Ken akhirnya menemukan moment yang pas untuk menyerang pasukan utama musuh berkat apa yang Murka lakukan. Kini semangat para pasukannya semakin meningkat dan dia bisa menggunakan apa yang sudah dia rencanakan. Ken memberi isyarat pada Garga, dan dia yang sudah satu party langsung mengerti maksud Ken. Garga langsung mempersiapkan sebuah serangan yang cukup kuat, dan Ken bermkasud untuk sembunyi dalam serangannya.“Garga, serang mereka dengan dengan Dragonroar!”Ken menyelimuti dirinya dengan aura agar bisa masuk dalam serangan milik Garga, dan Garga yang sudah paham menyiapkan sebuah tempat kosong di tengahnya. “Wooossssttt! Booommmmm!” serangan Garga berhasil menghasilkan ledakan hebat yang menyapu musuh.Ken yang kini bebas langsung memberikan serangan kejutan dengan memancarkan auranya dengan sangat instens pada musuh dengan menggunakan skill aurakilling. Berkat skill tersebut banyak musuh yang lebih lemah dari Ken tidak bisa bergerak, dan Ken langsung memanfaatkan sejata yang berta
Berkah yang Reka berikan seakan hilang bersama semangat mereka karena tekanan kekuatan yang berasal dari para Malaikat raksasa. Reka berusaha menggunakan kekuatannya untuk melindungi semua pasukan dengan kekuatannya, namun hal itu sia-sia saat kekuatan musuh jauh lebih kuat. Reka yang tidak bisa memberikan pelindungan tingkat tinggi, tidak bisa berbuat banyak karena dia juga terkena dampak dari tekanan yang musuh berikan.Sedangkan Ken yang melihat para Malaikat raksasa itu memegang senjata yang berbeda-beda, bisa langsung membuatnya berpikir bila mereka master dibidangnya masing-masing. Pemikiran iku juga berdasar dari pancaran aura yang Ken lihat dari mereka yang tampak berbeda-beda dan tergantung dari senjata yang mereka pegang. Serangan yang dari Malaikat yang menyerang Ken juga sangat cepat meski tubuhnya besar. Bahkan serangannya cukup cepat untuk menghantam dia yang sedang melesat secepat kilat menuju pilar.Semua pemikiran yang muncul dalam benak mereka adalah segala hal tenta
Semua Malaikat raksasa yang berlutut di hadapan Reka hanya diam dan menunduk saja, dan Reka tetap merasakan rakut pada mereka karena ingatannya sendiri tentang mereka di medan perang. Selain rasa takut yang Reka alami, dia juga merasakan penasaran dengan situasi dan tempat keberadaannya pada saat itu. Dia merasakan perasaan yang tidak asing, tetapi dia tidak pernah ingat bila tahu tempat atau situasi yang dia alami.“Ka-kal, kal--,”“Kami adalah pelayan setia anda,” jawab salah satu Malaikat raksasa.Jawaban yang Malaikat raksasa berikan sesuai dari apa yang ingin Reka ketahui, namun dia tidak mengerti maksud dari ucapannya. Mereka yang merupakan sosok dari pasukan utama Dewi yang cukup kuat, dan saat itu sedang menjadi musuh yang mereka lawan. Setelah Reka berpikir lebih dalam untuk memahami ucapannya, Reka mencoba menebaknya.“Apa kalian adalah pelayan dari Dewi Rerka?”“Benar sekali, kami adalah pelayan setia dari Dewi Rerka.”Apa yang Reka pikirkan ternyata benar,dan emosinya lang
“Semua Malaikat berkumpul kemari,” teriak Reka.Meski teriakkannya tidak mencapai tempat Ken dan Murka, para Malaikat yang bertarung dengan mereka berdua juga mengikuti perintah Reka. Prilaku aneh para Malaikat membuat mereka berdua bingung, dan itu jadi kesempatan untuk keduanya menuju tempat rekannya untuk membantu mereka. Ken yang merasa aneh bergegas menuju tempat Reka dan Yuna, dan dari kejauhan dia melihat semua Malaikat berkumpul menuju tempat Reka.Ken yang tidak tahu apa yang terjadi, tidak mau berpikir panjang lebar lagi dan langsung mengambil sebuah tindakan yang menurutnya terbaik. Dia langsung mengambil sebuah cambuk yang tergeletak, dan dia bermaksud menghentikan pergerakan para malaikat yang berjalan menuju Reka. Skill yang Ken miliki berhasil membuat cambuk yang dia ambil bisa memanjang hingga puluhan kilomater dan menghadang para Malaikat, namun anehnya para Malaikat raksasa itu hanya terus berjalan seperti robot mainan.Ken yang berhasil menahan mereka mempercepat la
