Sore menjelang petang, Ellshora menemui Luke di ruang kerja yang berada di lantai atas The Oiner seperti permintaan pria itu sebelumnya.“Jam kerjamu hari ini sudah selesai. Kau bisa pulang sekarang,” kata Luke.Ellshora meletakkan kunci mobil di atas meja. “Baiklah, Tuan. Aku permisi.”“Kau bisa bawa mobilku setiap hari ini untuk pulangselama kau masih menjadi supir pribadiku.” Luke menghentikan langkah Ellshora yang hendak pergi. Ia membalikkan badan dan menatap Luke.“Terima kasih. Tapi aku bisa menggunakan taksi. Mobilmu terlalu mencolok kalau aku mengendarainya sendiritanpamu, Tuan,” cetus Ellshora menyeringai dengan nada menyindir.“Aku hanya memudahkan pekerjaanmu. Kau tak perlu menunggu taksi, agar tak membuatku menunggu juga. Efisiensi waktu sangat penting bagiku,” papar Luke.Tapi Ellshora masih berkilah. “Tenang saja, Tuan. Aku tak akan membuang waktu be
BAB 24. Keraguan Zane cepat menarik Ellshora dari tengah jalanan. Saat menyadari kehadiran Zane, Ellshora langsung memeluk pria itu dan menumpahkan tangisnya. “Ell, apa yang terjadi?” tanya Zane merenggangkan pelukan. Mencekal lembut kedua pundak Ellshora, memandangi wajah di hadapannya cukup tajam. Ellshora menghindari kontak mata itu, ia menundukkan wajah dengan air mata yang terus mengalir. “Ell?” Zane tak mendapat respon, Ellshora masih bungkam dalam tangisnya. Kemudian tangan Zane berpindah ke wajah Ellshora, mengusap penuh kelembutan hingga Ellshora bisa merasakan sentuhan lembut itu. “Apa terjadi sesuatu di rumah?” Ellshora hanya mengangguk. “Mereka lagi?” Untuk kedua kali, Ellshora kembali memberi Zane anggukan sebagai sebuah jawaban. “Apa yang mereka lakukan padamu, Ell?” Tapi kali ini, Ellshora tak bisa menjawab. Ia tak mungkin mengatakan bahwa semua keluarganya meremehkan Zane. Meremehkan Zane yang bukan dari keluarga kaya. Ellshora kembali bungkam, meskipun di dal
Luke usai meneguk segelas air putih di dapur. Ia segera beranjak dari situ, tapi sebelum meninggalkan dapur seorang pengurus rumah menghentikan langkah Luke. “Maaf, Tuan. Aku menemukan ini di saku jas Anda,” ucap Hanna memberikan selembar foto pada Luke. Luke menyipitkan mata dan meraih foto itu dari Hanna. “Oh, iya.” Begitu saja Luke berlalu dari Hanna. Ia cepat berada dalam kamar, berdiri di sisi jendela dengan tirai terbuka. Titik paling ia sukai dari ruangan kamarnya. Luke memandangi foto di tangannya, foto lama dimana seorang gadis kecil yang terlihat jelas sangat mirip dengan Ellshora. Dan Luke sangat yakin, bahwa itu adalah foto masa kecil Ellshora. ‘Dan ini ibunya ...’ Luke menggeser telunjuk ke potongan foto seorang pria yang ditempel dan disatukan menjadi satu. ‘Apa ini ayahnya?’ Luke mengernyit. ‘Dia tak punya foto keluarga?’ Sekarang, ingatan Luke ia tarik mundur pada hari itu. Dimana Ellshora menghampirinya di gazebo dalam, saat gadis itu berdiri di tepi kolam renna
“Aku datang untuk memberikan sesuatu yang berharga padamu,” ujar Luke menunjukkan raut wajah serius seperti biasa.Antusias Ellshora yang lebih kental dengan rasa penasaran semakin membuatnya ingin tahu. “Sesuatu apa?”Saat Luke belum memberi Ellshora jawaban, satu suara pemberitahuan di ponsel membuat Ellshora berpaling sesaat.‘Aku sudah di dalam bus dari tadi.’Sebuah pesan balasan dari Zane yang membuat Ellshora menghela nafas lega. Ia segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.Luke menyodorkan selembar foto yang tempo hari ia pungut di pusat perbelanjaan. “Ini pasti sangat berharga untukmu, kan?”Mata Ellshora cukup tajam memandangi tiga orang dalam foto lama yang masih Luke pegang.“Ini milikmu, kan? Wajahmu tak berubah sejak dulu,” sanggah Luke membangunkan Ellshora dari lamunan sesaatnya.Ellshora meraih foto miliknya, ia keheranan. “Bagaimana bisa foto ini ada padamu?”“Kau menjatuhkannya di pusat perbelanjaan waktu itu. Aku baru ingat tadi, jadi baru sempat kuberikan
