chlora tersenyum ketika melihat simbol keluarga Beasley. Ayah dan ibunya memberikan hadiah itu untuknya.
“Tidak sia-sia aku memaksa ayah untuk membeli tambang Lunar. Memang ayah adalah tipe ayah yang lemah dengan anaknya. Ia selalu memberikan apa pun yang aku inginkan.”
Chlora memakai kalung itu. “Pantas saja sifat Chlora di novel sangat menyebalkan. Jika aku tidak mengingat kehidupan masa laluku bisa saja aku menjadi Chlora yang ada di novel.”
Chlora kembali membuka kado-kadonya. Ada buku, aksesoris, dan gaun. Chlora tercengang. “Barang sebanyak ini? Aku rasa aku harus menyumbangkannya.”
Tangan Chlora terhenti ketika melihat sebuah jepit rambut yang memiliki bentuk bunga berwarna biru. “Wah, aku menyukai ini. Siapa yang memberikannya?”
Chlora membolak-balik kotak kado itu. Tapi tidak ada satu pun tanda pengirimnya. Chlora mendesah dan memakainya. Ia tersenyum senang. Jepit rambut itu sangat cocok dengan rambutnya yang berwarna pucat.
“Siapa pun yang memberikan jepit rambut ini! Aku sangat berterimakasih!” pekik Chlora.
Sebuah bayangan yang berdiri di dekat jendela kamarnya melesat pergi setelah mendengar itu.
*
Baru saja tadi Chlora merasa senang. Kini suasana hatinya kembali hancur melihat Shelia, Cithrel dan Michael yang tiba-tiba saja datang ke rumahnya. Pengecualian untuk Zoey, karena yang gadis itu lakukan hanyalah diam dan menonton teman-temannya.
“Selamat ulang tahun, Chlora! Ini kadoku untukmu!” Shelia memberikan kotak kado itu.
Chlora menerimanya dengan setengah hati. “Terima kasih.”
Cithrel, Michael, dan Zoey juga memberikan kado mereka untuk Chlora. Chlora memutar matanya, tampaknya anak-anak ini tidak kapok juga dengan kata-katanya. “Lebih baik kalian menyumbangkan uang kalian ke panti asuhan dari pada memberikanku kado seperti ini.”
“Kau memang orang yang sangat baik, Chlora!” puji Michael.
Entah mengapa tiba-tiba Chlora merasakan aura yang tidak enak mengelilinginya. Chlora mulai mengambil ancang-ancang. Namun, tampaknya teman-temannya itu sama sekali tidak tahu dengan apa yang dirasakan Chlora.
Cithrel mengambil sebuah kue kering dan menyodorkannya ke Chlora. Chlora dengan cepat memakan itu. Firasatnya semakin tidak enak. Chlora tersentak ketika tanah di bawahnya bergerak, seperti gempa.
“Kalian cepat lari ke bawah meja!” pekik Chlora. Pikiran Chlora tidak beraturan. Ruangan yang mereka gunakan lumayan jauh dari tanah lapang. Lagi pula anak kecil seperti mereka tidak akan bisa melompati jendela.
Dengan segala ketakutannya, Chlora berlari dari ruangan itu. Ia harus segera mencari orang untuk menyelamatkan teman-temannya. Namun entah kenapa Chlora mendapatkan nasib yang sial, tidak ada satu pun pelayan yang lewat di sana.
Chlora terkejut ketika sebuah guci besar jatuh ke arahnya. Dia berlari dan berteriak. “Astaga, tolong hentikan ini!” teriaknya.
Gempa itu langsung berhenti diiringi suara guci yang pecah. Chlora menoleh dan tersentak ketika guci itu jatuh ke arah yang berlawanan. Padahal sudah jelas tadi ia melihat jika guci itu akan jatuh ke arahnya.
Jantung Chlora masih berdegup dengan kencang. ‘Apakah ini ulah Virion? Apa ia marah karena aku sudah mengusik Shelia? Tapi aku tetap menerima hadiah Shelia.’
Virion memang baru terlihat pada umur lima belas tahun, tapi ia sudah terobsesi dengan Shelia sejak ia masih kecil. “Ah, aku harus mengevakuasi mereka terlebih dahulu. Sebenci apa pun aku kepada mereka, mereka tetaplah manusia.”
