Tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat. Darren sudah bertumbuh menjadi anak yang sehat, pintar, dan tampan. Intan ingin mendaftarkan Darren masuk sekolah."Sayang, besok Darren mulai sekolah. Mama sudah siapkan tas dan sepatu baru untuk Darren." Intan membelai lembut rambut putranya itu."Apa nanti Mama menemani Darren di sekolah?" tanya Darren."Mama antar Darren sampai masuk di kelas, nanti Mama tunggu di luar, ya. Darren belajar dan bermain sama teman-teman dan ibu guru," jawab Intan."Oke, Mama." Darren mengacungkan ibu jarinya dan tersenyum."Anak Mama pintar. Darren pasti senang karena bisa bermain dan mengenal banyak teman baru. Nanti setiap sore, Darren bisa cerita sama Mama dan nenek, apa saja yang Darren lakukan di sekolah." Intan memeluk Darren."Iya, Ma. Darren sudah gak sabar untuk masuk sekolah."Intan mencium pipi Darren dengan gemas. Ia sangat bersyukur memiliki buah hati yang cerdas dan sehat seperti Darren.Ada berjuta rasa saat Intan melihat Darren bertumbuh besar
Kondisi kesehatan Silvy mulai membaik dan diijinkan pulang dari rumah sakit. Siang itu Tommy menjemput istrinya dan langsung membawanya pulang ke rumah.Silvy tersenyum dan menggandeng tangan Tommy ketika mereka tiba di halaman rumah. Ia merasa senang, karena sang suami tidak jadi menceraikan dirinya.Tommy mengantar Silvy ke kamarnya. "Aku harus ke rumah kakek sekarang. Kamu istirahat saja di rumah," kata Tommy."Ada apa lagi? Apa ada yang penting? Jangan pergi terlalu lama, Mas. Aku gak mau sendirian di rumah," kata Silvy dengan manja."Iya, kamu tenang saja. Ini hanya urusan pekerjaan. Jangan cemas, aku cuma sebentar." jawab Tommy.Walaupun berat hati, Silvy akhirnya melepas kepergian Tommy. Silvy selalu dihantui rasa cemas jika Tommy pergi sendirian di luar jam kerja. Ia takut suaminya akan menemui Velicia atau Caroline lagi.Tommy segera menuju ke rumah kakeknya. Ia sangat waspada dan berhati-hati di sepanjang perjalanan. Ia takut ada orang suruhan Papa Silvy yang mengikutinya ke
"Kakek sudah berusaha keras untuk melarang kamu, Tom. Saat itu kamu yang sangat keras kepala dan menentang semua perkataan Kakek," jawab Kakek Nugraha."Tapi Kakek gak menjelaskan dengan detail apa alasan Kakek gak menyukai Silvy. Andai saja Tommy tahu, kalau itu berhubungan dengan almarhum papa, pasti aku akan langsung berhenti dan menjauhi Silvy," sesal Tommy."Kakek sudah berusaha keras menghalangi hubunganmu dengan wanita itu. Kakek gak punya bukti yang kuat bahwa Johan adalah pembunuh papamu. Kakek yakin kalau mengungkapkannya saat itu, kamu gak akan percaya dan tetap menuduh Kakek hanya mengarang cerita untuk menghalangi kebahagiaanmu.""Kek, Papa Silvy mengancam aku, kalau aku membuat Silvy menderita lagi, dia akan melakukan sesuatu yang buruk. Mungkin saja dia akan membahayakan hidupku, Kakek, atau perusahaan kita," kata Tommy."Apa?! Dia mengancam kamu seperti itu?" ujar Kakek Nugraha dengan geram."Iya, Kek. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku merasa terjebak dalam sebu
"Kenapa malam sekali pulangnya, Mas? Aku sudah sangat lama menunggu kamu." Silvy langsung bergelayut manja setelah membukakan pintu untuk suaminya."Sudah kubilang, aku ada pekerjaan penting. Kalau kamu lelah, tidur saja dulu. Kata dokter kamu harus banyak istirahat sampai luka di perutmu benar-benar pulih," jawab Tommy."Aku sehat dan baik-baik saja, asalkan kamu ada di sampingku, Mas. Tolong jangan tinggalkan aku!" Silvy memeluk Tommy dengan erat"Aku gak bisa selalu ada di sampingmu, Silvy. Aku harus bekerja. Karena ulahmu kemarin, banyak pekerjaanku yang tertunda dan terbengkalai. sekarang aku harus menyelesaikan semuanya."Tommy mendengus kesal, ia masih belum bisa merasakan getaran cinta di hatinya untuk Silvy. Sejak bertemu dengan Caroline, Alex, dan Darren di kafe tadi, ia justru tidak bisa mengalihkan pikirannya. Bayangan keluarga bahagia itu menyeruak dan sangat mengusik benaknya."Aku mau mandi." Tommy melepaskan pelukan Silvy dan langsung masuk ke dalam kamar.Namun Silvy
