Share

78. Ayam Goreng

Tiga…dua….satu…

Kamera mulai merekam. Ali berbicara pertama. Setelahnya Arin dan terakhir aku. Kami berbicara secara jujur dan apa adanya. Tidak ada yang ditutupi.

Tanpa sadar, aku meneteskan air mata saat Ali menceritakan semua kejadiannya secara detail. Dengan cepat aku segera menyeka pipi. Aku hanya bisa menunduk selama Ali berbicara.

Tiga jam berlalu. Kami selesai merekam video.

“Kenapa kau menangis tadi?” Mino bertanya tepat setelah dia bilang berhenti. Ali dan Arin sontak menoleh. Mereka mungkin tak menyadarinya karena kami duduk sejajar.

“Hm? Aku?” Aku pura-pura tidak tahu sambil memandangi setiap mata yanga menatap ke arahku.

“Tidak…aku tidak menangis. Sepertinya tadi ada debu halus yang masuk ke mataku.” Aku membual karena Mino sudah pasti melihat semuanya. Selama ini aku juga tak pernah berhasil jika ingin berbohong padanya. Selalu saja ketahuan.

Ali mengedarkan pandangan. “Tapi di sini ada a
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status