Seorang wanita cantik berkata, “Kak, buat apa kamu bicara omong kosong sama pecundang ini? Langsung habisi saja dia. Habis itu, kita sudah bisa kembali dan menikah.”“Nggak!” Kelvin menjawab, “Aku sudah berteman dengannya selama bertahun-tahun. Jadi, aku mau memberinya sebuah kesempatan. Yoga, berlututlah padaku, lalu minta aku ampuni nyawamu.”“Sekte Sembilan Aliran sudah banyak melakukan kejahatan dan punya reputasi yang buruk. Hari ini, aku akan gantikan Langit untuk membasmi sampah masyarakat seperti kalian,” ujar Yoga.“Arogan banget!” Wanita cantik itu pun berseru marah, “Memangnya kamu itu siapa? Beraninya kamu menghina Sekte Sembilan Aliran!”Pada saat ini, ada semakin banyak tamu yang berjalan keluar dari kamar masing-masing untuk menonton kericuhan.“Ada yang berani membuat onar di Klub Harmonis! Selain itu, ada juga anggota Sekte Sembilan Aliran yang menunjukkan diri. Sepertinya, kedatangan kita hari ini nggak sia-sia.”“Benar! Masalah ini sudah cukup untuk menggegerkan selu
Kelvin memimpin di paling depan formasi untuk menyerang Yoga. Cambuk berbulu di tangannya yang terlihat tidak bertenaga itu bahkan bisa langsung menghancurkan sebuah meja mahoni ketika tidak sengaja menyapu meja itu. Kekuatannya setara dengan ledakan sebuah bom.Saat cambuk berbulu Kelvin itu hampir mengenai tubuh Yoga, Yoga malah mengulurkan tangan untuk menangkapnya.Orang yang penakut buru-buru memejamkan mata mereka. Mereka bisa membayangkan tangan Yoga akan segera “meledak”. Namun, tak ada yang menyangka bahwa cambuk berbulu itu ternyata sama sekali tidak mampu melukai Yoga. Selain itu, Yoga juga berhasil mencengkeram bulunya.Tidak peduli seberapa besar kekuatan yang dikerahkan Kelvin, dia tetap tidak bisa menarik kembali cambuk berbulunya. Dia pun berseru dengan sangat terkejut, “Nggak mungkin!”Pada detik berikutnya, Yoga berhasil merebut cambuk berbulu itu dari Kelvin dan langsung mencambuk tubuh Kelvin. Yoga juga diam-diam mengerahkan tenaga dalamnya sehingga seluruh bulu yan
“Aaah! Yoga, beraninya kamu membunuh tunanganku! Sialan! Aku akan membunuhmu!” teriak Kelvin dengan histeris. Kemudian, dia pun menerjang ke arah Yoga dengan menyeret sebelah kakinya yang sudah patah itu. Namun, Kelvin bukanlah tandingan Yoga. Yoga menaklukkannya dengan mudah, lalu menginjak lehernya sambil berkata, “Aku akan memberimu sebuah kesempatan terakhir. Jawablah pertanyaanku.”Begitu menyadari dirinya akan segera mati, akal sehat Kelvin akhirnya kembali juga. Dia menjawab, “Yoga, aku ini keturunan Keluarga Juanda, salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan juga murid Tetua Harkim, tetua ketujuh Sekte Sembilan Aliran. Kalau kamu berani membunuhku, mereka nggak akan mengampunimu ....”Yoga tersenyum mengejek, lalu berkata, “Tadi, tunanganmu itu juga mengancamku dengan menggunakan nama empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran. Tapi, aku tetap membunuhnya. Menurutmu, apa aku akan takut pada ancamanmu itu? Konyol banget!”“Aku ....” Kelvin pun terdiam.“B
“Silakan!” ujar Yoga dengan acuh tak acuh.Andi mendesah, “Ya sudahlah. Pemuda sekarang memang sangat arogan. Aku akan menggantikan ayahmu untuk mendidikmu!”“Tunggu!” Tatapan Yoga tiba-tiba tertuju pada sepasang giok naga yang tergantung di pinggang Andi.“Kenapa? Takut?” cibir Andi.Yoga bertanya, “Dari mana kamu dapatkan sepasang giok naga di pinggangmu itu?”Andi bertanya balik, “Buat apa kamu tahu begitu banyak?”“Giok itu adalah benda kesayangan ayahku dan dia juga selalu membawanya ke mana-mana. Setelah dia meninggal, sepasang giok naga ini juga tiba-tiba hilang. Menurutmu, aku berhak untuk tahu tau nggak?” tanya Yoga dengan sikap menantang.“Kalau kamu nggak ungkit, aku benar-benar sudah lupa. Sejujurnya, dulu keluarganya Kelvin pernah menyuruhku membantu mereka melakukan pencucian uang dengan aset Keluarga Kusuma sebelum mengembalikannya kepada mereka. Sepasang giok naga ini adalah kompensasi atas kerjaku itu. Apa kamu sudah mengerti?” tanya Andi.“Mengerti. Aku pernah bersump
