Setelah perbincangan panjang Antara dirinya dan juga Aksa, akhirnya Ara bisa beristirahat dengan tenang sekarang. Namun ketenangan sejenis apa yang ia dapat juga ia tidak tahu.
Ini semua seakan membuat ia susah untuk mengartikan segalanya yang telah terjadi.
Disatu sisi ia lah yang salah disini namun disisi lain ia tak bisa untuk menerima suatu hubungan perselingkuhan. Tidak! Didalam kamus nya perselingkuhan itu adalah suatu hal keji yang tak bisa diMaafkan dengan apapun alasannya.
Ucapan Aksa masih begitu terngiang-ngiang di telinga nya hingga susah untuk ia memejamkan matanya itu. Perbincangan yang panjang hingga membutuhkan waktu berjam-jam untuk saling membela diri dan menangkis setiap kata yang menyudutkan diri.
Ara menoleh ke arah jam di dinding kamarnya itu yang sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Ingin sekali ia menutup mata agar bisa mengistirahatkan tubuhnya yang sudah sangat kecapean i
Hari sudah menunjukkan pukul sembilan pagi namun sosok Tian tak kunjung bergerak dari rumahnya. entah apa yang membuat Tian begitu betah berada di rumah nya ini."Kamu tidak bekerja?" Tanya Ara saat melihat tak juga ada tanda-tanda Tian akan pergi."Tidak.""Kenapa?""Libur.""Loh kok libur? Kan hari ini hari Kamis.""Emang Kenapa kalau hari Kamis?""Ya berarti bukan tanggal merah dan juga masih hari kerja Tuan.""Jadi?"Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Ara benar-benar harus bersabar lebih ekstra lagi."Ya kenapa kau tidak kerja ha? Alasannya apa?""Karena malas.""CK! Dasar orang kaya.""Orang kaya mah bebas Ra.""CK! Bebas apaan.""Bebas karena aku kaya."
ara memejamkan matanya, merasakan angin yang bertiup. "tuhan aku rindu, kirimkan dia sebentar saja dalam wujud nyata maupun tidak yang penting bisa untuk aku memeluknya."menyadari bahwa ara sedang larut dalam memori nya itu, ardan berhenti mengayun. ia tabu bahwa adik bungsunya itu masih tetap tiara aprilia yang dulu namun ia selalu saja berusaha untuk menjadi orang lain saat berhadapan dengan dirinya.tumbuh bersama dan hanya terpisah dengan waktu tujuh tahun tidak akan membuat ara berubah begitu drastis seperti yang telah ara tunjukkan kepada selama inbagaimanapun ia tahu adiknya itu masih sangat sama seperti dulu, ia masih tiara aprilia yang manja dna tiara aprilia yang sangat dirinya sayangi hingga saat inkesalahpahaman yang sedang membuat mereka menjauh seperti ini tidak akan terus ardan biarkan. ia akan membuat sebuah titik terang itu ada untuk membawa adik bungsunya ini kembali kepada ny
"Maaf kak." Ucap Ara dengan sangat pelan sekali.Ara turun dari ayunan tersebut dan kemudian langsung berlari memeluk Ardan yang berada di ayunan sebelah.Karena tidak begitu siap dengan pelukan yang dilakukan oleh Ara membuat Ardan hampir saja jatuh jika ia tak sigap mengendalikan dirinya dan juga Ara."Maaf." Bisik Ara.Bian hanya mengangguk ia sendiri tak tahu apa yang ada dalam pikiran adik bungsunya ini sehingga bisa berubah seperti ini. Padahal Ara sangat membenci dirinya.Tanpa disadari air mata Ara jatuh membasahi pipinya dan kemudian mengenai baju yang dikenakan oleh Ardan hingga membuat Ardan langsung menguraikan pelukannya."Hei, kenapa?" Tanya Ardan sambil mengusap lembut air mata yang membasahi pipi Ara.Ara menggeleng kan kepalanya, "Ara haus, bisa ambil kan Ara minum?" Tanya Ara sambil mengembangkan senyumnya ke arah Ardan.
