Share

3. Mereka Benar-benar Ingin Mati

”Kamu bukan cucuku!” suara Mahmud pelan.

Bagas tak bisa berkata apapun. Dia masih diam.

”Kamu tidak perlu bingung, Bagas! Aku tak peduli apapun soal kamu telah berubah. Aku yang merawatmu sejak kecil sejak ayahmu meninggal. Dan, sepuluh tahun yang lalu aku tiba-tiba lumpuh. Mungkin, sepuluh tahun sudah membuatmu banyak berubah bukan?”

Senyum Mahmud terlihat. Benar! Mana mungkin kakeknya itu tahu!

”Kakek!”

Ada airmata yang tiba-tiba menetes, James tahu bahwa itu adalah perasaan yang begitu melekat pada fisik yang kini menjadi tubuhnya. Jadi, mereka berbagi takdir dan juga perasaan. Sedangkan, James tidak memiliki keluarga sejak kecil. Dia dididik sebagai mesin pembunuh. Dia tidak memiliki keluarga.

***

Pagi itu, Bagas pergi ke sekolah. Meskipun memiliki waktu yang terbatas, Bagas tetap sekolah dan memberikan kesan baik. Dia bersekolah sambil mempersiapkan pembalasan dendamnya.

”Tuan sudah siap?” itu adalah suara Morgan. Morgan adalah salah satu pembantu di rumah, dia adalah pelayan yang baik untuk tuan Mahmud.

”Iya, terimakasih paman Morgan.”

Bagas melangkah, membawa tasnya. Dia menaiki sebuah motor kesayangannya, cukup bagus juga pilihan Bagas. James di dalam diri Bagas tersenyum.

Dia berangkat ke sekolah, ini adalah hari kedua bagi James di tubuh Bagas. Dia harus mengumpulkan informasi, di mana markas baru Dark Head! Organisasi yang membesarkannya, Bagas akan datang!

Brooomm!

Bagas melaju.

Di sekolah, Bagas memarkir motornya. Dan, saat memasuki gerbang. Seorang wanita dengan rambut diikat, wajah yang tertunduk. Wanita itu adalah ..., Nadia.

Deg!

Deg!

Deg!

Apa ini?

Jantung Bagas berdetak sangat kencang. Jadi, bahkan tubuhnya harus berbagi perasaan lemah kepada wanita. Apa ini cinta? Bahkan, James tidak pernah merasakan apa itu cinta. Hidupnya, hanyalah untuk membunuh!

”Bagas! Kamu baik-baik saja bukan?” suara wanita itu, Nadia namanya.

Dan, ternyata Bagas mencintai secara tersembunyi pada Nadia, anak dari paman Morgan. Artinya, Nadia adalah puteri dari pelayan di rumah Mahfud, kakek dari Bagas.

”Aku ..., aku baik-baik saja.”

Bagas menjawab agak grogi.

”Syukurlah ..., selalu sehat, Bagas!”

Senyum Nadia terukir, dia pun pamitan.

Deg!

Senyum itu!

Bagas memang sangat mencintai wanita itu dalam diamnya. Bagas bisa tersenyum, dia memasuki kelasnya. Sebenarnya, dia dan Nadia juga satu kelas. Dan, Nadia selalu bertanya pada Bagas, apakah Bagas baik-baik saja. Dan, Nadia selalu bersyukur ketika mendengar bahwa Bagas sehat dan baik-baik saja.

Kelas begitu ramai, Bagas masuk kelas dan mengambil kursinya. Kini, dia kelas akhir sekolah menengah. Sebentar lagi dia akan kuliah, hanya saja apakah hal itu bisa terjadi.

[Waktu kesempatan hidup terpakai dua hari, sisa waktu 58 hari]

Di waktu yang tersisa, Bagas akan menghancurkan orang-orang yang telah merenggut nyawanya. Nyawa Bagas dan James.

AAAAAAHHHHH!

Suara teriakan.

Itu adalah suara Nadia!

Dari tempat duduknya di depan, Nadia sedang ditarik rambutnya oleh seorang wanita dan ada tiga lelaki yang mengelilingi Nadia.

Mereka lagi!

Benar-benar, rasanya tangan Bagas sudah gatal sejak mati tertembak. Dia tak pernah menghajar orang. Sepertinya, ada pelampiasan yang tepat untuk mengakhiri kekesalannya.

”Maafkan aku! Aku akan menurut!” suara Nadia kesakitan.

”Awas kamu, jika nanti soalnya susah berikan lembar jawabannya pada kami!” teriak Nadine, diikuti tawa dari tiga rekannya yang lain.

”Baik! Baik! Saya akan melakukannya!” suara Nadia masih meringis. Dia memang selalu mendapatkan penyiksaan dari teman-temannya. Dia adalah anak seorang pelayan, dan semua orang tahu akan hal itu.

”Kamu tak akan melakukannya, Nadia!”

Suara Bagas, tangannya sudah mencengkeram pergelangan tangan Nadine. Tangan Nadine merasa sakit karena genggaman tangan Bagas, dia terpaksa melepaskan rambut Nadia.

AAAAAHHHH!

Suara Nadine kesakitan.

”Kamu! Berani melawan kami!” suara Thomas, ”Kami adalah pasukan dari Natan!”

