Hari ini, aku datang ke kantor agensi StarHit untuk memenuhi panggilan dari Minami Kei. Foto hasil pemotretan aku dan Hoshie telah selesai diedit dan dicetak dalam bentuk buklet. Hasil fotonya benar-benar bagus. Aku semakin dibuat kagum dengan ketampananku sendiri.
“Klien sangat menyukai foto-fotonya. Dan ini adalah bayaranmu,” ujar Minami Kei seraya menyodorkan sebuah amplop ke arahku.
Aku meraba amplop tersebut. Cukup tebal. Tampaknya aku mendapat bayaran yang lumayan besar kali ini.
“Kamu beruntung. Untuk model pemula sepertimu, mereka mau memberikan bayaran yang tidak sedikit,” ucapnya lagi.
Aku pun berterima kasih dan bersiap untuk meninggalkan ruangan. Saat itu, tiba-tiba seorang staf masuk ke ruangan.
Semakin maraknya berita simpang-siur tentang diriku dan Hoshie serta tersebarnya foto-foto kami di internet membuat agensi StarHit mengambil tindakan. Hari ini, kami melakukan konferensi pers.Puluhan wartawan memenuhi ruangan. Mereka berulang kali membidikkan kamera ke arah kami. Mataku dibuat benar-benar silau karenanya.Minami Kei membuka konferensi pers hari ini. Ia menyampaikan penjelasan terkait dengan pemberitaan yang beredar. Setelah selesai berbicara, ia pun mempersilakan para wartawan untuk menyampaikan pertanyaan.“Apakah Hoshie dan Sora memiliki perasaan spesial satu sama lain, melebihi hubungan antara sesama rekan kerja?”Hoshie menjawab pertanyaan tersebut dengan singkat, “Tidak.”“
Aku rasakan hangat sinar matahari yang masuk melalui cela-cela jendela. Hari telah berganti. Aku tak dapat melepaskan pandanganku dari wajah Nari. Wajahnya masih terlihat pucat namun rona wajahnya sudah lebih baik dibandingkan kemarin. Suhu tubuhnya masih sedikit panas. Tangan kiriku sejak semalam masih menggenggam tangannya. Aku rasa dengan begitu aku bisa selalu memantau suhu tubuhnya.Untuk pertama kalinya semenjak bertemu, Nari sangat ‘tenang’. Namun siapa sangka, ketenangannya ini serasa menghujam jantungku. Aku benci hal ini. Aku berharap ia bisa segera membuka matanya dan mengomeliku seperti biasa.Masaki dan Kenji yang tadinya tertidur di ruang depan kini telah bangun. Mereka pun tak kalah penasarannya dengan keadaan terkini Nari.“Apa keadaannya sudah membaik?” tanya Masaki.
Aku membuka mata dan mendapati diriku berada di sebuah ruangan sempit. Aku terduduk di kursi. Kucoba untuk bangun, namun tidak berhasil. Rupanya, tangan, kaki, dan tubuhku terikat di kursi tersebut. Aku mencoba melepaskan diri dari tali yang mengikatku dengan kuat ini namun tidak berhasil.Mendengar suara berisik yang kubuat, pintu tiba-tiba terbuka. Seorang pria masuk. Aku mengenali pria itu. Pria yang melawanku dan membuatku tak sadarkan diri.“Rupanya kamu sudah sadar.”“Apa yang hendak kau lakukan? Kenapa kau mengikat dan mengurungku di sini?”“Sebentar lagi kamu juga akan tahu jawabannya.”Jawaban itu sama sekali tidak menjawab rasa penasaranku.
“Sebelum kalian datang ke kantor, aku ingin kalian menyesuaikan diri terlebih dahulu. Untuk itu, asistenku,Yutaka, akan mendidik dan melatih kalian,” ucap ayah.Aku menatap sosok di samping ayah. Sosok Yutaka adalah pria bertubuh tinggi tegap. Dari penampilannya, aku menebak bahwa usianya sekitar lima puluh tahun. Wajahnya terlihat sedikit menyeramkan. Tidak ada senyum sedikit pun di wajahnya.Kemarin, aku ditanyai banyak hal oleh ayah. Saat ditanyai tentang kemampuanku dalam mengelola bisnis, aku mengatakan padanya bahwa aku bahkan tidak tahu cara menggunakan hp. Hal itulah yang menjadi awal mula ayah mengumpulkan aku, Masaki, dan Kenji.“Aku akan berangkat ke kantor. Kuserahkan mereka bertiga padamu,” ujar ayah pada Yutaka lalu meninggalkan kami.
