Keesokan harinya, Juna pergi kesawah untuk melihat tanaman cabai. Ternyata sampai di sawah pak Said yang di beri tugas untuk bekerja di sawah belum datang, Juna berkata dalam hati, apakah setiap hari begini kerjanya pak Said, kalau tidak di kontrol tiap hari, jangan jangan tidak masuk kerja, tapi minta gaji utuh,kalau begini caranya bisa hancur nantinya. Tapi tak berapa lama pak Said datang dan segera menuju ke tengah sawah untuk menyiram tanaman cabai. Memang tanaman ini setiap hari disiram, apalagi sekarang musim kemarau. Sehingga membutuhkan perawatan yang lebih maksimal terutama untuk urusan air. Pak said segera bicara dengan Juna,
” Pak mulai besuk ini sudah ada yang berbuah, tapi masih jarang, coba lihat pohonnya, pasti ada yang sudah mulai berbuah”.
” Iya, ini kelihatannya mulai berbuah, semoga saja buahnya lebat dan harganya bisa mahal”,
Juna segera berjalan mengelilingi sawah untuk melihat dan me
HARAPAN BARUSiang hari Juna segera mendapat kabar dari pak Said. Panen hari ini selesai dan telah diantar ke rumah Parlan. Hasil yang diperoleh 4kilogram panen pertama. Masalah harga belum ada kabar dan diusahakan sore Juna bertemu sendiri dengan Parlan.” Pak, penen sudah selesai mendapat 4kilogram dan sudah saya setor,”” Iya, nanti sore saya tanya sendiri ke sana, memangnya tidak langsung tahu harganya ya Pak?”“Iya pak, kalau untuk cabai memang begitu, harga baru di ketahui setelah barang tersebut di setor oleh pengepul, semua pengepul juga begitu, Pak,” Sore hari Juna segera ke rumah pak Parlan untuk menanyakan tentang panen cabai yang sudah di setor pak Said kepadanya. Sampai di rumah Parlan, Juna segera bertanya dan mendapat penjelasan tentang setoran dan harga.&
KECEWAHari hari selanjutnya, panen seperti biasa. Tiap dua hari atau tiga hari sekali panen tetap berlangsung,tapi hasilnya kini semakin menurun. Maklumlah sudah pengambilan yang ke sekian kalinya, tapi harga masih tetap tidak naik. Rere sedih bila ingat kalau modal yang di gunakan cukup banyak dan tidak bisa balik modal. Apalagi cara pembayaraannya masih menunggu hasil setoran pengepul. Hal ini cukup membuat Rere kebingungan, tapi Juna selalu menghibur dan menguatkan hati Rere. Juna selau mengajak berdo’a semoga ini adalah awal yang terbaik untuk keluarga mereka. Rere hanya pasrah dengan keadaan yang terjadi. Dalam hati dia berkata,’akankah hidupnya dan keluarga selalu dalam kekurangan dan kebingungan urusan ekonomi. Rere berdo’a dan mengharap yang terbaik yang di berikan Allah untuk keluarganya. Sampai akhirnya panen cabai di sawah selesai. Semua sudah habis di p
BULAN PENUH BERKAHMelepas rindu yang terpendam selama bartahun-tahun tentu sangat berkesan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia. Pada bulan ini seluruh umat Islam melaksanakan puasa. Selain itu, banyak sekali kegiatan yang dilakukan untuk menambah pahala dan memuliakan bulan Ramadhan ini. Seperti halnya umat Islam yang lain, Rere, Juna dan seluruh keluarga juga melaksanakan ibadah puasa. Termasuk ayah dan ibu. Dari zaman dulu saat Rere masih kecil, Ibu dan Ayah selalu mengajarkan agar selalu menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan. Tak jarang setiap waktu sahur Ayah dan Ibu sering membangunkan Rere dan Juna. Pada waktu masih tinggal serumah, Rere selalu di bangunkan oleh Ibu atau Ayah untuk makan sahur bersama. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang. Walaupun Rere dan Juna sudah tidak tinggal ser
