Dengan demikian, pertikaian di ruang penjara tersebut, sudah tidak dapat dihindari lagi. Para tahanan itu langsung mengadakan pertarungan satu lawan satu dalam menghadapi kedua pendekar sombong yang sudah membuat kegaduhan di dalam penjara tersebut.
Pertarungan pertama, Rasyudita menghadapi salah seorang tahanan yang tadi sempat adu mulut dengan dirinya. Sementara yang lain hanya menonton menunggu giliran untuk melakukan pertarungan berikutnya.
Seketika, ruangan penjara itu berubah menjadi arena pertandingan. Mereka tampak leluasa dalam melakukan pergerakan demi pergerakan di dalam ruangan itu. Karena ruangan tersebut berukuran cukup luas.
"Bagaimana kalau kita bunuh saja mereka!" bisik salah seorang tahanan menyarankan kepada kawannya.
"Jangan! Jika kita membunuh kedua pendekar itu, maka kita akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi, apa kau tidak mau segera keluar dari ruangan ini?" sahut kawannya.
Pria itu hanya mengangguk dan kembali meny
Dengan adanya peristiwa terbunuhnya empat orang prajurit penjaga penjara. Tentu, akan menjadikan citra prajurit kepatihan akan semakin buruk di mata para pengamat politik di wilayah tersebut.Kabar kematian empat orang prajurit tersebut, sudah terdengar oleh telinga sang raja. Sehingga, ia pun segera meminta pendapat dari para dewan kehormatan istana."Kasus ini akan menjadi kasus terburuk di sepanjang sejarah. Sudah barang tentu akan menghilangkan kepercayaan dari rakyat kerajaan ini, terutama rakyat yang ada di wilayah perbatasan," ujar sang penasihat istana berbicara di hadapan sang raja dan maha patihnya.Prabu Surya Darma Wihesa mengerutkan kening, lantas berpaling ke arah Mpu Mandalika. Lalu, sang raja pun berkata, "Bagaimana menurut, Penasihat? Apakah kita harus segera bertindak tegas atau menunggu waktu yang tepat?" tanya sang raja meminta pendapat kepada sang penasihat istana."Mohon maaf sebelumnya, Gusti Prabu. Hamba hanya menyarankan saja agar
Para pendekar itu langsung maju mendekati Senapati Pandu. Tombak, pedang, dan senjata tajam lainnya sudah menjulur ke arah Senapati Pandu dan empat orang prajuritnya.Meskipun demikian, sang senapati hanya tersenyum, dirinya sudah bersiap menghadapi belasan pendekar hanya dengan menggunakan serangan tangan kosong saja.Senapati Pandu tetap mempertahankan kekuatan tenaga dalam yang ia miliki, dalam jarak beberapa tombak saja. Ia sudah membentengi dirinya dengan kekuatan tenaga dalam tersebut, sehingga tidak akan mudah untuk ditembus oleh lawan-lawannya."Sebaiknya kalian mundur saja!" seru sang senapati kepada empat orang prajurit pengawalnya. "Biarkan aku saja yang akan menghadapi mereka!" sambungnya."Baik, Senapati," sahut Tamaraka, saat itu juga ia dan tiga orang kawannya langsung surut beberapa langkah ke belakang.Para pendekar itu, kini telah bersatu. Masing-masing dari mereka telah berbaris penuh kesiagaan dalam menghadapi Senapati Pandu. Pa
Usai melakukan pertarungan dengan para pendekar itu, Senapati Pandu langsung memerintahkan kepada para prajuritnya agar segera melakukan penjagaan yang ketat di seluruh wilayah kuta utama Dalam Genda."Aku perintahkan kepada kalian agar memperketat penjagaan di perbatasan-perbatasan yang menuju kuta utama!" kata sang senapati. "Tangkap, jika ada orang asing masuk ke wilayah kuta utama, dan pastikan identitasnya! Apakah dia penyusup atau hanya pendatang biasa?!" sambungnya menegaskan."Baik, Senapati. Kami akan segera melaksanakan tugas dari Senapati," sahut salah seorang prajurit menjura kepada sang senapati.Setelah itu, Senapati Pandu dan empat orang prajurit pendampingnya langsung kembali ke istana. Sementara untuk para prajurit yang baru tiba, diperintahkan untuk menguburkan jasad para pendekar yang telah tewas di tangan sang senapati.Setibanya di istana, Senapati Pandu meminta agar Tamaraka dan tiga orang kawannya beristirahat sejenak di barak merek
Pada kesempatan itu, Senapati Pandu sedikit memberikan keterangan tentang siasat perang kepada empat orang prajurit pendampingnya. Karena mereka akan dipercaya sebagai pemimpin kelompok-kelompok prajurit. Ketika mereka sudah tiba di wilayah konflik. "Di sana kita akan melakukan serangan gerilya. Kita akan masuk ke dalam hutan dan melakukan penyergapan terhadap para kelompok pemberontak itu," ujar sang senapati. "Mohon maaf, Senapati. Bagaimana jika mereka memasang perangkap ranjau di sepanjang jalan yang hendak menuju markas mereka?" tanya Jaka Tira bersikap penuh hormat terhadap sang senapati. "Kita akan menugaskan para prajurit telik sandi agar menyusup ke wilayah-wilayah terdalam yang ada di ujung perbatasan itu, untuk memastikan medan dan kendala di jalur tersebut," jawab Senapati Pandu. "Seperti kejadian di masa lalu, Paman Rakuti telah melakukan penyisiran secara besar-besaran di sepanjang hutan yang berbatasan langsung den