“Gadis seperti apa yang menjadi tipekalmu , Tuan?”Luke membuka mulutnya perlahan, dan tatapannya masih tak beralih pada wajah Ellshora. “Sepertimu ...Ellshora.”Ellshora terperangah.“Sepertiku?” tanyanya ragu, dengan mengarahkan telunjuk pada dirinya sendir.Tapi Luke tersentak. Menyadari bahwa ada kesalahan yang baru saja ia lakukan di luar kesadarannya. “Oh, maksudku. Sepertimu ....”“Seperti tipekal yang, yang mungkin kau pikirkan. Tipekalmu tentang pasangan.” Luke gelagapan., kata-katanya tak beraturan.”Begitu maksudku.”Tapi Luke yang terbata-bata, sangat mudah diartikan oleh Ellshora. Ia pikir, Luke mulai menunjukkan ketertarikan padanya.Senyum Ellshora bermekaran, seperti bunga-bunga di halaman The Oiner saat musim semi tiba. “Tipekalku?”“Seseorang yang penuh cinta, hangat dan pekerja keras. Selalu memahamiku, apapun yang terajadi,” ungkap Ellshora.Semua itu ada pada Zane. Seorang yang membuat Ellshora luluh dan menyerahkan segenap hatinya pada pria itu.“Ya, begitulah ti
Luke mengumpulkan seluruh tenaga dan kesadaran dari semua pikiran anehnya. Ia melepas diri dari lingkaran tangan Ellshora yang telah menahannya sebelum ia terjatuh.Ellshora mengambil sesuatu di saku dan menyodorkannya pada Luke. “Makan ini untuk menghilangkan mualmu, Tuan,” godanya.Luke enggan menerima, dan bersikap seolah ia memang baik-baik saja. Meski pusing di kepalanya sudah membaik, tapi perutnya masih terasa mual.Melihat sikap Luke, Ellshora langsung saja memasukkan permen mint di saku pria itu tanpa izin. “Kau pasti membutuhkannya, Tuan.”“Aku hanya menuruti ucapanmu untuk tak membuang waktu yang berharga di jalan, Tuan. Aku mengejar waktu untukmu,” ujar Ellshora dengan nada sindiran.Susunan gigi Ellshora yang rapi terlihat jelas saat ia menyeringai dengan bangga. “Dan kita berhasil datang lima belas menit lebih cepat dari perkiraan, Tuan!”Tapi Luke mengabaikan Ellshora dengan kesal yang sudah memuncak. Tak ingin berlama-lama, Luke cepat berlalu dari situ dan segera menu
Mobil melesat cepat ke depan, dan Ellshora melihat pembatas jalan cukup dekat dengannya. Ellshora cepat menghentikan laju mobil dengan menginjak pedas rem. Hingga decitan terdengar cukup keras. Citttttt! Tepat satu meter jarak antara pembatas jalan dan mobil yang berhasil Ellshora hentikan mendadak. “Ellshora!” bentak Luke yang merasa jantungnya nyaris lepas. Luke geram, sangat geram. Sebab ia berpikir Ellshora mengabaikan ucapan Luke sebelumnya dan masih mengemudi dengan kacau. “Kau ingin membunuhku, hah!” Suara bentakan Luke seolah tak menembus pendengaran Ellshora. Ellshora tak mendengar apapun yang masuk ke telinganya. “Sudah kukatakan ...” Luke berhenti. Ia melihat ke depan. Ellshora masih diam, tatapannya kosong. Deru nafas yang tek beraturan terdengar jelas di telinga Luke. Dalam ingatan Luke, ia pernah merasakan sitasi seperti ini sebelumnya. Dan saat ia mencoba menyeret dirinya ke waktu yang telah berlalu, Luke teringat sesuatu. “Ellshora?” Luke merendahkan nadanya s
“Apa pria itu seorang ayah yang telah meninggalkanmu dan ibumu?”Pertanyaan Luke membuat Ellshora tersentak. Ia merasakan kegelisahan yang tak diungkapkan.“Maaf. Tapi bisakah kita tak membahas soal itu?” ucap Ellshora mencoba membebaskan diri dari pembicaraan ke arah yang lebih sensitif.Luke melihat ekspresi wajah Ellshora yang seolah menunjukkan bahwa ia tengah memohon. “Oh, oke. Maaf.”Sejak awal pertemuan Luke dengan Ellshora, gadis itu selalu menunjukkan sisi berani seolah tanpa kelemaan dan juga banyak bicara. Tapi malam ini, Luke telah melihat sisi lain seorang Ellshora.Kopi hangat di cangkir sudah habis, Ellshora bangkit dan bersiap untuk pergi.“Jam kerjaku sudah selesai, kan? Aku pamit pergi, Tuan,” ucap Ellshora meletakkan kunci mobil di atas meja.Luke mengerutkan dahi. “Sudah kukatakan waktu itu, kau bisa menggunakan mobilku untuk pulang. Kau lupa?”“Terima kasih sebelumnya, Tuan. Tapi maaf, aku harus menolak fasilitas mewah itu darimu. Aku lebih nyaman menggunakan taks