PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI💓💓💓~~Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta~~ Begitu pepatah lama adanya seperti yang tertuang kedalam lirik lagu dangdut favorit bapak dan ibu Seina yang pernah eksis pada zamannya.Aku semakin dekat dengan mas Dimas. Hampir setiap malam kami sekedar menanyai kabar dan bercanda bersama yang kemudian ditutup dengan ucapan "selamat tidur dan semoga mimpi indah" yang selalu menemani malam-malam ku beberapa bulan terakhir.Perhatian kecil namun sangat bermakna bagi perempuan single seperti aku yang sunyi sepi jika sang malam datang melanda.[Seina, besok siang kamu sibuk nggak] tanya mas Dimas melalui pesan WhatApp.[Nggak mas, emangnya ada apa] tanya ku lagi pada mas Dimas yang dua bulan terakhir semakin intens mengirimi pesan kepadaku.[Mas pengen ketemu, ada yang mau mas omongin sama kamu], Dimas sangat berharap Seina tidak menolak ajakannya.[Mau ngomong apa mas?, apa nggak bisa lewat televon aja?], Seina penasaran dengan apa yang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI***"Aku mau melamar mu Sein" aku mau kita berdua segera menikah dan bersatu dalam bingkai rumah tangga yang bahagia." mas Dimas meraih tanganku dan menciumnya.Hatiku bergetar mendengar pernyataan cinta dari mas Dimas. Mas Dimas tidak ingin kami berpacaran lama-lama lagi. Ia ingin segera mempersunting ku sebagai istrinya."Ta-tapi kita mas, status keluarga kita begitu jauh berbeda. Apa mungkin pungguk seperti ku bisa menggapai bulan yang jauh diatas sana" ucapku bergetar.Aku tidak ingin terlalu berharap karena ku rasa aku akan ditolak mentah-mentah oleh keluarga mas Dimas terutama Oleh Ibunya."Tapi aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Itu sudah cukup bagiku untuk kita melangkah lebih jauh lagi. Tak kan ada yang akan menolakmu selagi aku masih mencintaimu Sein. kamu akan aku perjuangkan dengan seluruh jiwa dan ragaku" kata-kata dari mas Dimas sungguh membuatku tak bergeming lagi. Aku juga menyadari perasaanku kepada mas Dimas juga sudah semakin mend
[Kamu dimana sekarang Sein] aku melihat satu SMS masuk ke ponselku. Sebuah pesan dari mas rupanya.'Kamu masih ingat aku mas setelah perlakuanmu hari ini' ucapku bergidik." Ya halo mas, ada apa?" jawabku malas menerima panggilan televon dari suami yang telah mengkhianati ku.[Mas mau dinas keluar kota untuk tiga hari, kamu baik-baik dirumah ya] ucap mas Dimas.Aku yakin seyakin-yakinnya mas Dimas berbohong kepada ku.'Kamu mau menemani selingkuhanmu itu? iya kan mas' hhhmm..seandainya aku bisa lebih berani sekarang mungkin kata-kata itu akan aku ucapkan sekarang juga."Uuumm" ucapku malas.'Aku terlalu malas untuk bicara dengan kamu sekarang mas. Silahkan kamu lakukan apa yang kamu mau aku tidak memperdulikannya lagi.', ucapku membatin.[Ok, kalau gitu mas tutup dulu] mas Dimas lansung menutup telvonnya tanpa bertanya bagaimana keadaanku sekarang."Kamu benar-benar sudah berubah sekarang mas. Kamu bukanlah mas Dimas yang ku kenal dulu" ucapku lirih.****"Seina, ayo makan nak. Ibu s
[Kamu dimana Seina? kenapa belum pulang juga kerumah] tanya mas Dimas di dalam televon.Mungkin mas Dimas sekarang sudah berada di rumah kami. Sedangkan aku masih saja di rumah Ibu."Aku di rumah Ibu mas. Maaf mas Aku tidak akan pulang lagi ke sana kecuali hanya untuk mengumpulkan pakaian dan barang-barangku saja" ucapku santai.Aku sudah muak dengan kebohongan mas Dimas dan juga keangkuhan keluarganya.[Maksud kamu apa Seina bicara seperti itu? kamu masih sah istriku sekarang" ucap mas Dimas.Aku menghela napas panjang. Menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak jika aku melanjutkan perkataanku."Kamu pikirkan saja mas mengapa aku sampai memilih tidak pulang kesana" Aku menutup panggilan itu dan kembali melempar handphone ku.Kali ini aku tidak akan menangisi mas Dimas lagi. Aku sekarang lebih fokus kepada janin yang ada di rahimku saat ini.***"Seina, maafkan Ibu yang tidak memberi tahu kamu sebelumnya" ucap Ibu yang menghentikan lamunanku."Apa maksud Ibu?" tanyaku penasaran."
