Hari-hari terus berganti. Sudah hampir tiga pekan sejak kejadian di danau Taiyang. Raja Iblis Xin Yi sangat murka karena Hao Qie telah gagal mencelakai Lu Sicheng. Alih-alih pesuruhnya itu hampir membuat Ratu Yang tiada. Karena rasa amarahnya, Raja Iblis pun mengamuk di alam para dewa. Xin Yi memporah-porandahkan istana atas langit.Kaisar langit sangat murka karenanya. Dia pun mengadakan rapat dengan semua Dewa semesta, diantaranya Dewa Bumi, Dewa Langit, Dewa Api dan Dewa Ming. Raja langit mengatakan jika reinkarnasi Maha Dewa Ying telah datang. Semua Dewa tampak sangat bahagia mendengar berita itu."Siapa manusia beruntung itu, Yang Mulia?" tanya Dewa Langit."Maha Dewa telah bereinkarnai menjadi seorang pria yang sangat tampan, berbudi luhur dan sangat mengagumkan. Dia adalah Lu Sicheng. Putra Mahkota dari Raja Lu Cia-Hao dan Permaisuri Fang Yin. Lu Sicheng adalah satu-satunya dinasti Lu yang masih tersisa." Kaisar Langit menjelaskan."Lu Sicheng? Sepertinya hamba pernah mendengar
Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang, namun usahanya sia-sia saja. Ratu Yang tak sadarkan diri. Lu Sicheng menyapu pandangan ke sekitar. Astaga, ternyata mereka sedang berada di puncak gunung Hangciang. Salju dimana-mana. Lu Sicheng bergegas meraih tubuh Ratu Yang ke dadanya. Dia harus segera membawa sang ratu pergi ke tempat yang lebih hangat.Langkahnya terhenti di tepi sebuah gua. Sepertinya di dalam sana lebih hangat, pikir Lu Sicheng. Dia pun segera memasuki gua itu sembari menggendong Ratu Yang di dadanya.Benar, di dalam gua itu terasa lebih hangat.Lu Sicheng segera mencari tempat yang bersih untuk merebahkan tubuh Ratu Yang.Dia pun segera menyalakan api unggun sebagai penerangan.Aneh, kenapa Ratu Yang masih belum sadar juga? Lu Sicheng menghampiri sang ratu yang terbaring di atas batu besar."Yang Mulia!" Lu Sicheng berusaha membangunkan Ratu Yang dengan mengguncang pelan kedua bahunya. Namun sang ratu tidak bergerak sama sekali. Bahkan tubuhnya sangat dingin bagaikan
Pagi itu sangat cerah. Sang surya menunjukkan sinar jingganya dengan pongah. Angin berhembus sejuk membelai bendera kerajaan Dong Taiyang yang berkibar angkuh di atas bangunan megah istana.Di tempat pelatihan tampak Ratu Yang dan Pangeran Lin Jiang yang sedang berlatih pedang. Keduanya tampak serius berlatih sembari tertawa sesekali.Lu Sicheng yang berdiri di tepi balkon lantai dua istana tampak memperhatikan Ratu Yang. Kedua tangannya berada di belakang pinggang dengan bibirnya yang mengulas senyum kagum pada wanita yang sedang mengisi lubuk hatinya saat ini.Mengagumkan. Gerakkan pedang Ratu Yang sungguh menggetarkan hatinya. Gerakkan pedang yang sangat indah dan elegan. Bagaikan sebuah tarian suci para Dewi di kayangan. Lu Sicheng tak ingin berpaling walau sedetik dari pemandangan indah di hadapannya."Kakak Lu!""Kakak Lu!"Tiba-tiba Xue Ying datang menghampirinya.Lu Sicheng segera memutar tubuhnya menghadap pada gadis dengan hanfu biru muda di hadapannya itu. Xue Ying memberin
"Haaa ..." Hong Ri tak bisa meledakkan rasa kagetnya, karena Jenderal Chou segera membungkam mulut pemuda itu. Dia tak ingin Lu Sicheng dan Ratu Yang sampai merasa malu karena mereka telah memangkap basah keduanya yang sedang berciuman.Ratu Yang menatap Lu Sicheng yang baru saja melepaskan pangutan bibirnya. Pipi licin Ratu Yang bersemu merah karena ciuman panas tadi. Dia pun segera menjatuhkan wajahnya pada dada bidang pria di hadapannya.Lu Sicheng mengulas senyum dan segera menaruh kedua tangannya pada punggung sang ratu. Mengusap hingga mengecup pucuk kepal Ratu Yang penuh cinta.Jenderal Chou, Hong Ri dan Yihua sangat tercengang melihat hal itu. Astaga, apa ini? Jadi mereka benar-benar telah menjalin hubungan? Jenderal Chou tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya.Ekor mata Lu Sicheng tiba-tiba melihat tiga orang itu. Dia sangat terkejut dibuatnya. Segera Dilepaskan dekapannya dari Ratu Yang. Wajahnya ia lempar ke lain arah. Keadaan di ruangan itu pun berubah canggung."