Chlora berlari ke ruangan itu dan melihat teman-temannya yang masih meringkuk di bawah meja. Chlora menghembuskan napasnya lega karena tidak ada temannya yang terluka. “Hei, kalian! Cepat ikuti aku!”
Chlora langsung berlari ke tanah lapang diikuti teman-temannya. Chlora melirik Shelia yang sedang menangis dan mengeraskan rahangnya. Namun Chlora berusaha mengontrol emosinya. “Jika aku mengatakan bahwa aku tidak ingin melihat kalian, maka kalian harus mendengarkanku! Inilah yang terjadi jika kalian memaksa untuk menemuiku!”
“Kenapa kau membenci kami, Chlora? Kau sangat baik dengan teman-teman yang lain tapi kau sangat membenci kami. Kami juga ingin menjadi temanmu,” ucap Cithrel lirih.
Chlora mendengus. “Aku tidak harus menyukai semua orang bukan?”
Zoey yang dari tadi diam berbisik kepada Chlora. “Chlora, aku rasa pelaku utamanya memang sama, tapi penyebabnya berbeda.”
“Apa maksudmu?” tanya Chlora.
“Aku rasa alur ceritanya berubah karena kau mengingat masa lalumu,” jawabnya.
Chlora menoleh dan melotot ke arah Zoey. Ah, Chlora lupa jika Zoey adalah penyihir. Tentu saja Zoey bisa mengetahui rahasianya itu. Tapi di kekaisaran ini, penyihir cenderung dimusuhi karena dianggap jahat.
“Zoey, tolong katakan pada mereka untuk jangan menemuiku lagi. Mereka hanya membuatku semakin dekat dengan kematian,” ucap Chlora sambil memegang dahinya.
Zoey mengangguk. “Aku juga tidak ingin bernasib tragis karena pemilik pedang Lazarus sialan itu. Yang dia lakukan hanyalah menghancurkan kekaisaran saja.”
“Chlora! Apakah kau tidak apa-apa?” tanya Violet khawatir dan Chlora menggeleng.
“Anak-anak, lebih baik kalian pulang sekarang. Aku rasa kondisi kali ini akan menganggu waktu kalian untuk bermain,” ucap Galan lembut.
Mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, Zoey mengedipkan matanya ke arah Chlora. Chlora menyeringai, setidaknya ia memiliki simbiosis mutualisme.
Setelah menunggu beberapa waktu, Chlora akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Lucy menunggu di luar dan Chlora menatap langit-langit kamar.
“Aku hanya ingin hidup dengan tenang, sesulit itukah untuk mewujudkannya?”
Air mata Chlora terjatuh. “Aku tidak mengerti mengapa aku yang terkena imbasnya. Aku selalu menghindari Shelia, tapi takdir buruk tampaknya sudah menempel di tubuhku.”
“Jika saja, aku bisa segera pergi dari sini, tapi aku menyayangi Alwin.”
Chlora menyembunyikan wajahnya diantara bantal dan menangis sesenggukan. Ia tidak ingin mati lagi. Ia ingin hidup sampai tua, bukan meninggal di usia muda.
“Andai saja..” Chlora tertidur karena lelah menangis.
Sebuah bayangan masuk dan menghapus air mata Chlora. “Maaf.”
