”Kami ingin membalas dendam,” jawab Mayang Kencana. Lalu dia ceritakan secara singkat peristiwa yang pernah dia alami beberapa waktu lalu.
Riris Manik pun menceritakan kehancuran sanggarnya. “Suro Joyo yang menghancurkan sanggarku. Maka, dengan cara apa pun, akan akan menuntut balas pada Suro Joyo. Suro Joyo harus hancur dalam genggamanku. Dia remuk, aku baru merasa puas.”
”Kebetulan..., kedatangan kalian merupakan sesuatu yang sangat kuharapkan. Ibarat pucuk diminta, ulam pun tiba.” kata Keksi Anjani. ”Kalian akan kuberi ilmu silat dan kesaktian tambahan. Namun ada satu syarat dan kalian mesti mau melaksanakannya. Kalian berdua kuharapkan bersedia memperkuat kerajaan Alas Waru. Kerajaan ini akan menjadi kuat kalau kalian mau memperkuatnya. Bagaimana, apa kalian bersedia?”
”Ya, kami bersedia, Keksi Anjani,” jawab Riris Manik dan Mayang Kencana bersamaan. Tanpa pikir panjang lagi, mereka berdua menyanggupi keinginan Keksi Anjani.
”Walaupun aku ma
”Nanti kuberi tahu,” jawab Janurwasis mengambang. Belum ada penjelasan kepastian waktunya. Kesannya seperti mengulur waktu. Atau bisa juga ada tujuan tersembunyi di balik kata-kata Janurwasis.Tiba-tiba Keksi Anjani dan Palarum telah muncul di belakang Palasih. Melihat kedatangan pimpinannya, Palasih berubah sikap. Wajahnya tidak cerah lagi dalam menghadapi Janur. Bahkan terkesan seolah-olah tidak mengenal Janur.Brengsek! Kenapa dia datang tanpa permisi dulu? Ungkapan hati Palasih yang merasa kesal pada Keksi Anjani. Apakah dia diam-diam curiga padaku telah menjalin hubungan cinta secara diam-diam dengan Janurwasis?”Janurwasis! Sudah lama kamu tinggalkan Alas Waru. Bagaimana kabarmu? Apa kamu berhasil mendapatkan harta itu?” tanya Keksi Anjani.”Ya..., aku sudah berhasil mendapatkan harta karun yang kamu inginkan,” jawab Janur penuh nada gembira. “Aku sudah membawanya sekarang.”&r
”Dari pakaian kalian, aku sudah tahu. Kalian senapati dari Kerajaan Parangbawana,” kata Keksi Anjani dengan nada penuh percaya diri. ”Sebagai senapati, kalian tentu mengemban tugas dari raja. Kalian pasti diperintahkan untuk melarang kegiatanku di pesanggrahan. Benar kana pa yang baru saja kukatakan?””Syukurlah kalau kamu sudah tahu maksud kedatanganku,” kata Godar. “Tentu aku lebih mudah melaksanakan tugas ini.”Godar menghela napas sejenak. Dia memandangi Keksi Anjani seperti sedang menyelidiki. Seolah-olah ingin membaca pikirannya.”Tapi lebih dari itu,” Godar melanjutkan kata-katanya, “Sang Baginda Raja menyuruh kami untuk dua tujuan utama. Pertama, kamu dan seluruh anak buahmu segera tinggalkan Alas Waru! Itu artinya…, kamu dan pengikutmu tidak boleh secara seenaknya mendirikan kerajaan di wilayah Parangbawana ini. Kedua, akhir-akhir ini banyak pemuda dari wilayah Parangbawana kamu cu
”Lho..., nanti dulu! Hutan ini milik siapa? Apa milik kakek moyangmu, kok kamu nyuruh-nyuruh aku meninggalkan tempat ini?” tanya Suro Joyo dengan gaya jenaka. “Enak saja main usir orang!”“Hei, dengar! Hutan ini milik Gusti Ayu Keksi Anjani. Karena hutan ini telah menjadi milik beliau, maka siapa pun tidak boleh sembarangan masuk hutan ini. Aku mendapat tugas untuk menjaga hutan ini. Aku berhak mengusir siapa saja dari hutan ini.”“O…, jadi Keksi Anjani merasa hutan ini miliknya? Rasanya sulit dipercaya. Oh ya, kapan Keksi Anjani membeli hutan ini dari raja Parangbawana? Seingatku, hutan ini masih termasuk wilayah Kerajaan Parangbawana. Sampai sekarang, belum ada pengakuan dari pihak Parangbawana yang menyatakan bahwa hutan ini milik Keksi Anjani.”Arum Sarastri merasa geram. Tak sadar kedua tangan yang sejajar dengan tubuh mengepal. Ingin rasanya kugampar mulut Suro Joyo. Dia berkata seena
Mendadak wajah Palasih murung. Ada gelayut mendung terhampar pada wajah cantiknya.”Aku belum bisa menemukan Kitab Maruta Seketi,” lirih suara Palasih. Penuh nuansa minta maaf dan pengakuan kegagalan. “Jangankan menemukan, melihat bentuknya saja belum pernah. Kamu tentu paham, Janurwasis. Kitab itu berisi rahasia ilmu dan ajian andalan Keksi Anjani. Tentunya dia akan menyimpan di sebuah tempat yang sangat rahasia.””Untuk kali ini aku bisa memahami, Palasih,” hibur Janurwasis. “Namun lain kali kamu mesti menggunakan segala cara agar dapat mengetahui penyimpanan kitab. Terserah bagaimana caranya, kamu usahakan bisa menemukan kitab rahasia ilmu dan ajian Keksi Anjani.””Janurwasis…,” panggilan penuh bujuk rayu Palasih yang masih dalam pelukan Janurwasis. “Kalau kitab itu berhasil kutemukan, apakah kamu langsung mengawiniku?”“O, tentu, Palasih,” mantab kata-kata Janur