Sepulang dari rumah Perdana Menteri Han, Ratu Yang menjadi marah dan tak mau bicara pada Lu Sicheng. Meskipun Lu Sicheng mengatakan pada Perdana Menteri Han, jika dia tak bisa menikahi putrinya, Han Xue Ying, namun tetap saja Perdana Menteri Han memaksa dan memberi waktu pada Lu Sicheng untuk berpikir.Lu Sicheng tak bisa berbuat banyak karena Perdana Menteri Han tampaknya sangat berharap dirinya mau menikahi Xue Ying."Sudahlah, Yang Mulia. Anda sudah menangis hampir dua jam. Ini tak baik untuk kesehatan Anda," tukas Yihua sembari duduk di tepi ranjang Ratu Yang. Gadis itu sangat mencemaskan sang ratu yang terus menangis sembari duduk mendekap kedua lututnya di tengah ranjang."Yihua, aku tak tahu harus bagaimana. Perdana Menteri Han bahkan memintaku untuk membujuk Lu Sicheng. Tidak mungkin aku meminta kekasihku untuk menikahi gadis lain, kan?" Ratu Yang kembali menangis.Yihua menelan ludah kasar mendengar hal itu, dia lantas berkata,"Yang Mulia tenanglah, Yihua juga tak ingin jika
Burung gagak hitam hinggap di atap istana Dong Taiyang. Sepasang matanya yang tajam sedang memperhatikan para petinggi istana yang sedang mengantar Ratu Yang menaiki tandunya.Benar, pagi ini Ratu Yang akan ikut serta dengan Pangeran Lin Jiang ke Utara. Para menteri istana mengantar rombongan sang ratu sampai keluar gerbang.Jenderal Chou dan Lu Sicheng tampak sudah menaiki kudanya. Sedangkan Perdana Menteri Han tidak ikut kali ini. Ratu Yang memerintahkan padanya untuk mengurus istana selama ia berada di Utara.Pangeran Lin Jiang tampak sangat bahagia. Jelas. Karena ia memboyong Ratu Yang ke istana Utara bukan semata untuk berkunjung saja, melainkan untuk membicarakan rencana pernikahan mereka juga. Namun sang ratu tidak mengetahui hal itu. Berangkat ke Utara bukanlah hal yang tidak biasa baginya.Karena sejak ia masih kecil, ayahnya sering kali mengajaknya ke sana. Sekedar untuk berkunjung dan bersilaturahmi. Lagi pula, kerajaan Utara masih di bawah kepemerintahan Dong Taiyang. Jadi
Ratu Yang masih berdiri di hadapan Lu Sicheng. Tatapan matanya begitu tajam, "Lu Sicheng, sebaiknya kau kembali saja ke istana Dong Taiyang," ucapnya kesal.Lu Sicheng mengulas senyum. Dia tahu Ratu Yang sedang terbakar cemburu. Entah bagaimana ia harus membujuk kekasihnya itu. Hh, dia sangat payah dengan urusan wanita."Pulanglah, aku tak mau melihatmu di sini." Ratu Yang memutar tubuhnya membelakangi Lu Sicheng.Meski sedang marah begitu, Ratu Yang tampak sangat memesona di mata Lu Sicheng. Dia pun memberanikan diri untuk mendekatinya.Secara tiba-tiba Lu Sicheng mengecup kilas bibir Ratu Yang. Sang ratu sampai tertegum dibuatnya.Lu Sicheng tersenyum gemas melihat Ratu Yang terdiam mematung. Dia segera meraih kedua tangan kekasihnya itu, lantas menatapnya lebih dalam."Yang Zhu, aku tak suka melihatmu marah-marah," ucap Lu Sicheng setengah berbisik ke wajah Ratu Yang."Lu Sicheng, umh ..." Ratu Yang tak bisa meneruskan ucapannya karena Lu Sicheng segera membungkam mulutnya dengan c
Lu Sicheng masih berdiri sembari menyeret pedangnya di tangan kanan. Tiga orang pria berwajah rupawan sedang berdiri di hadapannya. Mereka tampak saling pandang senang. Entah apa maksudnya, Lu Sicheng hanya memandangi mereka kurang mengerti. "Maha Dewa Ying." Tiba-tiba tiga pria itu membungkuk hormat pada Lu Sicheng. "Siapa kalian? Dan kenapa kalian memanggilku dengan sebutan Maha Dewa?" Karena heran Lu Sicheng bertanya. "Maha Dewa, kami adalah Tiga Dewa Utama dari istana langit. Kau adalah reinkarnasi dari Maha Dewa Agung kami, Ying Jian. Karena itulah kami memanggilmu dengan sebutan Maha Dewa Ying." Satu orang dari mereka menjelaskan. Dua lainnya mengangguk membenarkan. "Apa? Maha Dewa Ying? Apakah itu artinya diriku adalah suami dari Dewi Quan Hie?" Lu Sicheng tampak kaget sekaligus senang. "Benar, Maha Dewa. Kau adalah suami dari Dewi Quan Hie yang kini bereinkarnasi menjadi Ratu Yang. Itulah sebabnya ikatan bathin kalian sangatlah kuat. Kami selalu memperhatikan kalian dari i