Chlora menyesap tehnya. “Jadi, aku jelaskan semuanya padaku, Zoey.”“Aku yakin kau sudah mengetahui siapa aku sebenarnya, mengingat kau membaca buku itu.”“Hm, kau adalah penyihir,” jawab Chlora tenang.Zoey menghembuskan napasnya. “Kami penyihir bisa mengetahui perbedaan antara jiwa-jiwa manusia. Aku bisa merasakan bahwa jiwamu berusia lebih tua dari pada tubuhmu.”“Menarik, tapi dari mana kau mengetahui tentang buku?”“Jika kau berpikir dunia ini terbentuk karena buku itu, maka kau salah. Dunia ini sudah ada sebelum buku itu. Kemungkinan penulis yang membuat buku itu adalah penyihir yang berasal dari sini. Jika penyihir itu sudah dalam tingkat tertinggi, maka dia bisa berpindah dimensi sesukanya. Semua penyihir tahu tentang keberadaan buku ‘Bunga dan Cinta’,” jawab Zoey.Chlora mengangguk mengerti. “Tapi alur cerita buku itu berubah karenaku, bukan?”“Iya. Aku tidak menyangka jika kau bisa bereinkarnasi ke dunia ini. Di dunia ini tidak ada yang namanya reinkarnasi. Setelah mati, mak
Chlora menatap Shelia dan Cithrel dengan datar. Kedua orang itu tampaknya tidak pernah berhenti mengejar-ngejar dirinya. Chlora merasa seakan mereka sedang terjebak dalam cinta segitiga. “Kau tidak boleh berbicara dengan Chlora!” pekik Shelia.“Mana bisa begitu? Jelas-jelas aku yang tiba di sini lebih dulu!” balas Cithrel.Chlora menguap. Padahal tujuannya pergi ke kastil Woods hanyalah untuk menemui Zoey. Chlora melotot ke arah Zoey namun gadis itu hanya mengangkat kedua bahunya. Chlora menahan geramannya. “Aku tidak akan berbicara dengan kalian berdua, jadi bisakah kalian diam?” ucap Chlora.Shelia dan Cithrel langsung terduduk. Chlora bisa mendengar suara tawa Zoey yang kecil. Sial, Chlora sedang tidak ingin meladeni kedua tokoh utama itu. Dia ingin berdiskusi pada Zoey karena sebentar lagi Virion akan masuk ke dalam akademi.“Mengapa kalian tiba-tiba muncul di sini?” tanya Zoey.Shelia menunduk. “Aku sedang berjalan-jalan, dan tanpa sengaja melihat kereta kuda yang memiliki lamb
Chlora mencorat-coret ide yang akan ia gunakan untuk terhindar dari kematian. Chlora tidak akan merasa lega jika Shelia dan Cithrel terus masuk ke dalam kehidupannya. Di mana ada tokoh utama, di sana ada masalah.“Mengapa Virion harus ikut dalam masalah ini? Hidup memang merepotkan,” keluh Chlora.Chlora bergidik ketika tiba-tiba udara menjadi lebih dingin. “Ah, lagi pula aku dan dia sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tak bisakah kami menjadi teman?”Chlora memutar matanya. “Mana mungkin. Aku adalah orang yang meracuni Shelia di novel. Ah, Shelia dan para laki-laki bodoh itu, sangat menyebalkan.”Chlora menatap jam yang bergerak. Waktu berjalan dengan sangat cepat. Chlora menyesal ia menurunkan kewaspadaannya karena kasih sayang Galan dan Violet. Chlora tahu jika ia tidak bisa bersantai seperti ini jika dia ingin hidup.“Sayang sekali aku terlahir kembali menjadi manusia biasa, bukan penyihir. Situasi akan menjadi lebih menguntungkan jika aku adalah penyihir.”Chlora menatap bunga m
Chlora melihat laporan harta kekayaan keluarganya. Banyak bangsawan yang menyesal karena mereka percaya dengan rumor itu sehingga menolak untuk membeli tambang Lunar. Kini mereka hanya bisa mengigit jari karena harga tambang Lunar sudah jauh di atas.“Setidaknya aku sudah mengambil salah satu harta kekayaan yang Cithrel miliki di novel. Menurutmu apa lagi yang harus aku ambil?” tanya Chlora.Zoey menggigit biskuit yang ada di tangannya. “Kau tahu bukan jika dia memiliki salah satu pedang yang menjadi legenda? Kau bisa mencari pedang itu dan memberikannya pada Alwin.”“Lebih kuat pedang itu atau pedang Lazarus?” ucap Chlora.“Tentu saja pedang Lazarus. Tapi pedang itu juga memiliki harga yang sama dengan pedang Lazarus. Ah, kemarin aku berhasil mencuri buku itu dari dimensi lain,” Zoey mengeluarkan sebuah buku yang memiliki sampul berwarna merah muda.Chlora menerima buku itu dan tertawa. “Astaga, buku sialan ini. Tapi aku membutuhkannya karena ingatanku sudah mulai samar. Bisakah aku
