Disamping itu Farhan yang sibuk oleh tugas dari ayahnya. Ia menyempatkan diri ke hutan kematian. “Kenapa suasana berbeda,” ucap Farhan yang merasakan aura buas. “Kamu juga merasakan hal yang sama,” jawab Pengawal yang tempo hari juga ikut dengan Farhan untuk menyerang Zoe.Menyaksikan Zoe disiksa sudah jadi tontonan, apalagi saat Zoe di perguruan bisa dikatakan hampir setiap hari Zoe dipukuli. Jelas semua pengawal tahu dan tak ada yang melapor pada tetua. “Aku hanya membawa dua pengawal,” batin Farhan yang merasa gelisah. Tak seperti terakhir kali kesana suasana di hutan kematian benar-benar mengerikan. Hal itu menandakan tidak ada manusia di sana, tapi Farhan penasaran dengan keberadaan Zoe. Ia terus memaksa masuk ke dalam hutan untuk bisa bertemu Zoe.“Ini aneh, seperti tidak ada hawa kehidupan manusia,” ucap Pengawal yang merasa tegang. Tapi mereka sudah terlanjur masuk dan tidak bisa pulang tanpa persetujuan Farhan.Farhan sendiri tak menghentikan langkahnya dan terus berjalan
Anglo bergegas jalan ke tempat pertemuan, ia mengundang semua tetua untuk membicarakan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Terutama kematian dua orang pengawal dan hilangnya Zoe.Setelah undangan di kirimkan, para tetua mulai berkumpul di aula. Anglo mulai membuka rapat.“Ada dua masalah yang ingin saya bahas,” ucap Anglo membuka pertemuan, semua yang datang terdiam.Mereka juga merasa penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Anglo, pertemuan mendadak biasanya ada hal besar. Anglo sendiri jarang sekali mengadakan pertemuan mendadak.Jadi mereka langsung diam ingin tahu kabar apa yang akan dikatakan oleh Anglo, sebagai pemimpin perguruan yang sekarang.“Pertama dua orang pengawal meninggal,” kata Anglo pelan, ia tak ingin para tetua salah paham. Jadi ia menjelaskan pelan-pelan dan tak langsung memberitahukan semuanya.Tetua tentunya kaget, karena tak ada tugas keluar dan untuk sekarang juga aman tak ada konflik. Jadi tidak mungkin dua orang pengawal meninggal tanpa sebab.“Ba
Disamping itu Zoe yang masih baik-baik saja mulai lelah. Ia sudah berjalan cukup jauh bersama Azil.Melihat Azil yang tak kenal lelah kesana kemari, membuat Zoe mengimbanginya. Ia juga masih dalam tahap pemulihan.Langkah kaki yang tak lagi cepat, keringat yang bercucuran. Membuat Zoe terduduk lemas di dekat pohon besar.“Apa kau menyerah?” tanya Azil melihat Zoe duduk diam, bersandar di dekat pohon seakan ia tak mau lagi melanjutkan perjalanan.Selama perjalan Azil juga merasa aneh, karena ia tak bisa merasakan tenaga dalam milik Zoe. Padahal Zoe seorang pendekar pedang, harusnya memiliki kekuatan hebat.“Tidak, aku hanya lelah. Kita istirahat sebentar,” jawab Zoe yang ingin istirahat karena perjalanan jauh, ia benar-benar lelah.Jadi jelas Zoe memilih untuk istirahat, daripada memaksakan diri yang akan membuatnya pingsan kehabisan tenaga. “Kenapa staminamu lemah, bukannya kau pendekar?” tanya Azil yang merasa heran melihat Zoe sudah kelelahan, sedangkan dirinya belum. Meski ia juga
Suasana begitu tegang, Zoe mundur beberapa langkah, ia melihat situasi yang tidak baik, dua lawan sepuluh bukanlah hal yang mudah.“Mau apa kalian?” tanya Zoe melihat ia sudah dikepung. Tak ada dari mereka yang ia kenal.Kondisi diluar dugaan yang tidak menguntungkan. Membuat Zoe berusaha untuk tetap waspada. Ia mengulur waktu sambil bertanya. Serangan mendadak membuat Zoe tak tahu apa yang harus ia lakukan, ia belum menyusun rencana. “Hahahaha…., masih saja kau bertanya. Serahkan harta kalian,” acam rombongan perampok yang terlihat geram. Mereka langsung menyerang.“Kau ke kanan!” Teriak Azil yang mengatur perlawanan. Rombongan yang begitu banyak akan mempersulit mereka. Jadi Azil berniat membagi dua rombongan. Dengan Zoe yang ke Kanan dan Azil ke kiri.Sayang Zoe bingung karena panik, ia yang seharusnya kekanan malah ke kiri. Jadi mereka sama-sama terkepung dan mencoba melawan.“Kenapa kau kemari?” tanya Azil lagi yang merasa kesal karena Zoe mengacaukan rencana.“Aku kaget menden