Kaki Paniratpati menapak di lantai ruang utama. Keksi Anjani segera melesat dengan pukulan beruntun di wajah lawan. Paniratpati menangkis setiap pukulan Keksi Anjani. Puluhan pukulan selalu berhasil ditangkis. Suatu saat Keksi Anjani berusaha mencuri kesempatan dengan cara menendangkan kaki kanan ke perut lawan.Si Badak Lereng Kelud selalu waspada. Dia juga menggunakan kaki kanan untuk menangkis tendangan lawan. Beberapa kali Keksi Anjani berusaha mencuri kesempatan. Namun untuk ke sekian kali dia gagal. Maka Keksi Anjani mundur beberapa langkah ke belakang. Siap melancarkan serangan dengan jurus ketiga.Paniratpati ternyata bukan sembarang pendekar. Namanya sudah kesohor di dunia persilatan. Kata hati Keksi Anjani. Semula aku meragukan kemampuannya. Namun sekarang aku baru percaya bahwa Paniratpati benar-benar pendekar hebat yang pilih tanding.Keksi Anjani melemparkan selendangnya ke arah wajah lawan. Paniratpati berkelit ke kiri. Sambaran s
”Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja!” usul Riris Manik. “Kita secepatnya menggempur Kerajaan Parangbawana. Kalau kita serbu sekarang, kemungkinan mereka belum siap menghadapi serangan. Serangan yang terduga ini nanti bisa mengacaukan mereka. Bahkan bisa saja nanti kita dengan mudahnya menundukan Parangbawana.”Semangat sekali Riris Manik mengajukan usulannya. Usulan menghancurkan Parangbawana merupakan keinginan terpendam sejak dirinya mendengar kabar bahwa Parangbawana menginginkan Keksi Anjani meninggalkan Pesanggrahan Alas Waru dengan alasan, hutan ini masih termasuk wilayah Parangbawana.Riris Manik menganggap raja yang berkuasa di Parangbawana adalah raja yang sok jagoan seperti raja di Krendobumi. Waktu itu penguasa Krendobumi juga berbuat serupa, menganca Riris Manik agar meninggalkan sanggar atau pesanggrahannya. Tentu saja Riris Manik tidak mau meninggalkan sanggarnya.Tetapi sayangnya, Riris Manik tidak bisa mempertahank
”Karena di dalam sana sudah ada ratusan orang anak buah Keksi Anjani. Mereka semua sudah siap merejam tubuh kalian dengan ratusan anak panah...,” sahut suara dari atas pohon yang tinggi. “Tubuh kalian bakal ditembusi anak panah yang mata panahnya terbuat dari baja. Bisa saja mata anak panah mereka mengandung racun berbahaya. Tubuh kalian yang tertembus panah-panah itu bakal keracunan. Kalian akan mati dalam beberapa kejapan mata!” Sengkalis, Godar, dan para prajurit melihat ke atas. Mereka kaget atas kemunculan Suro Joyo yang tidak disangka-sangka. Suro Joyo sudah ada di areal hutan sejak tadi. Dia sempat mendengar pembicaraan Sengkalis dengan Godar mengenai situasi terakhir yang mereka alami. Tujuan kedatangan Suro Joyo ke Pesanggrahan Alas Waru berbeda dengan para punggawa dan prajurit Parangbawana. Namun Suro Joyo tidak ingin bersaing dengan para utusan dari Kerajaan Parangbawana. Suro Joyo ingin kerja sama dengan mereka. Kalaupun tidak saling membantu, dirinya ti
“Maaf, Kisanak Suro Joyo,” sela Sengkalis dengan nada rendah dan sikap sangat sopan. Takut menyinggung perasaan orang lain. Sebuah sikap tulus dan mriyayi. Mriyayi dalam makna seperti sikap priyayi, yakni masyarakat kelas menengah ke atas. Sosok priyayi biasanya sopan, santun, halus tutur katanya, dan selalu berhati-hati dalam berkata, bersikap, dan bertindak. Sengkalis termasuk priyayi karena dirinya senapati sebuah kerajaan yang besar. Senapati merupakan pangkat yang tinggi. Senapati memiliki pengaruh yang kuat dalam sebuah kerajaan. Kalau sikapnya mriyayi merupakan sesuatu yang wajar. “Iya, ada apa, Senapati Sengkalis?” Suro Joyo bertanya dengan nada tenang, lembut, membuat orang yang bertanya menjadi nyaman. Suro Joyo, senorak apa pun, juga termasuk priyayi. Meskipun dia secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari ayahandanya, menolak untuk menjadi calon raja, tetap masuk golongan keluarga kerajaan. Maka kalau