Chlora menelan ludahnya. Hari ini adalah hari di mana ia akan menjalani tes untuk masuk ke akademi. Tentu saja bukan tes itu yang Chlora takutkan, tapi ia malas betemu Shelia dan Cithrel. Chlora tidak terlalu peduli dengan Shelia, tapi Chlora merasa bahwa Cithrel menyukainya.“Rasanya kepalaku akan pecah bila meladeni orang yang jatuh cinta,” celetuk Zoey.Chlora menoleh tidak percaya. “Hallo, seharusnya kau bisa menyihir Cithrel agar dia tidak jatuh cinta denganku, bukan?”“Mana mungkin! Sihir tidak bisa membuat orang mencintai atau berhenti mencintai!” ucap Zoey.Chlora memijat-mijat kepalanya, hal yang hampir setiap hari ia lakukan setelah bereinkarnasi di dunia ini. “Sial, siapa sangka alur ceritanya akan sehancur ini.”“Chlora, aku berharap kita bisa lolos ke akademi agar kita bisa terus bersama,” senyum Cithrel.Shelia menatap Cithrel dengan pandangan jijik. “Chlora terlalu bagus untukmu, Cithrel! Kau sama sekali tidak pantas berada di samping Chlora!”“Aku akan membuat diriku p
Chlora menatap kamar yang akan ia tempati selama lima tahun ke depan. Karena Chlora adalah murid jenius yang bisa mengerjakan soal dengan mudah dan cepat. Bahkan kini sudah tersebar jika Chlora menjadi murid paling jenius yang ada di akademi.“Padahal soal itu sama sekali tidak sulit. Ah, aku lupa, aku tinggal di benua asia yang pada saat kami masih berada di kelas dua kami sudah diwajibkan menghafal perkalian,” desah Chlora.Chlora meletakkan tasnya. “Ada untungnya juga menjadi murid yang jenius. Aku diberikan kamar yang bisa ditempati sendiri agar aku bisa fokus belajar.”Chlora memandang kamarnya yang berukuran 3x3 meter. Tentu saja kamar ini lebih kecil dari pada kamar yang lain karena kamar ini hanya digunakan untuk satu orang. Chlora membuka jendela dan menatap pemandangan.“Sial, apa yang harus aku lakukan di sini? Rasanya memang sejak awal aku tidak punya tujuan hidup selain hidup dalam kemewahan,” keluh Chlora.Chlora menatap gedung di mana siswa laki-laki tinggal. Gedung itu
Chlora bisa merasakan bajunya yang basah karena Virion. Di dalam hatinya, Chlora merasa bimbang. Dia, Zoey, dan Virion sama-sama merupakan tokoh antagonis. Tentu saja Chlora yakin Virion tidak ingin menjadi seperti yang ada di novel.“Apakah kau sudah selesai?” Chlora menghapus air mata Virion. Ia terpaku melihat wajah Virion yang tampan itu. Bahkan setelah menangis Virion masih terlihat tampan.Virion menatap mata Chlora yang berwarna kuning. “Kau adalah satu-satunya orang yang pernah mengobatiku saat ayahku menganiayaku. Untuk pertama kalinya aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Tapi hatiku terasa sakit saat kau mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat.”Chlora langsung terdiam dan merasa bersalah. “Maaf, Virion. Aku menilaimu dengan buruk, tapi aku sendiri tidak pernah bertemu denganmu. Maafkan aku.”‘Chlora! Berikan saja dia novel itu! Aku yakin seorang antagonis pasti ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik, dan kita adalah contohnya!’ ucap Zoey.Zoey menciptaka
Chlora menatap seragam yang diberikan oleh akademi. “Seragamnya mirip dengan seragam Korea dan Jepang, tapi roknya lebih panjang.”“Sekolah dimulai dari jam delapan pagi hingga jam tiga sore. Jadwalnya mirip seperti sekolah di Amerika, tapi mata pelajarannya diatur sekolah seperti di Asia.”Chlora memakai seragam itu dan tersenyum. “Dulu aku sangat ingin menggunakan seragam seperti ini. Siapa sangka kini aku bisa menggunakannya tanpa dipandang aneh.”“Apa yang kau lakukan? Kita harus pergi ke kelas sekarang!” pekik Zoey.Chlora mengangguk dan berjalan bersama Zoey ke ruang kelas. Setelah beberapa menit mereka berjalan, Chlora bisa melihat sudah banyak siswa baru yang duduk di tempat masing-masing. Chlora menatap ruang kelas itu. “Ruang kelasnya seperti ruang kuliah di Amerika.”Zoey mengernyit. “Berhenti berbicara tentang kehidupanmu di masa lalu, jika ada orang yang mendengarnya bisa saja itu menjadi masalah bagimu.”Zoey menarik tangan Chlora dan duduk di tempat yang tersedia. Mata