Share

Rencana dijadikan babu

Arash melajukan motor tingginya membelah jalan yang memangcukup sepi. Suara knalpot motor yang telah ia modif dengan suara yang seperti bariton dan membuat siapapun akan merasa terganggu akan Indra pendengarannya. Pun, tak jarang Arash malah sengaja menggaur-gaurkan motor di depan umum. Sayang, Tak ada satu orang pun yang berani untuk melawannya, atau hanya sekedar mencegah. Warga kampung ini lebih baik diam, maka semuanya akan aman. Berbanding jika ia menegur atau melawan Arash. Maka, bisa salah satu anggota tubuh mereka ada yang pincang atau sakit dan keluar darah.

"Bro, gue merasa mimpi. orang segarang dan sebengis bang Arash dilamar perempuan shalehah," gumam Tomo pada Bean. Keduanya tengah memakan kacang tanah sambil menongkrong di perempatan jalan.

"Iya, sekarang dunia sudah terbalik, wanita yang melamar laki-laki," sahut Bean. Ia tengah membuka kacang tanah agar bijinya terlepas dari cangkangnya. "dan yang lebih mengejutkan, wanitanya itu wanita shalihah yang melamar lelaki brengsek,"

"He, Lo jangan mengatakan boss Arash brengsek. Tanpa dia, kita tidak akan seperti ini," Seloroh Tomo.

Bean hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. Ia juga akui, dengan hidup bersama Arash ia menjadi orang yang ditakuti oleh semua orang. Tak seperti dahulu saat masih menduduki kelas putih abu. Ia selalu jadi bahan bulian dan candaan teman-temannya.

"Aku sih tak bisa bayangkan, Tom. kalau Bang Arash sudah menikah. Mungkin dia akan lupa pada..."

"Gue gak akan pernah lupa sama kalian," suara yang seperti bariton itu memotong ucapan Bean. Kedua lelaki yang sama-sama menggunakan celana robek itu menoleh ke arah sumber suara. Dan nampak Arash yang tengah turun dari motor tingginya.

"Abang!"

Sahut Tomo dan Bean berdamaay. Keduanya menatap berbinar saat laki-laki yang berambut gimbal dan selalu memasang wajah garang itu mendekat.

"Bang, apa kabar?" Bean dan Tomo memeluk bossnya bersamaan. Sedangkan, Arash segera melepaskan.

"Gue gak ngajarin kalian cengeng," ucap Arash sinis. "Yuk!"

"Kemana, Bang?" tanya Tomo. Bahkan, hangatnya pelukan belum hilang. Arash sudah mengajaknya pergi.

"Basecamp!" Jawab Arash cepat. Ia melangkah dan mau tidak mau, harus diiringi dengan dua preman di belakangnya.

Bean dan Tomo selalu mengikuti kemana Arash melangkah. Bagi, mereka. Arash adalah tameng yang bisa melindungi mereka.

Basecamp adalah tempat tersembunyi yang mereka gunakan untuk menyimpan harta hasil rampokan atau merampas uang dari orang yang tengah menyebrang jalan dengan kata lain memalak. Pun, tempat ini selalu mereka gunakan untuk bermain ganda tak jarang juga berjudi. Lebih tepatnya untuk menenangkan diri.

"Eh, boss bagaimana dengan wanita ninja itu? Apakah sudah melihat wajahnya?" tanya Bean. Mereka tengah menikmati hari yang kian senja dengan mengadu kartu ganda. Tentunya dengan musik dangdut dan judul apa saja yang bertema kebebasan mengisi basecamp ini. Pun, rokok dan minuman lainnya tentu saja sudah tersedia.

"Heh, kalian tahu kan kenapa gue malah datang ke tempat ini?" tanya Arash. Ia menghentikan aksinya menyesap tembakau lalu melempar kartu ganda dengan menghentak.

Bean dan Tomo mengangguk. Keduanya faham. Arash memang laki-laki yang kadang mereka duga tak pernah menyukai lawan jenis. Tapi, semua dugaan itu terbantahkan dengan Arash yang suka memaksa perempuan untuk memberikan kepuasan, jika tidak dipenuhi. Maka, siap-siap salah satu anggota tubuh wanita itu ada yang patah atau pun berdarah.

"Oh ya boss. Gue punya ide!"ucap Bean tiba-tiba.

"Apa?" Sahut Arash. Ia masih fokus menatap kartu ganda di atas meja.

"Kalau boss tidak suka dengan wanita aneh itu. Menurutku, Sebaiknya boss jadikan dia pembantu." ucap Bean yang membuat Arash dan Tomo saling pandang. "Ya, biar kita tak terus berbohong pada tukang warung itu, makan lima ngaku dua,"

"Alah... Bilang saja mau makan gratis!" Timpal Tomo sambil melemparkan puntung rokok pada Bean yang malah cekikikan.

Arash terdiam ia terhipnotis juga akan ucapan Bean. Menghela napas dan menatap seperti akan memangsa ke arah Bean. Sehingga, Bean mundur dan mengatupkan kedua tangannya.

"Aku tertarik pada saranmu!" ucap Arash tegas.

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

Malam kian menyapa. Menyurutkan sinar senja berganti dengan hitam malam yang mencekam. Arash baru pulang setelah dia merasa puas melampiaskan emosinya dengan hiburan gila dan beradu kartu ganda.