"Ingat Seina, sebelum kamu mengambil keputusan tentang perceraian itu kamu sudah harus siap dengan segala konsekuensinya Sein" perkataan Ibu memang ada benarnya juga."iya Bu. Aku telah siap secara fisik maupun mental untuk menghadapi perceraian ini Bu, tapi sebelum itu ada yang harus aku lakukan terhadap mereka berdua terlebih dahulu""Baiklah Seina, jika itu sudah menjadi keputusanmu maka Ibu tidak bisa membantahnya lagi. Hanya kamu yang bisa menentukan mana yang terbaik untuk kamu jalankan. Dan satu lagi kelak jika janin yang kamu kandung lahir dia akan dicap sebagai anak yang tidak mempunyai ayah Sein." Ibu menangis tersedu memikirkan tentang calon anakku yang harus mengalami nasib se malang ini."Ibu...sudah lah Bu. Jangan menangis lagi. Kalau Ibu saja yang seharusnya bisa memberi motivasi kepada ku selemah ini, bagaimana nasibku yang harus kuat dan juga tegar Bu. Aku sudah berpikir keras selama tiga hari ini Bu. Mungkin ini adalah solusi terbaik untukku. Aku tidak mau hidup dan
"Mas, kamu mau makan nggak sama aku?" tanyaku memecah keheningan antara aku dan mas Dimas."Nggak Sein. Ma tadi sudah makan dirumah Cell.. mmm.... maksud mas sudah makan di restoran tadi" sepetinya mas Dimas hampir saja mau menyebut nama Celine dihadapan ku. Aku sangat mengerti maksud perkataan kamu mas, namun aku sekali lagi berusaha untuk pura-pura tidak mengetahui semua kebusukanmu itu."Cell? apa maksud kamu dengan Cell itu mas?" tanyaku berpura-pura."Bukan. Bukan apa-apa kok sayang. Ya udah kamu mas temenenin makan ya" kali ini mas Dimas mencoba bersikap manis kepadaku agar aku tidak terus-terusan menanyainya.'Oke mas Dimas. Kamu mainkan dramamu, aku juga akan memainkan rencanaku'.***Hari sudah menunjukkan tengah malam sekarang. Aku memulai rencanaku."Mas, Dimas. sayang." Aku merayu mas Dimas sekarang."Tolong kamu tanda tangan disini mas. Aku butuh tanda tangan kamu untuk keperluan berobatku" kulihat mata mas Dimas setengah terbuka dan setengah terpejam."Apa Seina. Besok p
"Rumah siapa ini? kenapa mobil mas Dimas berhenti disini?apakah ini adalah rumahnya Celine? hatiku mulai gelisah membayangkan kala mas Dimas suamiku telah menggagahi mantan sekretarisnya itu. Dalam hati ada ketidak relaan badan suamiku juga disentuh oleh wanita selain aku. Mungkin mudah mengatakan bahwa aku akan melupakannya dan membalas dendam, namun tidak bisa dipungkiri setiap yang namanya pengkhianatan itu tidak ada yang tidak menyakitkan."Mbak Seina. Sepertinya ini memang rumahnya mbak Celine." perkataan Lusi menyadarkanku betapa bodohnya aku yang masih berharap hubunganku dengan mas Dimas baik-baik saja."Itu mbak, kamu lihat mbak Celinenya keluar bukain pintu mbak" mataku sekarang nanar melihat kelakuan bejat suamiku dan juga mantan sahabatku.Bahkan Celine sekarang sudah hamil tua, bisa-bisanya mereka tetap bernaf** untuk melakukan hubungan bad*n. Bahkan mas Dimas baru saja sampai didepan pintunya Celine, Celine lansung mengganas ibarat harimau yang sedang kelaparan dan juga
"Halo pak Danu Sutarjo" aku menelevon seorang pengacara yang akan mengurus perceraianku dengan mas Dimas."Iya mbak Seina. Jadi bagaimana dengan keputusannya mbak?" ujar pengacara kondang itu."Segera urus berkasnya ke pengadilan pak. Dan juga tentang pengalihan semua aset ma sDimas kemaren harus segera bapak selesaikan. Saya ingin mas Dimas juga merasakan sakitnya apa yang saya rasakan sekarang ini pak.""Baik mbak. Pokoknya mbak Seina tenang saja. semuanya akan saya lakukan sesuai dengan keinginannya mbak Seina""Kalau begitu terima kasih pak Danu." aku segera mematikan televon itu dan mengumpulkan semua pakaianku dari dalam lemari."Lusi, kamu bantuin mbak memasukkkannnya ke dalam tas Lusi. Mbak harus segera pergi dari rumah ini sebelum mas Dimas datang dan menghalangi semua rencana mbak. Mas Dimas akan membujuk mbak, karena dia tahu mbak begitu lemah apabila ia telah memainkan rayuannya.""siap Mbak. Mbak tenang aja mbak." Lusi begitu telaten dan sangat cepat memasukkan semua paka