Share

Bab 05 • Merebut Milikmu

Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Angel untuk sampai di salah satu pusat perbelanjaan.

Seperti biasa, ada banyak pasang mata yang menatapnya kagum ketika dia melenggang dengan anggun. Sebagian besar berasal dari para kaum Adam yang menatapnya dengan lapar, tapi Angel sama sekali tidak peduli. Perempuan itu tetap asyik berbelanja.

Apa pun barang yang disukainya, Angel tidak berpikir dua kali untuk membelinya. Dia sama sekali tidak mempedulikan harga barang yang dibelinya.

Parfum, tas, pakaian, sandal, sepatu, bahkan sampai pakaian dalam. Tidak ketinggalan pula kacamata, jam tangan, dan berbagai aksesoris bermerk lainnya. 

Belum ada satu jam berlalu dan barang belanjaan Angel sudah begitu menumpuk, sampai-sampai dia harus dibantu oleh dua orang petugas porter mall.

"Terima kasih, tapi tidak dulu."

"Apakah tidak sayang, Bu? Kalungnya sangat cantik dan begitu cocok untuk Ibu pakai, lho."

"Tapi ... bagaimana, ya? Harganya semahal itu."

Angel seketika menghentikan langkahnya. Tadinya dia hanya sekedar melihat-lihat etalase di toko perhiasan du Franc yang memang sudah sangat terkenal atas desain unik dan high class-nya, ketika tidak sengaja mendengarkan percakapan tersebut. 

Alisnya sedikit menaik dan ada sebuah senyuman yang bermain di bibir seksinya. Tanpa ragu dia melangkah mendekat. Angel juga tidak merasa bersalah saat menabrak bahu seorang perempuan dengan rambut sepanjang bahu. Dia lantas menunjuk ke arah sebuah kotak perhiasan yang berisi kalung berliontin safir Ceylon, yang tengah perempuan itu lihat.

"Aku ingin membeli kalung ini," ujarnya dengan nada angkuh. "Tolong proses saja pembayarannya. Sekarang."

Perempuan yang tadi masih ragu hendak membeli kalung itu atau tidak, kini memandang Angel dengan sepasang alis yang mencuram. 

"Kenapa Anda tiba-tiba datang dan langsung menerobos begitu saja? Saya masih melihat-lihat kalung itu."

"Bukankah tadi Anda sudah tidak jadi membelinya?"

"Saya masih memikirkannya lagi, bukan berarti benar-benar tidak jadi membelinya."

Angel mengibaskan rambutnya sedikit, sebelum kemudian memutar tubuh dan menghadapi perempuan itu. Tanpa berusaha sedikit pun untuk berpura-pura, dia memberi pandangan yang meremehkan. 

"Anda mungkin yang lebih dulu melihatnya, tapi sayalah yang lebih cepat mengambil sebuah keputusan untuk membelinya."

"Tapi tetap saja, Anda tidak bisa seenaknya begit—"

"Anggap saja ini pelajaran bagi Anda, Nyonya. Lain kali, buatlah keputusan yang tepat sehingga Anda tidak perlu kehilangan sesuatu yang sebenarnya sudah ada di tangan."

Sedikit mendekat, dia lantas menambahkan dengan suara yang setengah berbisik. "Kalau kamu memang tidak ingin menyerahkannya padaku, maka jaga baik-baik milikmu atau semuanya akan berbalik menjadi ... milikku."

Menoleh, dengan sikap tegas dan nada bicara yang tidak ingin dibantah, Angel pun berkata kepada pramuniaga. "Segera proses transaksi untuk kalung itu, lalu segera berikan kepadaku. Aku sudah tidak sabar ingin memakainya."

Perempuan yang menjadi lawan bicaranya terlihat masih belum terima. Dia mungkin masih akan mengajaknya berdebat. Namun dengan santai Angel segera melenggang pergi, diikuti oleh pramuniaga yang membawakan kalung pilihannya. 

Yah, sebenarnya Angel tidak terlalu tertarik dengan kalung itu, sih. Namun, dia tetap harus memilikinya. Meski harus merebut pun, tidak masalah. 

"Sedikit demi sedikit, aku akan mengambil semua yang menjadi milikmu," gumamnya, melirik ke arah perempuan yang masih memandangnya marah. "Ternyata lumayan menyenangkan juga melihat ekspresi kecewamu. Oh, andai saja kamu tahu bahwa bukan hanya kalung ini yang aku rebut, tapi juga suami tampanmu ... Lidia."

Angel sama sekali tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Lidia Mihru, perempuan yang sampai detik ini masih sah menjadi istri Raka Sandira, lelaki yang selama beberapa bulan terakhir ini diam-diam menjalin hubungan dengannya.

Tersenyum simpul, Angel merasa ringan saja ketika melihat harga kalung yang berhasil dia rebut. Senyumannya pun semakin lebar ketika menggunakan kartu kredit pemberian Raka sebagai pembayaran. 

"Raka." Angel mendesah. "Kira-kira, bagaimana reaksinya, ya, kalau dia tahu bahwa aku baru saja bertemu dengan istrinya? Oh, aku benar-benar penasaran."

Angel pun kembali tersenyum. Ah, sepertinya dia mempunyai ide yang cukup bagus.

Menoleh ke arah pramuniaga yang sudah membantunya, seorang perempuan muda yang mungkin seumuran dengannya, Angel lantas bertopang dagu dengan satu tangan.

Menyuguhkan senyumannya yang menawan, dia kemudian berkata, "Apa kamu ingin mendapatkan tambahan uang tip dariku?"

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
menghabiskan uang di kartu credit
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status