"Tolong lebih pelan," pinta wanita itu memohon pilu. Wanita itu sudah tidak mampu mengimbangi kekuatan Adam yang seperti binatang buas kelaparan di malam hari. Binatang buas yang mencari santapan lezat dengan menyiksa mangsa secara perlahan-lahan hingga ke brutal. Adam menaikkan sebelah alis. Ia merasa jijik akan permohonan wanita itu. "Aku mohon," rintih wanita itu pilu meminta kelembutan hati Adam. Geram akan wanita itu yang sejak merintih dengan bersuara memohon lebay. Adam menghembuskan nafas kasar untuk memberikan wanita itu pelajaran agar tahu diri dan tidak berteriak lebay seperti itu. "Pelan katamu?" pekik Adam yang terlihat tidak senang dengan apa yang di katakan oleh wanita tersebut. "Tolong lebih pelan, ini sungguh menyiksa. Aku mohon padamu," rintih wanita itu yang masih tidak ada lelahnya memohon kepada Adam. Senyuman licik dan terlihat kemarahan di wajah Adam di sertai dengan urat biru yang terlihat di dahi. "Aku akan memberitahukan padamu, apa itu pelan?" seru A
*** Pagi hari, Adam dan Ardi di kejutkan oleh sebuah berita yang menurut mereka berdua tidak masuk akal. Terutama Ardi, ia memperlihatkan sikap menantang kepada kedua orang tua. Karena sudah bisa menebak apa yang terjadi kedepan dan alasan demi kepentingan pribadi. Sehingga mengorbankan apa yang ada. "Ardi jaga sikapmu," Herman menegur anak bungsu tanpa sengaja dengan nada membentak. Mendapatkan teguran dari Herman, Ardi semakin tidak senang. "Cih.... pasti aku harus mengalah lagi demi egoisan kalian bertiga," cibir Ardi dengan nada tidak suka kepada sang ibu. Bahkan menunjukkan sikap pemberontakan dengan menendang kaki meja secara terang-terangan. Ardi tidak perduli dengan harga kaki meja yang kini menjadi sasaran perlampasan kemarahan di dalam hati. Melihat Ardi yang semakin lama semakin memberontak. Lala yang tidak bisa membendung emosi. Ia berjalan kehadapan Ardi dengan wajah hitam. Ingin sekali Lala menampar wajah Ardi dengan tamparan kuat. Tapi dia tidak sanggup melakuka
*** Pagi hari, Adam dan Ardi di kejutkan oleh sebuah berita yang menurut mereka berdua tidak masuk akal. “Apa!?” ucap Adam terkaget dengan perkataan ibu tiri, bahwa ada saudara lain yang akan menginap berapa hari di kediaman mereka. Sehingga ia di minta keluar dari rumah sampai waktu di tetapkannya persugihan untuk menguras lendir wanita bernama Narnia. Melihat Adam menunjukkan sikap tidak setuju, Lala tetiba mempunyai ide jahat. Ia tahu Adam hobi tidur dengan para wanita yang masih bersih alias perawan. Sehingga Lala berpikir akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membujuk Adam. "Ini semua demi keselamatan kita bersama-sama dan kamu bisa mendapatkan malam pertama Narnia. Aku rasa ini penukaran yang setimpal, bukan?" balas Lala yang berusaha membujuk Adam untuk mengikuti rencana awal agar masa depan mereka tidak melarat. Adam berpikir apa yang di katakan oleh ibu tiri tidak ada salah juga. Ia bisa menyetubuhi wanita itu kapan saja sesuai keinginan dirinya dan juga mendapatkan mala
Ardi, ini demi keselamatan kita. Kamu pasti tidak mau kan hidup di kolong jembatan dan selalu di hina orang," ujar Herman yang membujuk Ardi yang masih keras kepala saat ini.Ardi mendengus kesal berulang kali atas perkataan sang ayah yang satu sisi ada benarnya dan satu sisi tidak ada benarnya dengan menggunakan PERSUGIHAN demi kelancaran bisnis yang selama ini di jalani."Berapa lama?" tanya Ardi dengan wajah tidak senangnya kepada kedua orang tua yang sejak tadi berdiri menatapi dirinya dan di dukung dengan saudara tiri yang sejak tadi mengeluarkan tatapan sinis ke arah dirinya.Ketiganya saling melihat satu sama lain. Kemudian Herman yang mengambil langkah untuk berbicara dengan Ardi."Mungkin berapa hari atau berapa tahun, sampai wanita itu tidak bisa di gunakan lagi untuk persugihan ini," jelas Herman singkat tanpa berbelit-belit kepada Ardi.Wajah Ardi menghitam. Ia merasa dirinya telah di usir secara lembut oleh kedua orangtuanya.Melihat wajah tidak senang dari Ardi sejak tadi