HARI KEMENANGAN Kesesokan harinya, Juna dan Rere berangkat kerja seperti biasa. Di tempat kerja pada waktu istirahat, kebetulan ada kabar dari atasan Juna bahwa akan ada pinjaman dari koperasi untuk para pegawai di hari raya. Dengan segera Juna mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pinjaman tersebut. Tidak hanya juna, beberapa teman Juna juga ikut ambil pinjaman tersebut. Ternyata hari raya membuat semua orang meningkat kebutuhannya. Sampai di rumah Juna segera memberi tahu Rere bahwa dia sudah mendaftarkan diri untuk mengambil pinjaman hari raya. Dengan harapan bisa dijadikan tambahan untuk kebutuhannya nanti. Rere cukup senang mendengar berita tersebut. Tak terasa romadhon hampir berlalu,tinggal beberapa hari lagi. Menurut cerita Ib
REUNI DI RUMAH IBU Seminggu kemudian tepat tanggal 1 Syawal. Hari raya umat islam di rayakan.Waktu lebaran tiba, semua bahagia. Silaturrahmi ke sanak famili di lakukan. Hari kemenangan bagi semua umat Islam yang ada di dunia. Begitu juga Rere dan keluarga. Semua bahagia. Rere dan Juna bersilaturrahmi ke sanak famili. Setelah semua di rasa cukup. Rere dan Juna berkumpul di rumah ibunya. Di rumah ibu masih ramai para tamu. Maklum saja, Ibu dan ayah Rere termasuk orang tua, jadi semua saudara masih mengunjungi beliau. Sampai beberapa hari, rumah ibu masih banyak tamu yang bersilaturrahmi. Suatu hari di rumah ibu di ruang keluarga, kita semua keluarga berkumpul dengan santai sambil menikmati hidangan yang masih ada dan minuman es yang cukup segar, semua keluarga berkumpul. Tidak lupa televisi tetap menyala, entah
REUNI DI RUMAH IBUIbu adalah sosok wanita yang sangat kuat, sederhana, dan mandiri. Beliau tinggal dalam kesederhanaan, seperti yang diajarkannya pada kami. Selama ini, ibu tidak pernah mengeluh sakit yang sangat berat. Ibu selalu sehat. Apabila ada keluhan itu adalah wajar. Ibu biasa mengeluh pusing, atau kembung di perut seperti keluhan sakit maag pada umumnya. Walau biasanya mengeluh pusing, tapi ibu tidak pernah bolos kerja. Selama ibu masih kuat berjalan dan berdiri pasti ibu akan berangkat kerja. Karena menurut ibu, pekerjaan yang sudah di jalani selama ini adalah merupakan tanggung jawab yang harus di laksanakan. Ayah pun demikian. Ayah juga seorang pekerja keras. Tanggung jawab sebagai pendidik selalu beliau jalankan. Tidak pernah beliau bolos kerja karena hal sepele. Seperti halnya ibu, ayah pun jarang punya keluhan. Walau pusing atau keluhan yang lain, selama masih mampu berdiri
SENAM Hari-hari berikutnya, ibu tidak pernah mengeluh sakit gigi lagi, bahkan keluhan pusing yang biasa di keluhkan ibu, kini juga hilang. Semua senang mendengar itu. Ibu bahkan berkata, seandainya tahu kalau pusingnya juga bisa hilang. Pasti setuju untuk segera cabut gigi. Selanjutnya tak ada keluhan lagi, baik dari ibu maupun ayah Rere, semua sehat wal afiyat, apalagi adik Rere sekarang sudah melahirkan anaknya. Ibu jadi tambah kesibukannya, yaitu menjaga adik Rere dan juga anaknya. Padahal belum ada setahun Rere melahirkan, dan ibu juga setia menemani Rere di rumahnya selama Rere punya bayi. Saekarng giliran adiknya. Ibu juga setia menemani adik Rere yang baru saja melahirkan. Untung saja fisik ibu sehat, walau sering begadang karena cucunya tidak mau tidur.&n
IBU SAKIT Pagi itu, menejelang subuh, tiba-tiba ayah telphon. Ayah mengatakan kalau ibu sakit perut, dan meminta Rere agar segera ke rumah. Rere terkejut, dan segera membangunkan Juna yang masih tidur untuk minta ijin ke rumah ibu. Rere tidak perlu di antar juna. Rere minta pada Juna untuk menunggu anak-anak di rumah karena mereka masih tidur. Akhirnya Juna bangun dan Rere segera berangkat ke rumah ibu. Sampai di sana Rere segera menuju kamar untuk melihat kondisi ibu. Rere segera bertanya,‘’Kenapa bu yang sakit mana, tadi habis makan apa?”“Perutku sakit, apa mungkin karena diare? “‘’Memangnya dari kemarin, diare belum sembuh ya bu?’’“Sudah, tapi ndak tau kenapa ini rasanya kok sakit melilit sekali,”“Kalau gitu saya panggilkan bidan dulu ya bu,”“Tidak usah nanti juga sembuh”