Saat ia membuka pintu. Aisha langsung menyambutnya dengan hangat. Wanita yang masih menggunakan kain penutup wajah itu meraih tangan Arash untuk mencium tangannya. Namun, bukan balas menyentuh. Arash malah menepis dan melangkah dengan angkuh melewati Aisha.

Sebagai wanita yang telah terdidik kuat, Aisha tak tinggal diam. Ia menyusul lelaki preman yang sudah menjadi suaminya. Mencoba untuk membuka bajunya uang sudah bau keringat. Ya, sebagai cara ia untuk berbakti pada suami. Namun, lagi-lagi Arash menolaknya dengan kasar. Ia bahkan mendorong Aisha hingga terjatuh ke lantai.

"Jangan kau macam-macam padaku!" Bentak Arash menunjuk tajam pada Aisha yang tengah meringis dan memegang kakinya.

Saat hendak melangkah menaiki tangga. Arash menghentikan langkahnya saat tiba-tiba terdengar suara gemuruh cacing dalam perutnya yang menuntut meminta diisi. Ia hendak berbalik ke basecamp. Namun, melihat tudung nasi yang sedikit terbuka dan menguarkan aroma bau makanan yang menelusup ke rongga hidungnya. Niatnya di urungkan.

Lelaki berambut gimbal dan bertubuh cukup besar itu menatap sekilas ke arah Aisha yang masih sedikit tersungkur di lantai dengan kaki sedikit memanjang. Saat itu pula, Arash melewatinya dengan angkuh dan menendang pelan kaki yang tertutup gamis itu  sehingga Aisha kembali meringis. Seperti, ada urat yang tertarik dan menimbulkan rasa nyeri. Namun, wanita yang pernah mondok di Kairo itu sudah menyiapkan mentalnya jika ia mendapatkan perlakuan buruk dari lelaki yang telah ia lamar.

Arash membuka tudung saji dan menampakkan makanan yang menguarkan harum lezat.

Telur dadar, oseng kacang panjang yang dicampur dengan tempe. Juga, sambal tomat serta mentimun yang sudah dikupas sebagai lalap telah tersaji. Pun, kerupuk udang yang menggoda pun membuat semua yang melihatnya akan tergugah.

Satu senyuman tersungging dari bibir merah Arash. Ia semakin bulat dengan tekadnya untuk mempertahankan Aisha  bersamanya hanya untuk dijadika pembantu, bahkan lebih dari itu. Jika pembantu mendapatkan gaji. Tapi tidak dengan Aisha.

"Kamu memang benar, Bean!" Gumamnya dan melirik sinis ke arah Aisha.

Aisha tersenyum disela ia merintih kesakitan dan menyeka sudut mata karena ada satu bulir bening yang keluar tanpa permisi saat melihat laki-laki yang nampak bengis itu menyantap makanan dengan lahap. Setidaknya, Aisha merasa bahwa usahanya di hargai.

Aisha segera mengangkat kakinya dan melangkah mengambil air untuk cuci tangan dalam wadah dan juga serbetnya. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Arash.

"Semoga makanan ini membawa keberkahan untukmu, Mas!" Gumam Aisha sambil menatap lekat Arash. Aisha seperti bisa melihat ada sesuatu yang sepertinya menarik hati untuk Aisha segera menolongnya. Namun, ia juga tidak tahu. Entah itu apa?

"Bereskan!". Titah Arash sambil melemparkan serbet yang baru ia gunakan untuk mengeringkan tangannya yang habis di cuci tepat mengenai wajah Aisha. Lalu pergi meninggalkan Aisha menuju kamar mandi tanpa rasa bersalah dan berperikemanusiaan.

Aisha membereskan piring bekas makanannya. Ia segera mencuci dengan perasaan yang sedikit bangga melihat makanan yang dimakan Arash hampir habis. Ia seperti lupa pada semua perlakuan kasar Arash.

Bukankah, kita memang harus melupakan kesalahan orang lain? Dan yang hanya mengingat kebaikannya saja walaupun hanya sebesar biji sawi.

Sedangkan, Arash. Ia memukul tembok kamar mandi. Merasa sial, semua waktu di rumahnya ia ingin gunakan untuk memarahi Aisha. Nyatanya ia tiba-tiba merasa kaku.

Sial! Gadis itu sepertinya terlalu lemah jika harus di aniaya." umapt Arash sambil menatap geram pada wajahnya yang terpantul dari cahaya cermin.

Ia merasa bahwa dunia sudah mau kiamat. Ada seorang wanita yang melamar laki-laki. Bukankah itu hal yang sangat diluar nalar? Karena, umumnya lelakilah yang melamar wanita.

Lama sekali Arash meredam diri di kamar mandi. hingga saat ia keluar, dengan tubuh yang sudah  dibaluti oleh handuk sampai ginjal. Menampakan tubuhnya yang dipenuhi gambar tato.

Tato bergambar elang di bagian dadanya dan bergambar naga di bagian punggungnya. Serta banyak tato-tato kecil lainnya seperti tato bergambar bintang di wajahnya.

Lelaki yang kini telah beristri itu membuka pintu kamar. Dan, Wangi langsung menyeruak berdesakan masuk ke Indra penciumannya. Serta kelopak bunga mawar yang terhampar di atas ranjang membentuk hati membuat Arash menatap tanpa berkedip.

Sedangkan Aisha. Ia tampak menggunakan sebuah kain tipis putih. Dengan menunjukkan lekuk tubuhnya dan berjalan mendekati ke arah Arash yang masih terkesima atas pemandangan asing seperti ini.

Dan..

......

Bersambung... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status