*** Jumat pagi, Narnia yang masih di sekolah. Ia mengikuti berapa pelajaran sampai siang hari. Jam menunjukkan jam 1 siang, Narnia memutuskan bergegas mandi dan memilih baju kadar apanya untuk di bawa ke Jakarta Lala yang tidak sabaran, berapa kali mengirimkan Narnia pesan untuk memastikan Narnia benar-benar akan datang atau tidak. Karena ia tidak ingin usahanya gagal total dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. “Jadi kok,” balas Narnia yang kini berjalan memasuki dalam pesawat di bandung menuju ke Jakarta yang merupakan transportasi tercepat. “Hati-hati di jalan, ibu sudah di bandara menunggu kedatangamu. jika sudah sampai, segera kabarin ibu. Biar kecemasan ibu berkurang,” balas Lala dengan suara super bahagianya yang di buat-buat. “Iya,” balas Narnia yang mengakhiri pembicaraan. Ketika ia akan memasukkan kopernya ke atas bagasi di atas kepalanya. Karena Narnia agak pendek, sehingga susah untuk mencapai bagasi tersebut. Seorang pria dengan wajah masam dan menggunakan ka
“Cepat gunting sprainya,” ucap Adam yang membuyarkan lamunan Herman. Herman melihat ke arah Adam yang sedanng berdiri di depannya. Seolah tau apa yang akan di tanyakan oleh ayahnya, Adam mulai terkekeh. “Aku sudah membereskan kamarnya seperti sedia kala dan jangan lupa transfer ke rekeningku!” ucap Adam yang langsung pamit dari hadapan Herman dan tidak ada niat untuk menginap di rumah. setelah mendapatkan apa yang ia inginkan malam ini. Herman menatapi kepergian Adam, kemudian langsung mengambil gunting di laci untuk memotong sprai yang ada berapa bagian yang basah bercampur noda merah yang seperti kelopak bunga mawar. Sisa pemotongan sprai, langsung di bakar oleh Herman di tempat pembuangan sampah. Sedangkan Lala menyiapkan kuah panas mendidih di salah satu panci bakso berukuran besar. Melihat jam sudah jam 2 malam dan sesuai instruksi dari dukun Joko. Herman manaruh kain basah berserta kain segitiga yang sudah di sobek ke dalam panci bakso dan memasaknya di atas kompor selama s
Pria itu menaikkan kecepatan hentakkan semakin kuat dan kasar. Kedua tangan kasar pria itu memainkan kedua buah kembar NArnia yang bergantung dengan remasan dan menarik ujungnya dengan jemari. untuk semakin memberikan rangsangan untuk Narnia yang kini menikmati persetubuhan. "Gila, ini benar-benar terjadi? Bagaimana bisa," batin Narnia bertanya-tanya dalam hati. karena hayalannya menjadi kenyataan. Untuk membuktikan hayalannya, Narnia berhayal. Bagaimana jika hentakkan selanjutnya menembus rahimnya kembali. Hentakkan pria di belakang semakin kuat. Satu tangannya menarik rambut belakang Narnia dan satu tangan tangannya memasukkan satu obat ke dalam mulut Narnia. Saat Narnia mendesah dengan mulut terbuka. Hentakkan terakhir menembus bibir rahim. Jeritan kesakitan dan pil obat tertelan oleh Narnia secara bersamaan. "Sakit," pekik Narnia kesakitan saat merasakan barang keras tidak bergerak lagi di dalam tubuhnya. Pria itu tersenyum jahat,
Herman sampai ke tempat dagannya pada pukul 11 siang dan papan di tulis tutup di depan pintu kaca dengan alasan barang dagangan sudah habis terjual. Sebenarnya bukan habis, tapi mereka harus menyiapkan oderan antrian yang berjumlah 200 orang itu. Para pelayan yang memasak dan membungkus, sedangkan Herman sibuk menghubungi nomor pemilik antrian. "Pak, kuahnya hampir habis?" lapor seorang pelayan. Herman menghela nafas panjang dengan tatapan ke arah wajah pelayan tersebut. "Kamu masak saja dengan mencampurkan ke kuah lama yang sudah dingin. Caranya tahu kan?" tanya Herman ramah. seolah-olah ia telah membocorkan resep cara memasak kuah bakso kepada para pekerjanya. "Iya pak," balas pekerja itu yang langsung semangat untuk mengasah kemampuannya. "Ayo semangat, nanti saya kasih kalian bonus besar. Setelah selesai kan 200 oderan ini! Langsung ambil hari ini bonusnya," ucap Herman dengan sikap ramah. Yang memancing semangat para pelayan agar