"Non Raline keguguran, Tuan. Sekarang, Nyonya Helen dan Tuan Bayu sedang di rumah sakit. Saya baru selesai mengemas pakaian Non Raline untuk di bawa ke rumah sakit, tapi barusan Nyonya Helen telepon, suruh saya nggak usah ke rumah sakit, soalnya Non Raline nggak jadi di rawat, langsung pulang malam ini,"
Suara Mbok Asih selaku asisten rumah tangganya terus menggema di telinga. Dunianya berputar tak menentu. Dirinya kian linglung. Kakinya yang mulai gemetaran langsung berderap merangkak mencari sandaran untuk menopang tubuhnya yang seakan begitu berat.
TIDAK!
INI TIDAK BOLEH TERJADI!
ANAKKU...
Basti
"Aku gendong kamu sampai ke kamar, ya Lin?" Bayu menawarkan pertolongannya pada Raline saat mereka sudah sampai di kediamannya. Rani dan Ibnu tidak ikut serta sebab Helen meyakinkan mereka bahwa Raline akan baik-baik saja di bawah pengawasan Helen. "Nggak usah, aku naik kursi roda aja," tolak Raline pelan. Helen dan Bayu membantu Raline untuk turun dari mobil dan mendudukan Raline di kursi roda yang telah di siapkan Hans, Ajudan Helen. Raline meringis sekali lagi, menahan sakit di bagian perutnya. Proses kuretase tadi benar-benar menyiksanya. Sangat menyakitkan. Raline merasa perutnya seperti di mixer dari dalam. Sakitnya sungguh tak tertahankan. Tapi, Raline tak bisa menyembunyikan kelegaan di hatinya saat ini, meski dia akui, dia merasa sangat jahat.
Seumur hidup, Basti tak akan pernah melupakan kejadian itu. Meski saat itu dia hanya tahu sebatas rasa ketidaksukaan melihat ibunya diperlakukan kasar. Namun seiring bertambahnya usia, perlahan Basti mulai mengerti, bahwa selama ini, Ibunya tengah bermain gila dengan laki-laki lain, yang merupakan Om Basti sendiri. Adik dari Jonas. Kekecewaan Basti terhadap Helen pun semakin menjadi. Hingga detik ini. "Tidak Basti. Percaya pada Mamih, Mamih ingin berubah. Maafkan Mamih, Nak. Beri Mamih kesempatan ya, sayang?" tangan Helen hendak menangkup ke dua pipi Basti, namun tubuhnya lebih dulu di dorong oleh Basti. Meski hanya dorongan pelan, tapi kondisi Helen yang mulai terguncang membuatnya limbung dan kehilangan pijakan. Bayu yang melihat ibunya d
Helen pikir, sekarang semua sudah berakhir setelah dia mendengar berita kematian Aldri karena sebuah kecelakaan mobil. Aldri yang sengaja menculik Bayu yang pada saat itu masih bayi dan menjadikannya sebagai alat untuk memeras harta Jonas. Namun aksinya hampir berhasil digagalkan oleh orang-orang suruhan Jonas, jika saja mobil Aldri tidak jatuh terperosok ke dalam jurang bersama Bayi yang di culiknya. Helen tersentak saat suara Bayu terdengar menggelegar memenuhi ruangan itu. Bayu, yang memberi peringatan pada dua orang security yang saat itu hendak mendekatinya. "JANGAN ADA YANG BERANI MENDEKAT!!!" Teriak Bayu lagi. Dari sorot mata laki-laki itu jelas terlihat sekali bahwa dia sangat marah saat ini. Persetan dengan rencananya untuk bermain
Malam itu Basti memilih untuk membawa Raline pergi dari rumah itu. Basti tidak mau ambil resiko dengan membiarkan Raline tetap tinggal di sana, sementara dia tahu laki-laki licik bernama Bayu itu juga tinggal di sana. Jadilah, kini Basti, Raline dan Aksel berada dalam satu taksi yang sama. "Kita mau kemana nih jadinya?" tanya Aksel yang duduk di samping supir. Dia menoleh ke belakang di mana Raline dan Basti berada. "Ke hotel aja, Sel," sahut Basti. Dia terus memeluk tubuh Raline yang kedinginan. Tubuh Raline sedikit hangat. "Bas, jangan jauh-jauh perginya. Perut aku sakit, aku nggak kuat di mobil lama-lama," timpal Raline lemah. Dia merapatkan jaket Basti yang menyelimuti tubuhnya.
