Baiklah tetapi setidaknya ada isinya. Ah, bukan, bukan aku yang berbelanja. Tentu saja aku tidak memasak di saat-saat sibuk seperti ini. Walaupun memasak adalah sesuatu hal yang kusukai. Jika aku merasa jenuh, memasak adalah salah satu kegiatan refreshing yang menyenangkan. Kecuali mencuci peralatan sehabis masak, biarlah itu menjadi tugas Cat atau Steven. Ok, kembali ke topik... kira-kira isi kulkas Steven berasal dari... Hayo, ada yang bisa tebak?Yes!! Nilai 100 untuk yang menjawab Mama. Ya, sekarang kulkasnya penuh dengan kiriman frozen food dari restoranku aka dari Mama. Aku tidak tahu mengapa Mama mengirimkan makanan sebanyak itu untuknya. Tetapi sepertinya mereka berdua sudah lebih akrab. Aku tidak tahu apakah aku harus mulai memantau isi W******p Steven? Aku harus tahu apa saja yang dibicarakannya dengan Mama. Aku tidak mau mereka berdua berkomplot merencanakan hal yang aneh-aneh. Anggap saja aku GR (Gede Rasa) tapi, begitulah kenyataannya. Jika dulu, tanpa mereka hati. Seperti
li lebih bahagia dari sebelumnya. Tetapi sayangnya kebahagiaan itu berlangsung hanya sekejab saja. Setelah pengumuman asli dari panitia muncul di emailku, ehm... maksudku bukan pengumuman bocoran dari orang dalam, teman Steven. Akhirnya aku menyadari, sepertinya pekerjaanku akan sangat hectic dalam satu minggu ini. Percayalah, ketika membaca ketentuan permintaan presentasi dan singkatnya waktu yang di berikan, aku dan Steven langsung mengumpat bersama-sama . "SHIT.m Cat dan melihat foto yang ditunjukkannya. Aku tahu Cat melakukan itu untuk membuat kami berdua tidak panik. Karena membuat maket kualitas profesional bukan hal yang mudah. Mungkin ada yang belum tahu, jika ada beberapa orang lulusan arsitektur yang pekerjaannya hanya membuat maket untuk keperluan profesional. Seperti maket yang kalian lihat di mall pada saat promosi perumahan atau apartemen. Dan karya mereka luar biasa, beda dengan maket yang digunakan mahasiswa jurusan arsitektur. Yes, tentu saja, kami bisa saja menggun
Eh, enemuinya. Jika aku ingin pulang, maka aku harus mengabarinya, bukan? Aku bukan maling yang datang mengendap-endap, lalu pulang menghilang begitu saja. Walaupun hobiku masuk langsung ke kamarnya menggunakan tangga tetangga, hahaha, aku tetap menolak untuk disamakan dengan rampok. Aku mencarinya perlahan-lahan, sambil memanggil namanya. Tetapi, kemanapun kakiku melangkah, aku tetap tidak menemukannya. Aku sudah mendatangi hampir ke setiap ruang di dalam rumahnya. Kamarnya, kamar mandi, bahkan hampir semua ruangan di lantai atas, tetapi tidak kutemukan dia di manapun juga. Apa mungkin dia sedang pergi? Ah, Sepertinya tidak mungkin, mobil kerennya masih terparkir di carport, tidak bergeser satu milimeterpun juga. Tapi, tunggu, suara itu lagi... Melodi itu mulai terdengar lagi. Lagu merdu yang seolah-olah memanggilku untuk mendekat. Apa Steven yang memainkan lagu tersebut? Mungkin sebaiknya aku mencarinya di balik bunyi petikan suara gitar. Ya, musik itu, pasti berasal darinya. Aku k
"Ah, ternyata masalah baju. Tentu saja stylenya berbeda, karena ini bukan bajuku, ini baju milik Lory. Apa boleh buat, aku menginap di rumah Steven semalam. Atau lebih tepatnya, aku juga tidur di ranjangnya, lagi. Dan itulah yang membuatku kesal pada Steven pagi ini. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya, pagi ini, tetapi sepertinya dia terlalu sibuk tersenyum-senyum sendiri sambil memandangi wajah tidurku. Dan sialnya dia terlalu asyik dengan kegiatan anehnya itu, sampai lupa membangunkanku. Ya, betul sekali! Hari ini aku terlambat karena dia. petisi juga?" Oh, shit. Kuakui, ini adalah basa basi paling bodoh yang pernah kulakukan. Tentu saja aku tahu dia ikut, urutan nomor... uhuk.. 18 tapi itu menurut informan Steven, jadi... agar informasi tentang orang dalam tidak katahuan, aku harus pura-pura bodoh sedikit. Ingat ya, pura-pura, bukan bodoh beneran. "Tentu saja. Ini kesempatan besar. Jika biro kami ingin maju, kami harus berani bersaing dengan biro arsitek terhebat dari selu
