Galuh Diningrat dan suaminya Suseno Diningrat bergegas menuju rumah sakit. Baru saja rumah sakit menelepon dan mengabarkan tentang kondisi putri mereka.
"Bu," rintih Rinjani saat melihat kedua orang tuanya datang.
"Kenapa di ruangan seperti ini sih? Kan bisa di ruangan yang jauh lebih baik," protes Galuh.
"Bu, saat ini Tamara sedang merasakan sakit dan juga kondisi Rudi masih kritis. Ibu malah meributkan hal yang tidak penting." Suseno menukas sambil menatap Galuh dengan tajam.
Melihat sang suami yang menatap tajam seperti itu nyali Galuh menciut seketika. Wanita itu pun berpaling pada putri tunggal mereka.
"Kamu nggak apa-apa, toh?"
"Saya baik, Bu. Tapi, bagaimana dengan Mas Rudi?"
"Kamu ini, Rudi itu laki-laki dia pasti akan kuat, Tamara."
Kedua orangtua Rinjani memang selalu memanggil dengan nama Tamara. Rinjani Tamara Diningrat.
"Silakan menunya dipilih, Bu," kata waiters yang datang ke meja mereka."Nasi goreng seafood dan jus alpukat!"Kiara dan Rinjani saling tatap, sementara waiters itu hanya tersenyum mendengar kedua tamunya menjawab bersamaan."Itu saja, Bu?""Iya!" Rinjani dan Kiara kembali menjawab bersamaan."Duuh ... ibu dan anak kompak sekali. Baik, pesanannya kami siapkan, mohon ditungggu, ya."Waiters itu pun segera berlalu."Tante suka nasi goreng seafood?" tanya Kiara. Rinjani mengangguk, "Suka sekali, Kiara. Sejak masih gadis itu adalah menu favorit tante. Dan satu lagi, tante makannya banyak," ujarnya membuat Kiara terkikik geli."Kiara, apa kamu bahagiia dengan pernikahanmu?" tanya Rinjani. Kiara mengangguk dan tersenyum."Mas Kevin baik dan sayang pada saya, Tante. Meskipun dia sering kali bersikap menyebalkan, tapi dia suami yang ba
Kiara menelan saliva, mengapa cerita Rinjani ... apakah mungkin jika anak Rinjani yang hilang adalah dirinya? Tapi, nama ibunya adalah Tamara, bukan Rinjani."Tante tidak berusaha mencarinya?" tanya Kiara dengan suara lirih. Rinjani menghela napas panjang, "Sudah, tapi belum ditemukan hingga hari ini. Asisten rumah tangga kepercayaan ibuku adalah kuncinya, Kiara. Dan sampai hari ini dia belum ditemukan.""Apa dia yang membawa bayi Tante?" tanya Kiara. Rinjani kembali mengangguk."Ya, dia yang membawanya dan mbok Sita tidak pernah kembali lagi ke rumahku. Aku kehilangan jejak sejak saat itu."***"Ayah dan Ibu benar-benar tega! Kalian tega sekali membuang darah dagingku? Kiara itu anakku!" jerit Rinjani histeris. Suseno yang baru saja pulang dari kantor saling pandang dengan Galuh sang istri.Mereka memang menyuruh ART kepercayaan mereka untuk membawa bayi yang baru saja dilahirkan Rinjani.
"Apa yang kamu pikirkan? Kamu masih menimbang untuk menghancurkan Kevin? Dia saat ini bahagia dengan Kiara dan mereka sebentar lagi akan memiliki anak. Kamu ikhlas?"Amanda menatap Nancy, sial! Kenapa tadi Nancy harus memergokinya sedang menangis."Ibu dan adikmu di Jakarta. Mereka tinggal di apartemen. Bagaimana jika kita membuat kesepakatan yang baru? Asal kau tau, ibumu sudah tau apa yang aku mau sejak lama. Dia menyetujui selama aku mau membiayai adikmu sampai selesai.""Tante!" Nancy tertawa terbahak-bahak, ia tau jika Amanda pasti mengira jika adik dan ibunya masih berada di Malaysia."Aku memang melarang ibumu untuk mengatakan jika mereka sudah di Jakarta. Dan mereka tidak tau jika kamu sudah di Jakarta. Mereka mengira kamu masih di Singapura.""Tante benar-benar licik.""Aku bukannya licik, tapi aku pintar, Amanda. Jadi, apa kamu masih mau berkumpul dengan keluargamu di rumah
Seperti biasa jika Kevin meeting bersama klien di luar kota selalu diakhiri dengan acara makan malam bersama. Ia dan beberapa kliennya pun makan malam di sebuah restoran yang ada di hotel berbintang di kota kembang itu. Nancy dan Amanda pun tidak ketinggalan, segalanya berjalan baik-baik saja sampai salah seorang klien Kevin memesan dua botol tequila."Kita minum untuk merayakan kerjasama kita, Pak Kevin. Saya senang sekali ternyata Anda sangat pintar, sama seperti almarhum papi Anda, pak Keith.""Jangan berlebihan, Pak. Saya masih sangat muda masih perlu belajar banyak dalam menjalankan perusahaan," jawab Kevin merendah."Hahahah ... yang penting kita minum dulu malam ini," kata salah seorang relasi Kevin. Nancy yang melihat semua hanya tersenyum penuh kemenangan. Ia sudah sangat mengenal klien Kevin kali ini. Rasdi adalah seorang pengusaha yang sangat sukses dan juga relasi lama perus