Sore itu Alex menjemput Intan di kantornya. Alex mengajak Intan makan sebelum pulang ke rumah. Mereka singgah di sebuah restoran ternama di kota itu."Sayang, akhir pekan besok papa dan mamaku mengundangmu ke rumah," kata Alex."Uhuk.." Intan yang sedang mengunyah makannya terbatuk karena terkejut.Alex langsung memberikan gelas minuman dan tisu pada kekasihnya."Hati-hati, Sayang! Minum dulu!" Intan minum dan mengatur nafasnya, ia membersihkan mulutnya dengan tisu. "Tapi, Mas.." kata Intan."Sayang, mereka sudah sangat penasaran, ingin bertemu dan berkenalan denganmu. Kita ajak Darren juga untuk berkenalan dengan mereka. Orang tuaku pasti akan menyayangi Darren." Melihat Alex tersenyum dan sangat yakin dengan ucapannya, Intan tidak bisa lagi mengelak. Intan tidak sampai hati untuk menolak ajakan itu dan mengecewakan Alex. Sebenarnya sudah berulang kali Alex mengajak Intan bertemu dengan orang tuanya, tetapi Intan selalu mencari alasan untuk menolak ajakan itu."Apa kamu yakin akan
"Baik Om, Tante, mulai saat ini saya berjanji gak akan mengganggu Alex lagi." Intan menggandeng tangan Darren dan ingin segera meninggalkan rumah itu. Ia tahu bahwa dirinya dan Darren tidak diterima di rumah itu."Caroline, tunggu! Tolong jangan pergi dari sini!"Alex beralih menatap kedua orang tuanya. "Pa, Ma, Alex sangat mencintai Caroline. Dia wanita yang baik. Setiap orang punya masa lalu, kan Pa, Ma? Alex bisa menerima masa lalu Caroline. Alex juga menyayangi Darren. Aku mohon, berilah kami kesempatan untuk menjalani hubungan ini dengan sewajarnya. Tolong beri kami doa dan restu, Pa, Ma,"Papa Alex melotot dan menggelengkan kepalanya. "Dasar anak bodoh! Kamu itu terlalu polos, padahal pendidikanmu tinggi. Mudahnya kamu mengatakan telah jatuh cinta padanya dan mengabaikan semua saran kami. Apa kamu sudah menyelidiki latar belakang wanita ini? Dari mana dia berasal, seperti apa orang tua dan keluarganya? Jangan pernah tertipu dengan penampilan dan rayuan manisnya!"Intan mendengus
"Tunggu! Ini gak seperti yang kamu bayangkan, Alex, aku.." kata Intan terbata-bata."Apa?! Katakan, Intan, apa kamu sudah lama merencanakan ini? Pasti kamu sengaja mengincar untuk memanfaatkan aku, iya kan? Apa sebenarnya maumu? Kamu sama sekali gak menganggap penting hubungan kita ini dan menghargai perasaanku. Aku gak percaya ada wanita seperti kamu, Intan. Terbuat dari apa hatimu itu?" Alex memukul setir mobilnya."Baik, aku akan mengatakan yang sebenarnya," jawab Intan."Katakan saja, karena ini akan menjadi pertemuan terakhir kita. Kita akhiri saja hubungan ini. Aku sudah gak sanggup menerima drama dan kebohongan darimu." Alex menatap nanar ke depan."Benar, aku adalah Intan, mantan istri Tommy." Lirih Intan."Apa tujuanmu mendekati aku? Aku tahu kalau kamu gak pernah menyukai aku, iya kan? Kamu mau uang dan aset dari aku? Ratu pembohong seperti kamu memang pintar bersandiwara. Bodoh sekali aku yang terjebak dalam permainan kotormu itu." Intan merasa terpukul mendengar ucapan Al
'Kenapa sikap Tommy berubah padaku? Dia memang gak pernah lagi menyinggung masalah anak, wanita lain, atau perceraian, tapi aku merasa dia semakin jauh. Dia sangat dingin dan jarang berbincang denganku. Ada apa ini?' batin Silvy.Silvy duduk di meja riasnya dan melihat pantulan wajahnya yang masih pucat."Apa salahku, Mas? Apa kamu sudah bosan padaku?" Silvy meraba wajahnya dan menyeka air matanya.Tadi malam Tommy pulang sangat larut, Silvy bahkan sudah tertidur karena terlalu lama menunggu. Pagi harinya Tommy bangun awal dan bergegas pergi ke kantor. Silvy bahkan tidak punya kesempatan untuk banyak berbincang dengan Tommy.Setiap kali Silvy mengirim pesan atau menelepon, Tommy selalu beralasan sedang sibuk bekerja. Silvy merasa asing dan jenuh dengan keadaan ini.Silvy merasa cinta Tommy benar-benar telah pudar padanya. Biasanya Tommy yang selalu menghubungi Silvy terlebih dahulu, pulang cepat untuk menemani berbelanja dan jalan-jalan. Namun sekarang semua suasana indah dan manis it