Setibanya di kediaman Aksel, Basti langsung menggendong Raline ala bridal style. Dia membawa Raline masuk ke dalam kamar tamu yang sudah lebih dulu di buka oleh Aksel. Aksel sudah membawa masuk koper dan tas berisi pakaian mereka ke dalam kamar itu sebelum akhirnya dia izin pamit ke kamarnya di lantai dua, karena letak kamar Aksel bersebelahan dengan kamar Marcel. Cewek tomboy itu sempat melirik ke arah kamar sang Kakak yang tertutup rapat dan terdengar berisik. Salah satu lagu R&B yang di populerkan oleh penyanyi usher berjudul 'Yeah' terdengar asik di telinga. Lagu 'Yeah' punya hook yang selalu bisa membuat telinga siapapun terngiang-ngiang mendengarnya. Jadi tida
Basti duduk di depan cermin sambil membersihkan dan mengobati luka-lukanya. Terutama luka di bagian wajahnya. Dua hari lagi dia sudah harus kembali shooting. Dan luka-luka ini harus segera hilang. Sesekali matanya mengintip ke belakang melalui cermin di depannya yang memang mengarah langsung ke tempat tidur di mana Raline sedang tertidur cukup pulas setelah dia meminum obat pereda nyeri dari rumah sakit tempatnya melakukan proses kuretase hari ini. Sepertinya, Raline mulai terbangun. Tubuhnya terlihat menggeliat pelan dengan ke dua tangan yang dia rentangkan ke atas. "Bas...." gumam Raline kemudian. Dia bingung saat dirinya terbangun dan tak menemukan siapapun di dalamnya selain dirinya seorang. "Bas? Basti
Helen baru saja selesai mengobati luka-luka Bayu. Sikap Bayu yang begitu berbeda malam ini membuat Helen terus bertanya-tanya sendiri dalam hati, meski dia tak mampu untuk bertanya langsung sebab tak ingin Bayu lagi-lagi bertanya perihal siapa ayah kandungnya. Sebab Helen tak akan bisa menjawabnya. Jadi, ada baiknya dia diam. Kejadian malam ini cukup mengguncang jiwanya. Bayu sendiri memilih untuk langsung beranjak dari ruang keluarga menuju kamarnya setelah dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada sang Mamih. Laki-laki jangkung itu merebahkan tubuhnya perlahan di atas tempat tidur. Dia mengernyitkan dahi merasakan sakit di sekujur tubuhnya yang babak belur akibat hantaman Basti. Bayu sangat menyayangkan kepergian Raline meninggalka
Hari ini Raline merasa tubuhnya sudah lebih baik. Perutnya pun sudah tidak terlalu sakit, mungkin hanya sekedar kram-kram biasa, itu sih bisa Raline atasi dengan baik. Sejauh ini dia sama sekali tidak diperbolehkan keluar kamar oleh Basti sejak kepergian suaminya beberapa jam yang lalu. Basti bilang, sebelum Basti kembali ke rumah Aksel, Raline harus terus mengunci kamar dari dalam dan tidak boleh keluar sama sekali. Basti itu memang keterlaluan sekali! Pikir Raline yang sudah sangat bosan berada di dalam kamar terus-terussan. Sampai akhirnya, Raline pun nekad untuk keluar kamar juga. Jika Basti memergokinya keluar, bilang saja dia haus, sebab Basti hanya menyediakan secangkir teh manis hangat di nakas untuk Raline. Kan Raline juga ingin minum air putih!