Ketika rombongan prajurit yang dipimpin oleh Reksa Pati sudah melewati sebuah lembah yang ada di kedalaman hutan tersebut. Tiba-tiba saja, mereka langsung diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal. Hingga pada akhirnya, para prajurit itu langsung melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut.
"Mereka adalah para perampok yang tengah kita cari. Binasakan mereka!" seru Reksa Pati menghunus pedangnya dan langsung bergerak cepat melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut.
Dengan demikian, pertempuran itu sudah tidak dapat dihindari lagi. Serangan ganas dari para perampok itu semakin gencar.
Trang! Trang! Trang! Terdengar nyaring senjata-senjata dari kedua belah pihak saling berbenturan.
Beberapa orang dari kelompok perampok sudah mulai berjatuhan. Selain itu, ada sekitar empat orang prajurit yang sudah tumbang akibat sabetan pedang dan golok dari para perampok tersebut.
"Panah mereka! Jangan biarkan mereka kabur dari tempat ini
Ketika mereka sudah mendekati sebuah desa yang ada di wilayah kadipaten Citra Marga, Rangga Wihesa sedikit memperlambat derap langkah kudanya. Ia berpaling ke arah Radipati."Kita cari warung, dan makan siang dulu! Nanti kita lanjutkan kembali perjalanan menuju padepokan-padepokan silat yang ada di desa Bolak!" kata Rangga Wihesa lirih."Apakah ini sudah masuk wilayah desa Bolak?" tanya Radipati meluruskan pandangannya ke sahabat baiknya itu."Iya, ini desa Bolak yang kita tuju," jawab Rangga Wihesa.Tanpa berkata apa-apa lagi, Radipati terus memacu derap langkah kudanya mengikuti langkah kuda yang ditunggangi oleh Rangga Wihesa.Setelah masuk ke dalam wilayah desa Bolak, Rangga Wihesa langsung memperlambat laju kudanya dan langsung masuk ke halaman sebuah warung makan yang ada di pinggiran jalan utama desa tersebut."Kita makan siang di sini! Sekalian beristirahat dulu!" Rangga Wihesa langsung menghentikan laju kudanya, kemudian turun dan s
"Kami sudah memaafkanmu, sebaiknya kau segera pergi dari hadapan kami!" usir Radipati. "Kau ini bersikap sangat kasar, tidak seperti kawanmu ini," jawab Wiriatami sedikit berpaling ke arah Rangga Wihesa. Rangga Wihesa tersenyum lebar, dan langsung duduk kembali di tempat semula. "Pendekar tampan! Aku pamit," pungkas Wiriatami mengarah kepada Rangga Wihesa. Rangga hanya tersenyum dingin sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia langsung memanggil sang pemilik warung makan tersebut, "Ki! Kemarilah!" Pria paruh baya itu bergegas melangkah menghampiri Rangga Wihesa. "Ada apa, Den?" tanya pria paruh baya itu. "Mohon maaf atas kegaduhan yang telah kami buat, Aki tenang saja! Semua kerusakan ini akan aku ganti. "Iya, Den." Dengan demikian, Rangga Wihesa langsung memberikan beberapa keping uang kepada pemilik warung. Setelah itu, ia dan Radipati langsung pamit dan berlalu dari warung tersebut. "Kita akan akan singgah
Di barak prajurit yang ada di wilayah perbatasan antara wilayah kerajaan Genda Yaksa dengan wilayah kerajaan Purba Yaksa, Panglima Durga dan para prajuritnya sudah bersiap menyambut kedatangan para prajurit kerajaan Genda Yaksa yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Diperkirakan mereka akan tiba di barak tersebut pada sore harinya. Dua orang prajurit utusan Senapati Pandu, saat itu sudah lebih dulu tiba di barak tersebut. Mereka menyampaikan permintaan Senapati Pandu kepada Panglima Durga agar segera memerintahkan para prajuritnya untuk menyiapkan tempat bagi ratusan prajurit yang akan segera tiba di barak itu."Aku rasa, barak yang ada di ujung timur cukup untuk menampung ratusan prajurit," ujar Panglima Durga di sela perbincangannya dengan dua orang prajurit utusan Senapati Pandu."Menurut Senapati Pandu, jika barak tidak cukup tidak apa-apa. Para prajurit yang baru datang nanti bisa mendirikan perkemahan di sekitar halaman barak, Panglima," kata prajurit itu bers
