Di salah satu restoran di Ibu Kota seorang wanita yang sangat cantik. dengan rambut berwarna kecoklatan dengan panjang sebahu. mengenakan gaun berwarna merah muda panjang selutut. wajahnya di make up dengan riasan warna gold, itu semua sangat cocok dengan wajahnya. senyum selalu menghiasi wajah cantiknya, dia adalah Endrea Kim yang tengah menunggu suaminya, Arya untuk makan malam bersama.
"Selamat malam istriku, maaf ya lama menunggu," bisik Pria yang baru datang dan langsung memeluk leher Endrea dari belakang.
"Tidak terlalu lama kok Mas, baru juga sepuluh menit." jawab Endrea, tangan lembutnya menarik lengan suaminya untuk duduk di kursi yang berada di depannya.
Mereka makan malam dengan diam. hingga Arya melihat seorang wanita dengan penampilan sangat modis masuk ke dalam Restoran Cottca. meski penampilannya sangat jauh berbeda dengan yang dulu. tapi Arya tetap mengenali wajah wanita yang baru masuk tadi.
Tubuh Arya langsung menegang, tanga
Keesokan paginya Endrea terbangun dengan kepala masih pusing, Endrea melihat ponsel yang ada di nakas dan matanya langsung melotot saat melihat cuplikan berita salah satu stasiun televisi.Endrea memijat pangkal kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut, Endrea kembali menggeser beranda diponsel dan lagi-lagi vidio saat dirinya menampar wanita jalang itu lagi, dan yang membuat Endrea emosi judulnya dimana disitu tertulis, Istri Arya Lii cemburu buta saat melihat Arya bertemu dengan rekan kerjanya.Prang... Brakk...Endrea melepar ponsel yang dia pegang hingga hancur beserakan, Endrea tahu ini semua ulah suaminya tapi yang membuat Endrea semakin emosi vidio itu sudah diedit.Yang bagian wanita jalang itu dan Arya sedang berciuman semuanya sudah dihapus, dan disitu hanya ada saat Endrea menghampiri Arya dan langsung menampar wanita jalang itu.Disudut kota yang berbeda tepatnya disalah satu klub dua orang wanita sedang ter
"Kau...." ucap Amel dengan berjalan mendekati Liana."Kau sudah berjanji kemarin, berapapun yang aku minta kau akan membayarnya bukan," ujar Amel dengan nada mengancam ke arah Liana tidak lupa pisau kecil dirinya gengam ditangan membuat Liana ketakutan."Kau mencekikku kalau seperti itu, kamu juga tahu kalau aku sedang sulit sekarang darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu," ucap Liana dengan nada bergetar."Aku tidak peduli, kalau begitu aku akan membatalkan saja kerja sama kita, aku akan membiarkan Arya bahagia dengan Endrea," ucap Amel kemudian berbalik dan duduk dikursinya."Ini," ujar Liana dengan mengeluarkan amplop coklat berisi uang itu.Amel menerima dan menghitungnya kemudian berkata "Baru lima belas juta, masih kurang besok aku akan menemuimu kembali, terimakasih,".Amel mengibaskan amplop coklat itu di depan Liana, kemudian berjalan keluar dari dalam restoran.Prangg...Liana yang terbawa em
"Aku tidak tahu," jawab Arya berusaha secuek mungkin membuat kedua alis Delina terangkat, dirinya merasa bingung dengan Bosnya sekarang.Dulu Arya begitu perhatian kepada Endrea sampai-sampai tidak ada yang diperbolehkan untuk membuat lecet sedikitpun, tetapi setelah pernikahan mereka yang baru berusia satu tahun Arya bertingkah seperti orang yang tidak mengenal Ibu bosnya.Delina tidak mau memusingkan ucapan Arya, Delina memilih untuk duduk dikursi yang berseberangan dengan Arya.Sudah hampir tiga puluh menit tapi dokter belum juga ada yang keluar, telepon Aeya berdering kemudian Arya sedikit menjauh dari Delina untuk mengangkat telepon dari Amel, tidak lama kemudian Arya kembalu menghampiri Delina."Aku harus pergi ada hal yang mendesak, kamu tunggu saja Endrea jika ada kabar cepat beritahu saya," pesan Arya kemudian dengan cepat berlari keluar dari rumah sakit."Aku baru menjumpai seorang pria lebih mementingkan hal lain,
