Menunggu adalah salah satu cara menguji kesabaran seseorang.
•••
Nabilla membenarkan rok bawahnya yang terlipat, akibat berlari lumayan kencang, dia sampai keringatan membawa Damar minggat dari Sagita dan Mentari.
Nabila benar-benar gugup akibat kecerobohannya tadi, beralasan ke toilet, alhasil mereka harus melewati koridor kelas sebelas. Belum lagi, Nabilla harus memastikan Sagita tidak curiga, dan di sinilah mereka berakhir. Toilet pria.
Nabilla menepuk jidatnya. "Yah, kok masuk toilet cowok, sih, Dam?" kesalnya.
Mengusap tengkuk, Damar benar tidak tahu apa-apa. Dia mengikuti saja Nabilla menarik tangannya meski tidak tahu arah. Damar jug
Aku itu bahaya, rusak, penuh masalah, tidak cocok untukmu yang seperti matahari, cerah.-Nabilla Shiletta-•••Senyum Nabilla sedari tadi tercetak lebar, antara gugup sekaligus senang bercampur bahagia. Tentu saja alasannya adalah Raqa, tangan cowok itu menggenggam erat tangannya sambil berjalan santai melewati kelas XI dan XII yang sengaja diliburkan karena acara MOS.Wajah Raqa datar, tatapannya lurus ke depan, rambutnya yang sedikit acakan berhasil membuat Nabilla gemas sendiri. Cewek berambut sebahu itu diam-diam mencuri pandang ke arah Raqa. Lalu nyengir sendiri, entah senyum, atau merasa geli, yang pasti ketika Raqa tidak sengaja menangkapnya basah Nabilla segera membuang wajah.Namun, Raqa tidak sebodoh itu, dia tahu Nabilla diam-diam meliriknya, sekali, dua kali dan ketiga
Kamu adalah topeng di balik wajah polos yang lugu, yang membuatku bertekuk lutut detik itu.-Nabilla Shiletta-•••"Ditunggu Pak Gusti, ruang kepsek, sekarang."Singkat, padat, dan jelas, tentu saja pemilik suara itu adalah Ragil. Ia memandang malas ke arah Raqa yang sedang fokus menyesap rokoknya sambil duduk di sofa. Meski berada di ruang OSIS, cowok itu sama sekali tidak memikirkan akibatnya."Lu aja dah sana, gue males," ujar Raqa, ia menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Oh ya, kasih tau sama tuh bapak tua acara MOS gue persingkat cuma tiga hari, kagak ada yang namanya kemah akhir pekan. Ribet."Se
You are the definition of a little devil, more creepy and more frightening.-Raqa Abimanyu Dinata-•••"KAK RAQA! TUNGGU DONG!" panggil Nabilla sambil berlari membawa sketchbooknya. Sejak kejadian syarat gila yang diucapkannya tadi, Raqa memilih menjauh dari cewek itu. Namun Nabilla tetap Nabilla, dia cewek keras kepala sekaligus manja, yang membuat Raqa pusing setiap harinya."Apaan?" Raqa bertanya malas. "Lu nggak capek ngejar-ngejar gue?""Nabilla… huh ah, ca… pek." Napas Nabilla
"Well, apa maksud lu nanyain hal itu?" Raqa bertanya sembari mengunci tubuh Nabilla dengan satu tangannya. Berhimpit ke dinding, Nabilla menunduk takut."A-aku nanya apa yang ada di pikiran aku, Kak. Salah ya? Aku rasa enggak, pertanyaan aku tadi masih ada hubungannya sama acara MOS," jawab Nabilla memberanikan diri. Bersyukurlah Raqa membawanya ke ruang OSIS, dimana panitia sedang berkumpul. Raqa menyudutkannya ke pojok ruangan, panitia berusaha sok sibuk padahal diam-diam mencuri lirikan."Gue mau lu jelasin apa hubungan merokok dan acara MOS!" sentak Raqa.Nabilla mendongak saat itu juga, mata cewek itu berkaca-kaca, fokus panitia teralihkan pada mereka. Terutama Ragil. Tangan c
Keyakinan adalah modal terpenting ketika kamu menghadapi sebuah tantangan."Apa ini?" Arga—Papanya Raqa melempar sebuah dokumen berisikan laporan acara MOS dua hari yang lalu. Dengan jari bertaut, alis menukik tajam, beliau menatap Raqa. "Berapa kali Papa sudah katakan Raqa, kamu harus jadi ketua OSIS yang benar, baik, dan teladan untuk adik-adik yang kamu didik. Lalu, apa yang tertulis di laporan ini, Papa kecewa Raqa. Apa belum cukup janji yang Papa berikan soal Mama?""Pa," Raqa menyela, sudah cukup dia menuruti permintaan Arga. Raqa bosan melakukan semua hal yang tidak dia inginkan. Jangankan mengatur acara MOS, melihat banyak peserta berisik saja dia pusing. "Besok terakhir acara MOS, hari berikutnya, Raqa buk
Nyaman bersama belum cukup mengatakan jika kamu suka dia.•••"Kak Raqa, isi kardusnya apa sih? Kenapa harus di bawa ke gudang segelap ini, kan Nabilla takuttt."Nabilla merengek, saat pintu gudang itu terbuka, menampilkan ruangan yang gelap gulita. Hanya ada cahaya yang masuk melalui pintu yang mereka buka. Hal itu membuat ruangan terlihat kosong, padahal banyak barang atau arsip sekolah berserakan di sana. Lagi pula, ruangan ini tidak ada lampunya apa?"Kalau lu takut, nggak usah ikut masuk," ucap Raqa.Nabilla mengerecutkan bibir, ia tidak mau pisah dari Raqa meski sedetik saja. Sang Pembantu itu sudah
Ingin melindungi adalah gejala awal dari yang namanya jatuh hati.•••"Wan, coba lu atur barisan depan nggak rapi banget kayaknya," perintah Ragil pada Juan. Hari ini terakhir acara MOS, dimana para peserta diminta menyerahkan surat yang mereka buat.Sementara di panggung aula, sepuluh senior berseragam sama berbaris rapi, lima diantaranya perempuan dan lima diantaranya lelaki. "PERHATIAN! PERHATIAN!"Ragil mengambil alih acara, melihat peserta sudah berbaris rapi. Cowok itu bersuara. "Acara terakhir adalah
Tanpa membuang waktu, setelah mengetahui Nabilla berada dalam bahaya Raqa segera pergi menuju gudang belakang. Jujur, ia tidak pernah mengirim pesan apa pun pada cewek itu. Melihatnya saja Raqa muak, apalagi mengirim pesan? Raqa angkat tangan soal itu. Tapi jangan salah dulu, Raqa tidak khawatir pada Nabilla, ia melakukan ini karena statusnya sebagai ketua MOS dan Nabilla adalah peserta. Artinya, mereka saling terkait, dan jangan lupakan si Bapak tua alias Pak Gusti yang sering ia caci maki karena terlalu memanjakan cewek itu.Raqa berdehem singkat, dalam perjalanan ia berinisiatif bertanya pada salah satu siswa berambut cepak yang sibuk mencomot es krimnya."Liat Nabilla nggak?" tanya Raqa datar, khas wajah sangarnya.Cowok yang dimintai jawaban itu pun menghentikkan aktivitasnya sejenak. "Nabilla? Yang mana? Cewek yang namanya Nabilla mah banyak, Kak. Ciri-cirinya aja