Penakluk CEOTanpa peduli apa yang Amanda katakan, Kevin mendekap gadiis itu makin erat. Tanpa sadar ia pun mulai menciumi teruk leher Amanda dan mulai meremas dada Amanda hingga gadis itu mendesah."Aku mencintaimu, Kev," bisik Amanda sambil membalas ciuman Kevin. Beberapa saat kemudian keduanya pun sudah polos tanpa sehelai benang pun. Amanda membiarkan saja Kevin menikmati setiap inci tubuhnya bahkan menikmatinya."Meskipun kamu sedang hamil, tapi kenapa tetap menggoda, sayang?" ucap Kevin sambil membelai tubuh Amanda perlahan. Dalam hati, Amanda merasa sangat sakit. Saat ini Kevin sedang menikmati tubuhnya. Tetapi yang ada dalam hati dan pandangannya hanya Kiara."Apa kamu masih mencintai Amanda?" tanya Amanda disela desahannya. Kevin yang sedang memainkan area sensitif milik Amanda menghentikan kegiatannya, "Jangan sebut nama perempuan pengkhianat itu lagi. Aku memang pernah mencintainya, tapi saat aku menikah
Amanda terdiam mendengar perkataan Kevin. Kevin memang tidak salah, ada sesuatu yang ia kejar. Keluarga dan cintanya."Kamu nggak tau apa-apa. Lebih baik sekarang pikirkan saja bagaimana caramu untuk menyampaikan kehamilanku pada istrimu nanti. Asal kamu tau, semalam aku dalam kondisi subur dan kamu sama sekali tidak memakai pengaman. Jadi, siap-siapa saja!" tegas Amanda sambil bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi. Sementara Kevin tanpa menunggu bergegas mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar itu. Kevin ingat, jika Nancy berniat untuk menginap dan ia ingat di kamar berapa. Karena itu Kevin langsung bergegas menuju kamar tantenya itu. Saat tiba di depan kamar Nancy dengan cepat ia menggedor pintu."Kev, apa tidak kurang keras? Bukannya ada bel, kamu pikir ini di mana? Dan ingat satu hal, aku ini tantemu," tegur Nancy saat pintu terbuka. Namun, Kevin tak peduli dengan apa yang dikatakan ole
"Kenapa tidak memberi kabar kalau kamu sakit dan mau menginap?" tanya Kiara saat Kevin baru saja masuk ke dalam kamar."Maafkan aku, tiba-tiba semalam kepalaku pusing. Klienku adalah teman lama almarhum papa dan beliau mengajakku minum. Entah kenapa, setelah dua gelas aku merasa pusing. Maafkan aku, Sayang. Kamu pasti cemas, ya?" kata Kevin. Kiara menganggukkan kepalanya."Semalam aku menelepon, tante Nancy yang mengangkat dan mengatakan kamu sakit. Apa sekarang sudah jauh lebih baik, Mas?"Kevin tak sampai hati, ia langsung memeluk sang istri dan menciumi wanita yang saat ini begitu ia cintai."Aku baik-baik saja, Kiara," jawabnya."Aku siapkan makanan, ya?""Jangan, biar bik Inah saja yang membuat makanan untukku nanti. Aku ingin tidur sejenak dan aku ingin kamu menemaniku saja di sini," jawab Kevin. Kiara hanya menga
Amanda tersenyum lebar saat melihat kedatangan ibu dan adiknya di rumah mereka. Nancy benar-benar menepati janjinya untuk mempersatukan kembali keluarganya."Ibu kangen sekali kepadamu, Manda. Makanmu cukup? Kau baik-baik saja?" tanya sang ibu."Aku baik- baik saja. Ibu dan Silvia juga baik, kan?" tanyanya. Zulfa tersenyum dan mengangguk, "Bu Nancy sudah menjaga aku dan adikmu dengan baik selama ini. Beliau juga yang sudah membiayai sekolah adikmu dan pengobatan ibu," kata Zulfa.Amanda melirik ke arah Nancy lalu tersenyum manis."Tante Nancy juga yang sudah memberikan aku pekerjaan melalui salah seorang koleganya. Dan rumah ini sudah menjadi milik kita kembali," kata Amanda. Zulfa menatap Nancy dan kemudian memeluk wanita itu dengan penuh rasa terima kasih."Terima kasih Mbak Nancy. Mbak sudah membantu kehidupan kami sela