"Bagaimana kalau kita pindahkan saja ibukota ke Kota Naga Biru ini, Kanda?" tanya Rinjani yang begitu menikmati kesejukan udara di Kota Naga Biru laut ini."Aku juga sempat berpikiran demikian, karena Kota Naga Emas sudah penuh sesak dengan penduduk dari rakyat jelata sampai para bangsawan sehingga kurang efektif untuk digunakan sebagai pusat pemerintahan! Kita lihat saja apa Moghul menerima tawaran kita untuk membangun Kota Naga Emas Baru di tanah kosong sisi timur. Kita bisa pindahkan pusat pemerintahan ke sana!" ujar Candaka."Tidak ada salahnya kita pindahkan dahulu ke Kota Naga Biru, sementara Kota Naga Biru Laut bsa menjadi pusat perdagangan yang dapat memajukan kota ini. Kota Naga Emas kita tetapkan sebagai kota metropolitan saja yang hanya berpusat pada bisnis dan perdagangan!" sambung Rinjani lagi."Pembangunan Kota Naga Emas Baru juga memerlukan waktu lama seperti Moghul membangun Kota Naga Biru Laut ini! Nanti aku bicarakan dengan Moghul tentang keinginan kita ini, barulah
Kapal besar Moghul sudah menunggu di dermaga saat Candaka dan Rinjani siap berlayar menuju ke Dusun Nelayan."Aku sertakan Kuda Sembrani juga! Kalau keadaan mendesak, kalian bisa menggunakan Kuda Sembrani dari atas kapal!" ujar Moghul."Kamu tidak ikut mengantar kami, Moghul?" tanya Rinjani."Ada sedikit masalah di Kota Naga BIru yang harus segera kubereskan! Jadi, aku mengantar sampai dermaga saja ya!" ujar Moghul."Tidak apa-apa, Moghul! Selesaikan saja masalah yang menimpa kotamu ini! Kami sudah cukup senang dengan pelayanan kels satu yang kamu berikan!" kata Candaka untuk meredakan kembali perselisihan yang akan timbul antara Rinjani dan Moghul."Aku sertakan beberapa pengawal untukmu, Candaka!" seru Moghul sambil memerintahkan pengawalnya naik ke atas kapal."Tidak perlu repot-repot, Moghul!" sahut Candaka."Kalau terjadi apa-apa dengan saudaraku, kalian akan menanggung akibatnya!" ancam Moghul terhadap pengawalnya."Kami akan melindungi sampai mati!" seru pengawal ini serempak.
"Isyana? Kenapa kamu bisa menjadi begitu cantik?" tanya Candaka yang masih saja terpesona dengan kecantikan Isyana Mukti.Bahkan Isyana tampak lebih muda dari usianya yang sebenarnya.Wajahnya yang buruk rupa saat menjadi Iblis Seribu Wajah berubah menjadi cantik jelita tanpa ada bekas buruk rupa yang dialaminya.Sekarang, Isyana lebih terkenal sebagai Dewi Seribu Wajah, sesuai dengan kecantikannnya yang bagaikan Dewi."Aku berterima kasih padamu, Dewi Racun! Kamu membebaskanku dan tidak membunuhku, tapi aku tetap tidak bisa melupakanmu yang telah membunuh ibuku dengan sadis!" tegur Isyana."Ibumu pantas mati karena telah mencoba membunuh kami semua di Pulau Pedang! Aku tidak pernah menyesal membunuh ibumu!" sahut Rinjani dengan ekspresi wajah yang dingin.Candaka yang melihat perseteruan yang panas khawatir Isyana akan menyerang Rinjani, atau bahkan Rinjani yang terlebih dahulu menyerang Isyana."Jangan bertindak gegabah, Isyana! Kamu tentunya tidak ingin menjadi buronan istana karen
"Aku akan mengijinkanmu lewat kalau kamu bisa mengalahkanku, Dewi Racun!" tegas Dewi Seribu Wajah."Isyana! Kenapa kamu lakukan ini?" tanya Candaka."Jangan ikut campur, Candaka! Kamu memang Raja Kamandaria, tapi bagiku kamu tetap Candaka yang aku cintai dengan sepenuh hati!" ujar Isyana."Rinjani itu istriku. Aku tidak bisa membiarkanmu melukainya tanpa bisa berbuat apapun!" tegas Candaka."Kalau aku yang terluka? Kamu tidak peduli, Candaka?" tanya Isyana."Jangan khawatir, Kanda ... aku masih bisa melawan Dewi Seribu Wajah ini!" seru Rinjani yang tampak bersemangat.Candaka malahan bingung melihat sikap Rinjani."Jangan gunakan racun dalam pertarungan ini! Aku tidak ingin ada yang terluka!" tegas Candaka."Sudah lama aku tidak bertarung, Kanda! Ijinkan aku melemaskan otot-ototku setelah sekian lama berdiam di istana! Dewi Seribu Wajah ini lawan yang sepadan untuk ditaklukan!" seru Rinjani."Aku ijinkan, asal jangan menggunakan serangan racun yang mematikan! Aku tidak ingin Ratu Kama
