Rei mengatakan ciri-ciri istri kontrak Moreno hingga kening Moreno berkerut mendengar penuturan Rei."Lu yakin ciri ciri itu enggak salah?""Gue yakin."Moreno langsung berbalik dan melangkah meninggalkan Rei. Rei terkejut dan memanggil pemuda itu namun Moreno hanya mengatakan ada yang harus ia urus terlebih dahulu, sehingga Rei terpaksa membiarkan Moreno pergi meninggalkan dirinya.Moreno yang emosi karena Maira menemui Mitha, langsung datang ke rumah wanita tersebut. Kedatangan Moreno membuat Maira yang saat itu masih gelisah karena ia memikirkan Moreno dan permintaan Viona sedikit terkejut tapi juga senang karena Moreno akhirnya kembali.Namun, saat pemuda itu berdiri di hadapannya, Maira jadi was-was karena aura banteng Moreno terasa olehnya. Moreno marah! "Ngapain lu menemui Mitha segala?" tanya Moreno tanpa basa basi."Kamu tau darimana? Mitha ngomong sama kamu?""Dengar, Maira! Mitha itu bukan tipe wanita yang suka mengadu! Gue tau sendiri kelakuan lu itu dan sekarang dia me
"Aku sudah bilang, aku enggak benci kamu dan keluarga kamu, Reno! Aku sudah melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita, jadi kamu enggak ada hak mengatakan aku benci dengan kalian!""Kalau kamu enggak benci, lalu kenapa kamu bersikap seperti ini padaku? Kau tahu aku bayar kamu untuk bersandiwara, kenapa kamu justru mempersulit semuanya?""Karena aku memikirkan perasaan suami aku, aku-""Ya, sudah. Lupakan. Tidak perlu datang lagi, tidak usah peduli dengan kondisi ayahku, tidak usah datang ke hadapanku!"Moreno kehilangan kesabaran. Pria itu sudah tidak mau mendengar alasan apapun yang diucapkan oleh Mitha, hingga ia langsung naik ke motornya dan pergi dari tempat itu dengan perasaan bercampur aduk.Mitha menghela napas panjang melihat apa yang dilakukan Moreno. Rasanya jadi sesak, karena bayangan ayah Moreno berkelebat di benaknya dan itu membuat perempuan tersebut jadi kepikiran. Bagaimana dengan kondisi ayah Moreno?Ketika Mitha baru saja beranjak untuk kembali ke rumah mili
Mitha terdiam mendengar ucapan kakek Moreno. Perasaan ingin menolak perempuan itu masih ada, tapi ia tidak tahu apakah itu bisa dilakukannya sementara pria di hadapannya sangat berharap padanya."Kakek akan bertanggung jawab jika nanti hal ini membuat suamimu marah, hanya sampai Moreno mampu menjadi pengganti ayahnya, karena Marvel juga harus menjalani pengobatan yang serius untuk sekarang ini."Kakek Moreno bicara kembali, mencoba terus membujuk Mitha, dan akhirnya dengan berat hati, Mitha mengiyakan. Apakah ia bisa menolak? Sementara pria tua di hadapannya yang selama ini dihormatinya sampai bicara seperti itu padanya?"Tapi, bagaimana dengan istri Moreno, Kek. Aku tahu, mereka hanya menikah kontrak, tapi wanita itu menyukai Moreno.""Tidak perlu memikirkan masalah itu, kalau dia memang menyukai Moreno, dia pasti akan membuat Moreno suka padanya.""Bagaimana kalau enggak bisa juga?""Apakah mencintai itu harus memiliki?"Mitha menggeleng. Kakek Moreno tersenyum melihatnya. "Bagus,
Moreno jadi teringat dengan tantangan yang ia tunda beberapa hari yang lalu pada Roger karena ia terlalu disibukkan dengan persiapan sandiwara yang harus ia mainkan dengan baik dengan Mitha di depan keluarga besarnya.Ternyata, Roger masih menanti tantangan itu direalisasikan, hingga berkirim pesan padanya menagih janji.[Bokap gue sakit, setelah keadaannya membaik, gue akan kasih tau lu kapan kita bertanding]Hanya itu yang ditulis Moreno untuk menanggapi pesan Roger. Roger menghela napas kecewa. Meskipun ia tidak tahu apakah ia bisa menang melawan laki-laki tersebut, tapi ia tidak mau membiarkan Moreno bertindak seenaknya.Karena itulah ia menagih janji, tapi ternyata ia harus menunggu pula."Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."Roger langsung mengalihkan perhatiannya pada sumber suara dan mengabaikan ponselnya ketika istrinya datang menghampirinya dan bicara seperti itu padanya."Ada apa?" tanyanya sambil menatap sang istri.Mitha diam sejenak, seperti bingung harus bicara dari