Thomas mencoba memegang pundak Bagas, dia adalah pasukan Natan. Sepupu dari Bagas, tapi semua orang tahu Bagas selalu disiksa dan dianggap anak haram. Hal itu, karena ibu dari Bagas adalah seorang pelayan yang dinikahi oleh putra dari Mahmud. Jadi, Bagas adalah seorang anak dari pelayan yang dinikahi tuannya.

”Lepaskan, kami akan menghajarmu seperti biasanya!” teriak Nichol.

Bagas diam dan masih memegang tangan Nadine dengan kuat.

”Sudah Bagas, aku baik-baik saja. Sudahi ini semua!” pinta Nadia.

”Tidak! Mulai sekarang, tidak ada yang bisa menyakitmu Nadia. Jika mereka melakukannya sekali saja, aku akan patahkan tangan mereka!” teriak Bagas, matanya menyala.

[Mengeluarkan kekuatan dominasi]

Tiga orang kaget, mereka seperti terkena tekanan dari pandangan dan suara Bagas.

”Kurang ajar!” teriak Rico. Rico mengayunkan tangannya ke kepala Bagas, dia sudah biasa menghajar Bagas. Hal itu karena dia diperbolehkan melakukannya atas perintah Natan.

Wooosh!

Bug! Brush!

Dan, semua mata di kelas itu tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sebelum tangan Rico mencapai kepala Bagas, dia terpental ke belakang dan membentur meja hingga berantakan.

Nichol dan Thomas melotot. Bagas berada di antara keduanya dan baru saja melayangkan pukulan ke perut Rico dan menghempaskannya.

Bagaimana ini bisa terjadi!

Nichol dan Thomas segera sadar dan mereka menyerang Bagas bersama-sama. Namun, sebelum tangan keduanya melayangkan serangan. Tendangan berputar sudah berputar dan mengenai kepala keduanya dengan cepat

Brush! Brak!

Kelas kacau, teriakan dan siswa histeris. Tiga orang yang dihajar Bagas kesakitan dan bahkan tak bisa bangun. Bagas berbalik arah dan melihat ke Nadine.

”Jika kamu berani menyantuh satu helai rambut Nadia, aku akan hancurkan kepalamu!”

Bruk!

Nadine terjatuh begitu saja, dia tak berani berkata apapun dan tubuhnya gemetaran.

Bagas mengangkat tangannya, ”Ingatlah, jika ada yang menyentuh Nadia. Aku akan menghancurkan seluruh tulangnya!”

Bagas membenahi bajunya, dia kembali duduk di kursinya. Nadia kebingungan, dan dia tak menyangka bahwa Bagas mampu melakukan hal itu untuknya.

Nadia masih tak bisa berkata apapun, terdiam di kursinya. Nadine ketakutan dan pergi, tapi ada senyuman yang terukir dari Nadia.

Bagas, terima kasih!

***

”Kamu hebat, Bagas! Sejak kapan kamu belajar bela diri sehebat itu!” suara Dandi, teman baik Bagas. Dia masih tak percaya rekannya yang selalu disiksa itu melawan dengan kekuatannya.

”Diamlah, Dandi. Kita harus kuat untuk menghadapi siapapun! Kita tidak boleh mengalah pada siapapun yang melukai kita!”

Bagas dan Dandi istirahat dan mereka berjalan di lapangan yang luas di tengah sekolah, Nadia ada di belakang mereka.

”Jadi! Ini dia pahlawannya!”

Teriak seseorang yang membuat langkah Bagas terhenti, Dandi ketakutan melihat siapa yang datang. Sekitar empat puluh pelajar datang dan berlagak, mereka semua menghadang Bagas dan Dandi. Salah satu dari mereka berada di depan, dia adalah Natan. Sepupu Bagas, dan selalu menyiksa Bagas, dia memiliki geng begitu banyak.

Kali ini, Bagas pasti hancur. Dandi mundur karena ketakutan.

”Kali ini, kamu pasti hancur, Bagas!” mata Natan menyalak. Di atas gedung, para guru tak berani berbuat banyak. Mereka tahu, siapa Natan dan keluarganya. Mereka juga tahu, Bagas adalah anak yang selalu mendapatkan perundungan.

”Bersiaplah untuk mati, Bagas!” teriak Natan lagi.

”Bacot!”

”Apa!” Natan dan pasukannya kaget. Dia mendapatkan laporan bahwa tiga anak buahnya yang selalu mengganggu Bagas an Nadia dikalahkan Bagas seorang diri.

”Kamu banyak membual dan hanya pengecut, seperti lebah yang hanya berani bersama gerombolan kambing!”

Mata Natan melotot, dia tak percaya, Bagas yang biasanya hanya menunduk kini berani menyalak.

”Kamu ... , kamu benar-benar ingin mati!”

”Kemarilah, jika kamu ingin mati!” kata Bagas tak mau kalah.

”Sial! Hajar dia!” teriak Natan. Tak perlu mengotori tangannya, biarlah pasukannya yang akan menghajar Bagas.

HIIIIAAAAA!

Pasukan Natan berhamburan, mereka semua adalah anak sekolah yang selalu diberikan uang oleh Natan. Semua orang ketakutan melihat hal itu, tapi Bagas tersenyum.

Mereka benar-benar ingin mati!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status