""Jam tiga lebih empat puluh lima menit. Ok I get it. Oh, satu lagi... Architext, mereka dapat urutan berapa? Kurasa akan sangat menarik untuk melihat presentasi mereka lebih dahulu. Kita bisa mengambil apa yang baik, lalu bisa membuat strategi untuk melawan mereka." "an mereka?" "Sepertinya begitu," jawabku pasrah. " Hahaha... ya sudahlah..., nanti kita lihat lagi situasinya seperti apa." "Ok, Steven." "Ng... Sandra! Sayang, ini masih pagi, belum jam sepuluh juga. Aku pergi beli sarapan sebentar. Kamu mau makan apa?" "Oh...," jawabku bingung. Sebenarnya aku sedikit mengharapkan Steven untuk kembali ke sini secepatya. Aku tidak peduli betapa laparnya diriku, aku hanya ingin dia menemaniku. Tapi..., biasakah aku memintanya untuk selalu ada di sisiku? Bisakah aku bertindak begitu egois? Walaupun hanya untuk hari ini saja, karena ini hari yang penting untukku, tapi.... "Sayang...? Sandra sayang? Aku beneran lapar," lanjut Steven. "Kamu tidak keberatan jika aku pergi makan sebentar
"kata seorang karyawan yang sedang merapihkan barang pajangan di etalase depan. "Iya,Kuakui, aku memang tidak berencana melamarnya hari ini. Sejak lama aku berpikir tentang hubungan kami, dan segala hal yang terjadi di antara kami berdua. Betapa dia begitu berbeda dengan perempuan-perempuan lain yang pernah mengisi hidupku. Seorang di luar akal sehat. Dia tulus, dan apa adanya, dia mengucapkan semua yang ada di hatinya. Dia tidak bisa berbohong, dan yang paling penting, dia wanita bodoh yang tidak pernah meninggalkanku. Siapa yang dapat menduga, jika dia memutuskan untuk kembali, saat kupikir dia akan pergi meninggalkanku senidirian. Dia... dia tidak gentar dengan besarnya masalahku, dia tidak mengatakan apapun tentang dendamku. Dia tidak memintaku untuk memilih antara dirinya atau ambisiku. Dia selalu berdiri di sampingku, menemaniku, bahkan saat aku membenci diriku sendiri, saat aku kesepian. Saat tidak ada satupun yang sanggup bersamaku, wanita cantik itu tidak meninggalkanku sen
"It's not her fault...!" kataku untuk menurunkan tensi di ruangan ini. "It Is NOT her fault?" tanya Steven seolah-olah tidak percaya dengan perkataanku. Kini matanya beralih padaku, ia memandangku begitu tajam. Ok, kini amarahnya juga berpaling padaku. "Sandra! Kumohon, jangan belain dia lagi. Sejak awal, kalau kamu mendengarkanku..., kalau kamu tidak memasukkan dia dalam team ini, maka semua kejadian ini tidak akan terjadi!" "Kamu benar, aku setuju," kataku sambil memandangi Cat. Berharap kemarahan Steven beralih padaku. Berharap, jika ia melupakan anak itu sebagai luapan emosinya. "Ya, kuakui ini salahku! Silahkan marah padaku! Aku akan menerima semua amarahmu. Tapi..., tidak sekarang, ok? Karena daripada kita menghabiskan waktu untuk marah, untuk berkelahi dan menyalahkan satu sama lain, bisakah kita memikirkan, rencana apa yang harus dilakukan kedepan?" "ak pada kita. Mereka tidak akan mentolerir kasus plagiarisme. Mereka sudah menyelidiki desain yang dikumpulkan Tyo. Jo sebelum
Dug... dug... Dug... dug... Dug... dug... "Waaaa... plok...plok… plok..." Dug... dug... Dug... dug... , ok? Setelah membereskan ruangan ini dan membangunkan 'kucing' malas itu," katanya sambil memandang Cat. "Ok!" kataku sambil berjalan keluar mengikuti panitia. "Hei Sandra, break a leg!" sahut Steven sebelum aku meninggalkan ruangan. Hahaha, Sialan... apa dia berharap aku naik panggung untuk menyanyi atau menari balet? Dia tidak perlu mengucapkan mantra sukses pemeran broadway sebelum mereka tampil. Tapi untuk humornya yang super random dan menghibur, kuucapkan sedikit terima kasih. Sedikit saja... ga banyak-banyak. Aku berjalan menuju ke belakang panggung. Yang ternyata hanya berjarak sekitar 10 meter dari ruangan kami bekerja. Tidak jauh, dan kuharap, Steven bisa langsung menyusulku kemari jika aku membutuhkan bantuannya. "t right now!"