Yoga terkekeh, lalu berkata, “Tadi, Kelvin juga sudah menggunakan nama empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran untuk mengancamku. Tapi, itu nggak berguna.”“Kamu ....” Andi segera memberi perintah kepada pengawalnya, “Pengawal, cepat bunuh dia!”Namun, hanya ada beberapa pengawal Andi yang berani bertindak. Sebagian besar lainnya buru-buru melangkah mundur. Yoga bahkan lebih kuat dari Andi yang sudah mencapai tingkat epik master. Jadi, mana mungkin mereka mampu menghabisi Yoga?Setelah menghabisi beberapa orang yang menyerangnya itu, Yoga pun mematahkan leher Andi tanpa ragu. Pada akhirnya, Andi mati dengan mata membelalak. Dia tidak menyangka dirinya ternyata akan mati di tangan Yoga yang dia rendahkan selama ini.Begitu Andi tewas, semua orang di lokasi langsung geger dan buru-buru melarikan diri. Jika tidak kabur secepatnya, mereka mungkin juga akan dibunuh oleh Yoga.Dalam sekejap, kematian beberapa orang di Klub Harmoni juga tersebar hingga ke telinga empat keluarga besar d
“Aku meneleponmu karena ada orang yang memintaku untuk menyuruhmu mengampuni Kelvin. Nak, hebat juga kamu ya! Tindakanmu itu sudah menggemparkan seluruh Kota Terlarang. Saat ini, nggak ada satu orang pun yang nggak mengetahui namamu,” jelas Dirga.“Siapa yang meminta bantuanmu? Suruh dia mencariku sendiri,” ujar Yoga.Dirga menjawab, “Dia nggak bisa menunjukkan diri.”“Oh, ya sudah kalau begitu,” kata Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia langsung memutuskan sambungan teleponnya.Beberapa detik kemudian, Dirga menelepon balik dan memaki, “Sialan! Kamu benar-benar sama keras kepalanya dengan ayahmu!”“Pak Dirga, aku lagi sibuk. Kalau orang itu nggak bersedia menunjukkan diri, jangan ganggu aku lagi,” tutur Yoga.“Ya sudah, aku akan menyuruhnya bicara langsung denganmu,” jawab Dirga. Setelah itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang asing, “Halo.”Yoga berusaha mengendalikan emosinya dan bertanya, “Siapa kamu?”Orang itu menjawab, “Kamal Lukita.”Kamal Lukita? Dia adalah mantan pe
Raja Kegelapan berkata, “Bos, apa yang akan kamu lakukan untuk memancing Pak Kamal keluar?”“Dengan membunuh orang ... banyak, banyak orang,” jawab Yoga. Dia menyadari bahwa Kamal sepertinya sangat peduli pada Keluarga Juanda. Jika tidak, Kamal tidak mungkin meneleponnya secara pribadi. Apabila dirinya membunuh seluruh Keluarga Juanda, Kamal pasti akan menunjukkan diri. Dia memang tidak yakin apakah Kamal adalah dalang aslinya. Namun, Kamal mengetahui tentang hal ini dan tidak bersedia mengatakannya. Baginya, itu adalah dosa yang berat. Setelah itu, Yoga pun kembali ke Rumah Sakit Kumara.Begitu melihat Yoga, Lili langsung memeluknya dan berkata, “Kak, akhirnya kamu kembali juga. Kamu nggak apa-apa, ‘kan?”Yoga mengelus rambut panjang Lili dengan penuh kasih sayang dan menjawab, “Kakak baik-baik saja kok. Lili, aku sudah membalaskan dendam Ayah dengan membuat Kelvin merasakan konsekuensi berat.”Begitu mengungkit tentang ayah mereka, Lili pun hampir menangis. Di sisi lain, Karina ber
“Berengsek!” maki Yoga. Keluarga Juanda benar-benar sudah tidak waras lagi hingga berani menyuruh orang yang masih hidup untuk menikahi orang yang sudah meninggal.Begitu mendengar jawaban itu, Karina sekeluarga juga tercengang. Kemudian, Ambar bertanya, “Ada apa ini? Kenapa empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran yang legendaris itu memberi perintah untuk membunuhmu dan kami? Yoga, apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan?”“Nggak apa-apa. Aku hanya menagih utang mereka pada keluargaku,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Gatot langsung murka dan berseru, “Sialan! Mereka itu empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran! Gawat! Tamatlah riwayat kita kali ini! Diincar salah satu dari mereka saja kita sudah pasti mati, apalagi lima keluarga sekaligus! Ibu, Kak, gimana ini?”Ambar pun merasa sangat ketakutan dan mulai menangis sambil berkata, “Karina baru mendapatkan kembali Perusahaan Farmasi Avanti dengan susah payah. Awalnya, aku kira kita