Senapati Pandu dan Panglima Durga serta beberapa orang prajurit senior terus berbincang-bincang hingga menjelang senja. Setelah itu, Panglima Durga mengajak Senapati Pandu dan para prajurit pengawalnya untuk makan bersama. Makanan tersebut telah disediakan oleh para pelayan yang bekerja di barak tersebut. "Mohon maaf, Senapati. Sebaiknya kit makan dulu! Para pelayan sudah menyiapkan makanan untuk kita," kata Panglima Durga. "Baiklah, Panglima. Terima kasih sebelumnya." Panglima Durga hanya tersenyum, lalu bangkit dari duduknya. Begitu juga dengan Senapati Pandu, ia bangkit dan langsung mengajak keempat prajurit pengawalnya untuk ikut makan dengannya. Usai makan, Senapati Pandu mengajak Panglima dan keempat prajurit pengawal pribadinya untuk menengok para prajurit yang sudah menempati barak yang ada di ujung timur dari barak utama para prajurit kerajaan Genda Yaksa. Setibanya di barak yang dituju, Senapati Pandu langsung meminta kepada para pra
Demikianlah, maka Reksa Pati langsung mengurungkan niatnya untuk membunuh dua orang pria tersebut. Ia pun segera mundur beberapa langkah ke belakang."Sebaiknya kalian pergi dari hadapanku!" usir Reksa Pati. "Jika tidak, maka aku akan segera membinasakan kalian!" sambung Reksa Pati penuh ancaman."I—iya, Ki Sanak. Kami akan segera pergi dari tempat ini," jawab salah seorang dari mereka.Dua orang pria itu langsung bangkit, kemudian lari meninggalkan tempat tersebut. Mereka tampak ketakutan sekali terhadap Reksa Pati yang sudah menaklukkan mereka dalam pertarungan tersebut.Setelah jauh dari lokasi keberadaan Reksa Pati dan Senapati Pandu, kedua orang itu menghentikan langkah mereka."Aku pikir mereka adalah para pendekar biasa. Ternyata, mereka memiliki ilmu bela diri yang sangat tinggi. Kita hampir dibunuhnya," desis salah seorang dari kedua pria itu, napasnya terengah-engah."Iya, beruntung pendekar yang duduk di kudanya masih bersik
Reksa Pati menjura hormat kepada Senapati Pandu seraya berkata, "Izinkan aku untuk menghadapi mereka!""Silahkan! Tapi jangan di tempat ini!" jawab Senapati Pandu.Dengan demikian, Reksa Pati langsung menantang kedua pendekar itu untuk bertarung dengan dirinya di sebuah tempat terbuka yang ada di sebelah Utara dari tempat tersebut."Kalian ikut aku! Kita bertarung di tempat yang luas!" Reksa Pati meloncat tinggi dan terbang bagaikan seekor burung meluncur deras ke arah Utara dari tempat tersebut.Dua orang pendekar itu tampak tercengang dan kaget melihat pemandangan seperti itu. Meskipun demikian, mereka tetap siap dalam menghadapi Reksa Pati, mereka langsung berlari ke arah Utara mengejar Reksa Pati yang sudah lebih dulu tiba di tempat tersebut.Semua orang yang ada di tempat arena perjudian sabung ayam, tampak tertarik melihat pergerakan Reksa Pati yang terbang sangat cepat menuju sebuah tempat yang ada di sebelah Utara dari tempat itu."H
Pria itu, berpaling ke arah Ki Romut, lantas menyahut, "Kata mbok pemilik warung, pemuda itu datang bersama kawannya dari kepatihan Merba Yaksa."Lantas, kawannya yang ada di belakang pria itu menyahut, "Tapi, melihat jurus-jurus yang ia pergunakan, aku yakin bahwa pemuda itu berasal dari kuta utama Dalam Genda. Kepandaiannya ilmu silat yang dia gunakan sama persis dengan jurus miliki para pendekar dari golongan Tapak Sakti."Ki Romut menarik napas dalam-dalam, pandangannya kembali terarah kepada Reksa Pati yang tengah bertarung melawan Ki Sora. Saat itu, Reksa Pati sudah menguasai jalannya pertarungan tersebut. Tampak jelas, Ki Sora mulai kewalahan menghadapi serangan dari Reksa Pati.Ki Romut terus memandangi gerak-gerik Reksa Pati di tengah arena pertarungan. 'Siapakah gerangan orang dari golongan Tapak Sakti yang sudah mendidik pemuda itu hingga memiliki kesaktian yang luar biasa?' kata Ki Romut dalam hati.Seorang pria lainnya yang tengah me
Reksa Pati geleng-geleng kepala, kemudian berkata, "Ternyata kuta ini jauh lebih parah dari kuta utama Dalam Genda. Di sini banyak sekali lokasi hiburan malam dan pusat perjudian.""Memang seperti ini keadaan di kuta ini, kuta ini menjadi tempat yang nyaman bagi para pria hidung belang dan juga para bandar judi. Mereka datang dari daerah-daerah yang ada di wilayah perbatasan hanya untuk berjudi dan mencari wanita-wanita cantik untuk diajak kencan," sahut Senapati Pandu sambil tersenyum-senyum.Beberapa saat kemudian, ketika hari telah berubah gelap. Senapati Pandu bangkit dan segera membayar makanan dan minuman kepada sang pemilik warung."Terima kasih ya, Den. Kalian sudah singgah di warung Mbok," ucap wanita paruh baya itu bersikap ramah terhadap Senapati Pandu dan Reksa Pati."Iya, Mbok. Kami pamit ya, Mbok.""Kalian mau ke mana lagi, Den?""Kami hendak ke tempat hiburan itu," sahut Senapati Pandu mengarahkan pandangannya ke arah bangunan