Tiga hari sebelum perang dimulai.Dewi Aria yang merasa bila Dion memiliki dendam yang mendalam kepada Ken, memanggil Dion dan bertanya tentang hubungan mereka berdua. Dion langsung mengungkapkan semuanya kepadanya, dan dia juga menceritakan tentang sahabat Ken yang memiliki nama sama dengannya. Mendengar cerita Dion, Dewi Aria juga bercerita bila sahabat yang Dion maksud adalah Murka yang dulu pernah menjadi Pahlawan, namun dia berbalik melawan Dewi Aria yang kemudian dikutuk olehnya menjadi Raja Iblis.Dion tidak menyangka mendengar apa yang Dewi Aria ucapkan, namun hal itu menjawab perasaan iri dan dengki yang dia rasakan saat melihat sikap mereka bedua. Kini Dion akhirnya mengerti asal perasaan bencinya kepada Murka, hal itu bukan karena Murka merupakan Raja Iblis, melainkan karena identitas asli dari Murka. Dion juga memiliki sebuah ide untuk membuat Ken kembali menderita dan membalas dendam kepadanya, kemudian Murka juga mencoba mengutarakan ide tersebut kepada Dewi Aria yang te
Ken semakin emosi saat melihat wajah Dewi Aria yang menyeringai saat dia menggunakan seluruh kekuatannya. Sedangkan Dewi Aria dengan percaya diri berdiri dari posisinya, dia yang merupakan penguasa tidak melihat Ken sebagai lawannya. Apa lagi posisi mereka saat itu berada di wailayah kekuasaan dari Dewi Aria, yang mana membuatnya diuntungkan. “Sepertinya kau sangat percaya diri bisa menang,” ucap Ken. “Tentu saja, tipuan seperti apapun yang Manusia rendahan sepertimu gunakan, tidak akan mempan kepadaku yang merupakan Dewa di dunia ini.” Apa yang Dewi Aria ucapkan memang tidak salah, karena skill tingkat tinggi yang Manusia miliki tidak akan mampu mengalahkannya. Hanya saja Dewi Aria sudah melupakan sejarah bagaimana dia bisa sampai menjadi Dewi, dan dia juga sangat percaya diri karena kekuatannya semakin bertambah. Apa lagi senjata yang dibutuhkan untuk bisa mengalahkannya sudah dia hancurkan tanpa sisa. Sedangkan Ken memikirkan cara untuk bisa kabur dan kembali ke medan perang agar
Ken melihat sebuah pedang terbang menyerangnya, dan yang dia lihat hanya sebuah pedang saja tanpa adanya mana atau aura yang menyelimuti pedang tersebut sebagai sarana untuk menggerakannya. Jika saja Ken lebih cepat menyadarinya maka Ken tidak akan terluka, apa lagi lukanya membuat lengan Ken sulit untuk di gerakkan. Ken berbalik melihat pada Dewi Aria yang sudah tersenyum dengan banyak senjata yang melayang di belakang tubuhnya.***Beberapa menit sebelumnya, saat Ken terus mendorong mundur Dewi dengan serangan beruntun, tetapi Ken masih tetap tidak bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman dalm dirinya. Bahkan dia juga beberapa kali teralihkan pandangannya dari lawan karena merasa ada yang mengawasinya yang membuatnya susah fokus. Hanya saja Ken sama sekali tidak merasakan keberadaan siapapun di tempat itu selain dirinya dan Dewi Aria saja.Meski begitu, Ken tetap merasakan jika banyak mata yang mengawasi pertarungannya dengan Dewi Aria. Emosi Ken tiba-tiba meledak dan mempercepat te
Dewi Aria yang saat itu berhasil betahan dari serangan Ken mencoba untuk tetap terlihat kuat, namun kenyataanya dia juga terkena dampak yang cukup besar akibat ketidak siapannya. Bahkan dia harus rela dihajar oleh Ken demi membangunkan seluruh senjata yang memiliki ego di tempat tersebut, hanya saja dia juga terganggu dengan senjata yang Ken pegang. Karena senjata tersebut merupakan salah satu senjata ego miliknya, namun tidak menerima panggilanya dan tetap berada ditangan Ken sebagai senjatanya.Hal yang lebih buruknya lagi, senjata yang Ken pegang meruapakan senjata yang paling mengerikan dari senjata lainnya. Jika Dewi Aria tidak segera merebutnya hingga Ken sadar akan efek yang senjatanya miliki, maka akan berdampak buruk baginya. Dewi Aria juga terus mencoba menghubungi Dion untuk memintanya kembali dan membantunya, tetapi kondisinya saat itu membuat sihirnya sulit untuk bisa mencapai Dion.Disisi lain, Dion yang bergembira dengan menyiksa Murka, harus terhenti saat Dewi Aria ber