Melihat itu Zoe sadar jika ia tak bisa terus menghindar. Ia merasa kesal dengan apa yang terjadi di hadapannya. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Zoe yang mendekati Azil. Darah keluar membasahi baju. Karena serangan tadi membuat Zoe hilang fokus.Mata Zoe tak bisa berpaling. Ia tak jika terjadi sesuatu pada Azil. Ia mencoba memastikan jika temannya itu baik-baik saja. “Aku bukan anak kecil, fokus dan bunuh mereka,” kesal Azil yang menyuruh Zoe untuk lebih serius. Goresan pedang membuat Azil terluka bukan jadi masalah besar baginya. Ia sering sekali melakukan perjalanan dan bahkan bertarung. Azil yang bangkit setelah mengikat tangannya untuk menghentikan darah yang keluar. Membuat Zoe lega, ia tahu jika Azil baik-baik saja.“Kau istirahat saja,” ucap Zoe yang maju sendirian ingin melawan musuh. Dengan pedangnya, Ia segera bangkit.Azil mengangguk dan segera duduk kembali, ia hanya perlu istirahat. Jadi sebenarnya ia masih bisa bertarung. Tapi melihat Zoe yang semangat membuatnya lega dan
Azil seketika menghentikan pengejarnya, melihat Zoe yang juga berhenti. Ia tak bisa balik arah untuk mengejar perampok yang tak penting.Mendengar pernyataan tadi jelas ada hal tidak baik di depan sana, dari keduanya tidak ada yang tahu. Mereka harus terus berjalan agar cepat sampai.“Kita lanjutkan perjalanan saja dan mencari penginapan,” kata Azil yang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Karena hari juga sudah siang. Mereka harus segera sampai ke kota atau desa. Karang mereka tidak bisa bermalam di hutan yang penuh bahaya.“Iya, kau benar. Mari kita lanjutkan,” kata Zoe yang setuju untuk melanjutkan perjalanan.Mereka berjalan beriringan dengan pakaian yang tidak tapi lagi, tapi tak dihiraukan karena itu dihutan.Azil melihat peta yang ia bawa, ia memperkirakan seberapa jauh lagi mereka sampai di kota. Agar bisa menyiapkan semua dan tidak kemalaman di hutan.“Masih jauh lagi kah?” tanya Zoe memperhatikan Azil yang masih membaca peta yang ada di tangannya.“Sepertinya begitu, ay
Zoe berjalan melewati puing-puing rumah, kabur yang mulai menyebar membuat penglihatannya terganggu. Desa yang tadi terlihat luas, sekarang mulai samar karena kabut.Suasana semakin sunyi, udara mulai dingin. Perubahan yang tiba-tiba membuat Zoe tak nyaman. Ia melihat ke arah Azil yang sepertinya sedang kedinginan, sambil menahan luka di tangannya.“Kita menginap saja di sini,” ucap Azil pelan yang sepertinya tidak ingin melanjutkan perjalanan. Padahal suasana di Sana tidaklah menyenangkan. Bagaimana bisa Azil meminta berhenti.Zoe tak langsung menjawab, ia melihat sekelilingnya yang benar-benar tidak stabil. Ada suasana yang membuatnya tak nyaman dan ingin segera pergi dari sana.“Apa kau yakin?” tanya Zoe pada Azil memastikan lagi pilihannya. Karena tampar itu benar-benar tidak baik.Zoe terbiasa tidur di sembarang tempat. Tapi ia jelas merasa tak nyaman saat melihat kabut dan suasana dingin di sana. Ia rasa ada hal aneh yang mungkin tidak dirasakan oleh Azil.“Iya dari pada tidur d
Zoe merasa terancam melihat ada orang lain di sana, untuk memastikan jika itu bukan hal yang berbahaya Ia mendekat. Sayangnya ia tak menemukan apa-apa.“Kau berlarian seperti ada hal penting saja,” ucap Azil mulai kesal, ia ingin segera istirahat. Tapi melihat Zoe sepertinya belum mau duduk diam.Jadi Azil dengan terpaksa mengikuti Zoe yang masih belum menemukan, tempat nyaman untuknya.“Bukan begitu aku curiga. Kalau ada seseorang di sekitar kita, apa kau tak merasakannya?” Zoe yang benar-benar merasa jika ada banyak orang di sana dan jelas ingin tahu kenapa desa itu bisa hancur.Sayang Azil tak peduli dengan itu karena rasa lelahnya dan ia ingin segera istirahat. Jadi jelas ia tak menghiraukan apapun di sana.“Aku lelah cepat berhenti berhalusinasi dan istirahat lah,” ucap Azil yang tak peduli, ia ingin istirahat.Tapi berbeda dengan Zoe yang merasakan firasat buruk, suasana semakin berkabut. Malam jadi cepat, ia yang duduk di samping Azil tak tenang.Zoe terus berjaga dalam gelap,