Isyana yang mengalami kekalahan untuk kedua kalinya dari Rinjani akhirnya membiarkan Candaka dan Rinjani melewati Dusun Nelayan."Selamat tinggal, Candaka! Semoga saja kelak kita memang berjodoh kembali!" uajr Isyana dalam hati sambil berurai air mata.Isyana tidak pernah bisa melupakan Candaka.Masa-masa bahagianya bersama Candaka saat Candaka masih pemuda biasa tanpa ilmu bela diri, tidak pernah hilang dalam ingatannya.Sayang sekali, nasib buruk membuat wajahnya menjadi buruk rupa sehingga mempengaruhi sifatnya.Kini, dengan wajahnya yang kembali muda dan cantik tetap saja Candaka hanya mengangap dirinya sebagai sahabatnya daripada kekasihnya.*****"Bagaimana rasanya ketemu kekasih lama yang kembali cantik jelita?" tanya Rinjani dengan rasa cemburu."Aku dan Isyana memiliki cerita tersendiri, Adinda Rin! Tapi cintaku hanya untuk kalian bertiga!" ujar Candaka."Gombal!" seru Rinjani dengan wajah yang masih cemberut.Rinjani tidak salah menebak perasaan Candaka.Saat bertemu Isyana
Candaka agak menyesali perbuatan Rinjani yang menggunakan Tapak Racunnya untuk menghabisi seluruh kawanan Bandit Ninja ini sebelum Candaka sempat menanyakan informasi kepada mereka."Kita memerlukan mereka hidup-hidup, Adinda! Setidaknya kamu menyisakan beberapa anggota Bandit Ninja yang hidup, tapi sekarang kita tidak punya informasi apa-apa!" ujar Candaka."Sudahlah, Kanda! Percuma saja bertanya kepada mereka! Kawanan Bandit Ninja ini sudah terlatih untuk tutup mulut! Aku yakin ada pemimpin mereka, tapi yakinlah kalau mereka tidak akan bicara sepatah kata pun, Kanda!" elak Rinjani."Aku harap lain kali pertimbangkan dahulu keputusanmu menggunakan racun, Adinda! Gunakan saja pukulan yang melumpuhkan mereka tapi tidak untuk membunuh!" saran Candaka."Baik, Kanda! Adinda minta maaf telah melanggar perintah Paduka Raja! Adinda siap dihukum!" kata Rinjani sambil tersenyum gen*t terhadap Candaka.Raja Kamandaria ini memang paling lemah dan takluk terhadap kecantikan dan sifat Rinjani, kar
"Selamat datang kembali Raja Candaka! Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu langsung dengan Raja negeri ini!" saapa Shama saat Trinity mengantar Candaka dan Rinjani menuju kediaman Shadow Master ini."Hahaha! Tidak perlu sungkan saudara Shama! Aku masih Candaka yang dulu! Buang semua basa-basi dan bersikap biasa saja!" seru Candaka."Ada perlu apa sampai Candaka jauh-jauh datang mengunjungi Desa Bayangan?" tanya Shama."Kami sedang mengadakan peninjauan langsung terhadap kondisi negeri ini! Oh ya, ini Rinjani!" kata Candaka memperkenalkan Ratu Kamandaria ini."Candaka beruntung memiliki dirimu, Ratu Rinjani!" sapa Shama dengan sopan."Jangan terus menerus memuji Rinjani, nanti aku bisa cemburu loh, Shama!" kata Candaka sambil tertawa."Hahaha ... Candaka bisa saja! Kalian belum memberitahuku, apa tujuan kalian ke desa ini ... tentu saaja bukan hanya sekedar mengunjungi teman lama bukan?" tanya Shama dengan pandangan matanya yang tajam."Begini, Shama ... aku sebenarnya ingin meminta b
ROOOAAAR!Hari mulai menjelang sore saat suara raungan naga terdengar di Desa Bayangan."Naga merah itu sudah kembali, Candaka!' seru Shama."Biarkan aku mendekatinya untuk mengajaknya bicara!: ujar Candaka."Hati-hati, Kanda!" pesan Rinjani."Jangan khawatir, Adinda! Aku selalu berhati-hati!" sahut Candaka sambil tersenyum.Naga merah terus memasuki Desa Bayangan sambil sesekali terdengar suaranya memanggil nama Ling The dan Dhee Gu.Candaka langsung mendekati Draken tanpa rasa khawatir dan takut, sementara Rinjani sangat mencemaskan Candaka dari kejauhan."Kenapa dengan dirimu, Draken? Kamu adalah naga terhormat, kenapa sekarang jadi kacau begini?" tanya Candaka."Aku kenal denganmu! Kamu ini Pendekar Naga Biru yang mengalahkan kelompok Ling The bukan? Kemana Ling The sekarang, apa kamu tahu?" tanya Draken."Aku tidak tahu, Draken! Bukannya kedua adikmu ini sangat jahat! Kenapa kamu mencari mereka lagi?" tanya Candaka."Aku tidak menyangka kalau kedua adikku menghianatiku, terutama