Aku sedikit tegang. Setelah selama seminggu mendapat pelajaran dari Yutaka, hari ini aku akan benar-benar menjalankan peranku sebagai Sora si manusia bumi, sang pewaris perusahaan besar. Ayah duduk di sampingku. Kami berdua ada di dalam sebuah mobil. Sopir pribadi ayah berhenti di depan gedung perusahaan. Perusahaan itu bernama SkyLight Co., Ltd. Gedung perusahaan terdiri dari 10 lantai.Aku mengikuti ayah yang turun dari mobil. Di sebelahku, ada Masaki dan Kenji. Oh, ya. Setelah insiden penculikan, mereka sudah berhenti bekerja di restoran. Mereka ikut denganku untuk bekerja di perusahaan. Masaki menjadi sekretarisku sedangkan Kenji menjadi asisten pribadiku. Sama seperti saat di Kerajaan Langit, mereka berdua akan selalu berada di sampingku untuk membantu pekerjaanku.Saat aku mengikuti ayah untuk masuk ke dalam gedung, di sisi kanan dan kiri kami, para staf
Pria itu kini berjarak kurang dari satu meter dari tempatku berdiri.“Lama tak jumpa. Anda masih ingat denganku, kan?”Aku tak mungkin lupa dengan sosok di hadapanku ini. “Pangeran Pelangi?” ucapku dengan nada tak percaya.Pria yang sebaya denganku itu tertawa heran.“Apa maksud Anda? Tuan Muda masih saja suka bercanda. Ini aku, Niji.”Rupanya perkiraanku salah. Kukira ia adalah Pangeran Pelangi yang juga terjatuh di bumi. Semestinya aku sudah terbiasa melihat manusia bumi yang mirip dengan makhluk kerajaan atas. Namun entah kenapa, tadi aku benar-benar terkejut melihat sosoknya.Aku dan Pangeran Pelangi bersahabat karib. Sejak kecil, kami serin
Setelah selesai kerja, aku meminta Kenji dan Masaki pulang lebih dulu. Hari pertama kerja kantoran membuat kepalaku sakit. Aku ingin sendirian. Kupacu mobilku pergi meninggalkan perusahaan. Oh, ya. Aku sudah bisa mengemudi dan memiliki SIM. Kini aku bisa bebas ke mana pun mengendarai mobil. Meski mobil yang kubawa bukanlah mobilku melainkan milik ayah.Pertama kali mengemudi sendirian. Rupanya menyenangkan juga berkendara di jalanan saat malam hari. Tidak terlalu banyak kendaraan di jalanan. Rasanya seperti jalanan adalah milikku.Hampir satu jam aku berkendara berkeliling kota. Tanpa kusadari, kini aku sedang berada di jalanan yang sudah tak asing lagi bagiku.“Apa yang aku pikirkan sehingga bisa berada di sini?” batinku.Baru saja hendak memutar balik, tiba-tiba aku melihat sosok yang aku kenal. Ia berjalan sendirian di pinggir jalan. Aku pun memacu mobil mendekat ke arahnya. Kubuntuti ia dari belakang. Setelah mobil yang aku kendarai berada
Nari ikut masuk ke kamarku. Ia memandang ke seluruh ruangan lantas mengambil pakaian kerajaanku.“Ini, ambillah barangmu,” ujar Nari seraya menyodorkan pakaian itu padaku.“Terima kasih.”“Aku rasa hanya itu saja barangmu yang tertinggal. Karena sudah mengambilnya, kamu bisa pulang sekarang.”“Kau mengusirku dari sini?”“Aku bukan mengusirmu. Karena tujuanmu ke sini untuk mengambil barang yang tertinggal sudah selesai, bukankah tidak ada lagi alasanmu berlama-lama di sini? Katamu sekarang kamu tinggal di rumah yang mewah. Lebih baik kamu segera pulang agar bisa tidur di kasurmu yang empuk,” ucap Nari ketus.“Sudah larut malam. Kau tega menyuruhku keluar tengah malam begini?”“Sebenarnya maumu apa?” tanya Nari.Aku langsung melompat ke atas ranjang. “Aku mau tidur. Ngantuk. Izinkan aku menginap hari ini.”Nari mendengus mendeng