Ketika Senapati Pandu dan ratusan prajurit sudah meninggalkan istana, Wira Karma, Jalamangkara, dan Damara langsung berangkat menuju ke ladang yang sedang mereka garap yang berada di belakang barak prajurit.Seperti hari-hari biasanya, mereka melakukan aktivitas sebagai petani yang menggarap sebidang tanah yang berada di area barak prajurit yang sengaja disediakan oleh sang raja untuk aktivitas mereka agar mereka tidak merasa jenuh selama tinggal di area istana.Hasil dari pertanian tersebut, akan dibeli oleh pihak kerajaan untuk bahan makanan para prajurit kerajaan. Wira Karma tidak harus repot-repot menjual hasil pertanian yang ia garap bersama Jalamangkara dan juga Damara."Apakah kalian tidak mendengar kabar terbaru dari istana?" tanya Wira Karma mengarah kepada Jalamangkara dan Damara yang sudah memulai pekerjaannya mencangkul tanah yang hendak mereka tanami jagung."Kabar tentang apa, Wira?" tanya Damara menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia berdiri sambil mena
Rangga Wihesa dan gurunya–Ki Durkakira telah mendengar kabar kematian tiga orang prajurit kerajaan tersebut dari seorang prajurit kerajaan yang bertugas di wilayah kademangan tempat tinggal mereka.Rangga Wihesa tampak gusar mendengar kabar itu, sehingga langsung meminta pendapat kepada sang guru, apa yang mesti ia lakukan untuk membantu kakaknya–Prabu Surya Darma Wihesa dalam mengatasi pergerakan para pendekar dari kelompok pemberontak yang semakin meresahkan rakyat dan para prajurit kerajaan."Aku rasa, kau harus segera menemui rakamu. Karena itu sangat penting, kau ini bagian dari keluarga kerajaan Genda Yaksa, sudah sepantasnya ikut andil dalam persoalan yang tengah dihadapi oleh kerajaan!" ujar Ki Durkakira berkata penuh kelembutan kepada murid satu-satunya itu."Iya, Guru. Aku pun berpikir demikian, ingin rasanya segera ambil bagian dalam melakukan pencegahan terhadap pergerakan para pemberontak itu," sahut Rangga Wihesa menjura hormat kepada s
Radipati pun berpikir bahwa dirinya harus menemui Rasyudita saat itu juga, sebelum ia berangkat ke istana bersama Rangga Wihesa. Ia tampak penasaran dan ingin memastikan apakah pelaku pembunuhan tersebut adalah Rasyudita?"Aku harus menemui Rasyudita sekarang. Aku yakin, saat ini dia ada di rumahnya," desis pemuda itu.Radipati berkeyakinan kuat bahwa Rasyudita masih berada di kediamannya. Hanya dirinya yang mengetahui tempat tinggal pendekar itu.Dengan demikian, ia pun segera bersiap hendak berangkat menemui Rasyudita yang ada di desa sebelah. Seperti yang ia ketahui bahwa Rasyudita memiliki rumah di dekat hutan yang jauh dari pemukiman warga lainnya, dan rumah tersebut menjadi persembunyian yang aman bagi pendekar itu.Radipati langsung berpacu menunggangi kuda miliknya menelusuri jalan setapak menuju tepi hutan yang ada di desa sebelah.Menjelang sore, ia sudah tiba di tempat tujuan. Tampak beberapa orang tengah berkumpul di rumah tersebut, ter
Menjelang sore, Senapati Pandu dan rombongan para prajurit yang dipimpinnya sudah tiba di tengah hutan yang ada di wilayah Kademangan Suradana. Tepatnya mereka berada di Alas Sura yang sebentar lagi akan memasuki wilayah kepatihan Turi Yaksa Mekar."Jalan ini cukup mudah dilewati, karena tidak terdapat banyak rintangan. Tapi, kenapa sepi? Aku tidak melihat para penduduk yang melewati jalur ini. Apakah yang mereka takutkan, sehingga tidak ada yang berani melewati jalan ini?" desis salah seorang prajurit menghentikan langkah kudanya tepat di sebelah kuda yang ditunggangi oleh kawannya."Hutan ini bukan hutan biasa, di sini terdapat banyak bahaya yang sudah banyak memakan korban dari kalangan para penduduk yang ada di wilayah ini," sahut kawannya."Pantas saja jalanan ini sangat sepi sekali," ucap prajurit itu.Senapati Pandu dan keempat prajurit pengawal, saat itu sudah turun dari kuda mereka dan bersiap untuk segera beristirahat di tempat tersebut.