Setelah berlarian cukup jauh akhirnya Ara sampai di depan rumahnya. Semua mata yang ia lalui itu menatapnya dengan penuh tanda tanya. Tak biasanya nona muda mereka seperti itu, biasanya ia selalu saja bersikap anggun dan kemudian membuat tingkah sesuai mood nya. Tapi kali ini, wanita yang selalu saja tenang itu kini berubah menjadi Wanita yang Sangat tergesa-gesa. Ada hal yang membuat ia panik. "Jalan pak." Ucap Ara pada supir mobil Tian. Tian menaikkan alisnya, "Wah wah wah, coba lihat ini. Siapa yang majikan dan siapa yang numpang sih?" Ucap Tian kepada Ara yang sedang mengatur nafasnya karena habis berlarian. Sudah sangat lama ia tidak berlari seperti ini. Tapi kali ini, ia berlari seperti orang yang mempunyai salah. "So? Masalah buat anda? Bukankah Anda pernah mengatakan bahwa saya bebas menyuruh supir ini?" Jawab Ara sinis. Tian terdiam, memang benar bahwa dirinya
"Menjual diri? Menjual diri bagaimana maksudnya?" Tanya Aldi, ia begitu penasaran dengan perjalanan hidup wanita di hadapannya itu."Ya menjual diri. Apakah kau tidak tahu cara menjual diri yang aku maksud itu hm?"Aldi menggeleng kan kepala nya sambil meracik minuman pesanan seseorang laki-laki yang baru saja datang."Menjual diri? Apakah itu tandanya kau adalah Wanita malam nona?" Tanya seseorang laki-laki yang baru saja tiba itu.Ia tak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua jadi berniat untuk ikut larut dalam obrolan itu daripada hanya diam saja menunggu racikan minuman nya itu.Ara melihat ke arah kanannya tepat dimana laki-laki yang tak ia kenal
Ini bukan gelas kedua yang diteguk oleh Ara, melainkan gelas ke sepuluh. Masih dengan Reyhan yang masih setia menemaninya minum. Tapi pada gelas ke Sepuluh Ara sudah hampir kehilangan kendalinya. Ah entahlah, ini curiga kenapa ia bisa seperti ini. Selama ini ia tak pernah mabuk hanya karena minum anggur merah berbotol-botol banyak nya.Tapi entah kenapa malam ini di gelas kesepuluh nya ia hampir saja kehilangan kendali untuk dalam kesadaran nya yang penuh. Apakah kali ini anggur merah yang ia jadikan teman selama tujuh tahun ini mengkhianati dirinya? Atau orang yang meracik nya? Tapi bisa jadi juga Reyhan yang sejak tadi keliatan begitu royal Padanya.Dalam kondisi seperti ini ia tak bisa benar-benar berpikir dengan jernih siapa yang membuat ia mabuk ini? Padahal tadi pada gelas kesembilan ia masih berada dalam kesadaran penuh. Bahkan ia masih ingat pembahasan yang mereka bahas tadi.Tadi mereka membahas tentang Reyhan y
Reyhan berjalan dengan cepat keluar dari club malam. Matanya menyapu sekeliling nya mencari sosok yang baru saja pamit pulang kepada nya tadi. Dalam kondisi mabuk ia tahu bahwa Ara tak akan meninggalkan club malam ini dengan sangat cepat.Ia yakin bahwa wanita itu masih ada disekitar sini. Tapi kenapa tak terlihat sama sekali sejak tadi?Reyhan berinisiatif untuk melanjutkan langkahnya, siapa tahu saja dugaannya itu salah. Mungkin saja Ara sudah pergi jauh, melihat kelakuan Ara tadi itu tidak menutup kemungkinan untuk hal seperti itu terjadi. Wanita itu cantik tapi benar-benar aneh.Ia berjalan ke arah mobilnya, setelah sampai ia langsung masuk dan kemudian menjalankan mobilnya itu. Ia takut Ara kenapa-kenapa. Malam sudah semakin larut dan permen pasti sudah siaga pada tempatnya masing-masing.Bayangan Ara dicegat oleh para perman terus menari-nari di kepalanya hingga membuat ia langsung melajukan mo
"Maafkan saya Nona." Ucapan itu diucapkan dengan penuh rasa sesal hingga membuat Ara, Anton dan juga Aman terdiam. Beberapa pertanyaan muncul begitu saja di otak menanti sebuah jawaban."Maaf kan saya," lirih preman itu lagi yang membuat Ara dan yang lainnya tidak mengerti apa yang membuat Alim sampai bersujud itu.Alim bangkit dari sujud nya Dan kemudian menatap Ara beberapa detik sebelum ia berdiri dan kemudian lari dengan begitu kencangnya hingga membuat Aman dan Anton ternganga dan kemudian ikut mengejar Alim yang sudah tak kelihatan lagi wujud nya itu.Melihat ketiga preman itu berlari meninggalkan dirinya Ara benar-benar merasa sangat aneh sekali. Lebih lagi saat mendengar permohonan maaf yang dilontarkan oleh Alim begitu tulusnya. Sebenarnya ada apa sebenarnya saat ini?Ara berdiri dari duduknya, ia sudah tidak mabuk lagi dan mungkin ia akan berjalan kaki lebih jauh lagi untuk mencari angkutan