"Apa?""Tidak mau? Lebih memilih dengan Maira? Tidak masalah tapi janjimu untuk kembali ke rumah, harus tetap kau lakukan!""Tidak! Baiklah! Aku lakukan sesuai perintah Papi!""Bagus, sekarang lakukan hal yang harus kamu lakukan, jangan membuat masalah lagi, sudah cukup masalah yang kau timbulkan, Papi tidak mau ada masalah lagi jika memang kau ingin membuat aku sembuh!""Baik, Pi!"Moreno langsung pamit dari hadapan sang ayah usai sang ayah memintanya untuk melanjutkan aktivitasnya. Ketika Moreno keluar dari ruang rawat inap ayahnya, sang ibu ingin masuk hingga gerakan Moreno terhenti ketika ibunya memintanya untuk berhenti. "Kamu yakin, Mitha itu tidak sedang mempermainkan kamu?" katanya pada sang anak. "Yakin, Mi. Dia bukan tipe wanita yang bisa berubah pikiran dengan cepat tanpa alasan yang jelas.""Keadaan ayahmu drop karena dia tidak datang, seharusnya kalian ini sudah melakukan prosesi foto prewedding, tapi dia tidak muncul hingga membuat ayahmu seperti sekarang.""Kondisiny
"Kita lihat aja nanti, apakah lu seseorang yang bisa menepati janji!"Setelah bicara seperti itu, Moreno langsung bergegas meninggalkan Maira yang hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar apa yang diucapkan olehnya. Namun, Moreno tidak peduli, yang ada dalam pikirannya cuma satu, ia harus segera pergi ke rumah sakit karena penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Mitha padanya.Semoga bukan sebuah hal yang menyakitkan kembali, begitu harapan Moreno sambil mengendarai motornya yang melaju kencang di atas ruas kota kayu Samarinda.Beberapa saat kemudian, Moreno sudah sampai dan langsung bergegas ke tempat di mana Mitha mengatakan sudah menunggu. Mereka bertemu di taman belakang rumah sakit di mana saat itu, Mitha sedang mengawasi anak-anak penderita leukimia yang sedang dibiarkan di alam terbuka untuk beberapa saat. Melihat Moreno sudah datang, Mitha memberikan isyarat pada pemuda itu untuk duduk di bangku yang ada di taman tersebut, sambil terus mengawasi anak-anak yang sedang
"Perasaan bahagia itu hanya dia yang bisa merasakan, jika dia tidak bahagia denganku, tidak mungkin dia tetap bersamaku beberapa tahun ini, kau tahu sendiri, dia seperti apa orangnya, dia bukan orang yang mau bertahan jika tidak bahagia dan terpaksa!"Mendengar apa yang diucapkan oleh Roger, Moreno tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia maju, dan menyerang pria tersebut dengan gencar.Serangan yang dilakukan oleh Moreno membuat Roger langsung meladeni. Ia juga ingin masalah antara dirinya dengan Moreno cepat selesai, karena sejujurnya ia tidak suka jika masalah itu terus saja berlarut-larut.Pertarungan keduanya berlangsung sangat sengit. Baik Moreno maupun Roger sama-sama tidak mau mengalah. Mereka terobsesi untuk menjadi pemenang, dan karena itulah serangan demi serangan yang dilakukan oleh keduanya tidak main-main.Ketika pertarungan mereka sedang berada di puncak sengit, tiba-tiba saja sebuah motor melaju ke arah mereka dan melihat hal itu, Roger langsung mendorong Moreno hingga Mo
"Mitha? Mithavic Himura?" tanya Zona sambil menatap ke arah Moreno dan Roger bergantian. "Ya! Dia lakinya Mitha, emang Bapak kenal dia?"Mendengar penjelasan Moreno, keinginan Zona untuk menahan Roger semakin besar. Perempuan yang seperti pria itu meminta Roger untuk tidak pergi dulu karena ia masih ingin bicara pada Roger dan juga Moreno. Sementara itu, teman-teman Zona yang tadinya belum mengepung Roger dan juga Moreno kini sudah melakukan pengepungan, hingga Danu yang masih memperhatikan dari kejauhan semakin tegang. Beberapa kali ia mencoba menghubungi Moreno, tapi Moreno mengabaikan panggilannya.Roger yang ditahan oleh Zona, mau tidak mau mengurungkan niat untuk pergi.Ia memandang Zona yang tengah menatap dirinya seolah banyak sekali pertanyaan yang bergulat di otak tentara tersebut padanya. "Benar, kamu suami Mitha yang itu?" tanya Zona pada Roger. "Apakah ada nama yang sama yang mungkin orangnya berbeda?""Tubuhnya mungil, punya gingsul, pendiam tapi bisa menghajar orang