Tapi suara seorang wanita yang ada diseberang sana langsung meluluh latakan perasaan Endrea, perasaan marah dan benci mulai merasuki hatinya, Endrea langsung mematikan sambungan teleponnya dan memberikan kembali ke Delina."Sayang aku mau yang itu boleh," ujar wanita diseberang sana, Endrea kenal betul dengan suara wanita jalang itu.Seketika rasa berbunga-bunga yang baru saja dirinya rasakan hilang, berganti dengan rasa hambar, Endrea menghela nafas kecewa kemudian melihat ke arah Delina."Kita pulang sekarang aja ya," ajak Endrea kemudian berjalan keluar dari ruangan dibantu oleh Delina.Setelah membayar biaya administrasi Delina mengendarai mobilnya dengan perlahan ke apartemen milik bosnya, tiga puluh menit mereka sampai Endrea membuka pintu dan meminta Delina untuk mengantarkannya ke kamar."Ibu mau makan apa?" tanya Delina dengan sopan.'Tolong belikan saya bubur ya, kamu terserah mau beli apa," perintah E
'Yang kenapa kamu ngga jadi datang malam ini, aku sudah dandan cantik dan menunggu kamu sampai pagi ternyata kamu ngga datang,' isi pesan itu dibumbuhi dengab emot marah.Endrea hanya tersenyum miring melihat pesan itu, tanpa ada niat untuk membalasnya Endrea meninggalkan kamar menuju ke dapur.'Rupanya kamu ingin bermain-main denganku,' gumam Endrea.Kemudian Endrea mulai menyibukkan dirinya membuat sarapan, tidak lama kemudian Arya keluar dari kamar dengan wajah memerah seperti marah tapi juga bingung, wajahnya tidak dapat dijelaskan secara rinci."Ada apa?" tanya Endrea berpura-pura seperti tidak tahu apa-apa."Emm... Tidak apa-apa, kamu masak apa?" tanya Arya mengalihkan pembicaraan agar Endrea tidak curiga.Arya berharap Endrea tidak melihat pesan yang dikirimkan oleh Amel, setelah melihat wajah Endrea yang biasa saja bahkan sekarang lebih perhatian ke Arya, membuat Arya yakin Endrea tidak mengetahui hubungannya dengan
"Endrea," teriak Arya yang sudah berdiri dibelakang Endrea.Endrea berbalik dan melihat Arya sedang menatapnya penuh amarah, Endrea tersenyum membalas tatapan tajam suaminya."Kamu sedang apa disini, bukannya kamu sudah tanda tangan bermaterai untuk tidak mengganggu hubunganku dengan Amel," ujar Arya membuat keninh Endrea mengkerut.'Kapan dirinya tanda tangan?' batin Endrea bertanya-tanya."Aku tidak pernah tanda tangan," ujar Endrea tidak mau kalah dengan Arya."Ini buktinya silahkan baca, oh iya dengar mulai sekarang aku tidak akan pulang ke rumah aku akan menghabiskan waktu bersama Amel, jikapun kamu menyobek kertas itu aku masih menyimpan yang asli," ujar Arya kemudian menarik tangan Amel meninggalkan Endrea.Sebelum hilang ditelan tembok Amel sempat membalikkan badannya dan tersenyum penuh kemenangan ke arah Endrea, Endrea membaca dengan teliti isi surat itu.Seketika kakinya lemas, tangannya merema
"Bukan hamil, tapi bagaimana kalau kamu sudah menyetujui jika suamimu selingkuh dirimu tidak akan melakukan apa-apa, dan kamu sudah bertanda tangan bermaterai, apa yang bisa kamu lakukan?" tanya Endrea, membuat mata Delina membulat sempurna apakah maksud Ibu Bosnya dia sudah tanda tangan.Wanita mana yang rela suaminya berselingkuh apalagi ini mengijinkan sampai bertanda tangan dibawah materai, Delina mengira Ibu Bosnya waktu tanda tangan itu memang sedang tidak sadar."Apa Ibu sudah menanda tangani surat itu Bu?" tanya Delina untuk memastikan."Iya, dan anehnya aku tidak tahu kapan aku melakukan itu," ujar Endrea dengan memijat pangkal hidungnya, yang tiba-tiba terasa berdenyut."Ibu tidak perlu banyak pikiran, saya yakin Pak Irawan akan menyelesaikan masalah ini Bu," jawab Delina untuk menenangkan Ibu bosnya."Saya berharap juga seperti itu," ujar Endrea kemudian memalingkan wajahnya ke arah luar mobil.Tiga puluh menit k
Endrea berbalik dan melihat seorang pria dengan berpakaian dokter, badannya lebih tinggi dari Endrea, hidungnya mancung matanya sipit dan dia memakai kaca mata, rambutnya dipotong rapih dan disisir kebelakang. Endrea menganggukkan kepalanya tanpa mengeluarkan satu patah katapun, karena rasa bersalah terus bersarang dihatinya, Endrea berbalik dan masuk ke dalam mobil. Karena kelelahan Endrea tertidur di dal mobil, tidak tahu berapa lama Endrea tertidur dirinya kembali sadar ketika merasakan tepukan lembut dipundaknya. Endrea mengucek matanya dan melihat Delina berada lumayan dekat dengannya, Endrea melihat kelauar mobil dan menyadari dirinya sudah sampai. "Jam berapa sekarang Delina?" tanya Endrea. "Jam delapan Bu," jawab Delina dengan sopan. Endrea turun dari dalam mobil dan masuk ke apartemennya, Delina hanya mengantarkan sampai depan pintu setelah memastikan Endrea masuk Delina pamit pulang. Endr