Share

58. Gara-gara Pewarna Bibir

Ternyata Bara merealisasikan ucapannya, dua hari kemudian proses untuk mendaftarkan ke pengadilan agama sudah selesai. Hari ini Bara dan Nia harus ke pengadilan untuk menghadiri sidang pernikahannya.

“Memang harus ya kita datang, Mas?” tanya Nia yang masih belum mengalihkan pandangannya dari cermin besar di kamar.

“Hmm!” Bara hanya bergumam menjawab pertanyaan Nia.

“Irit banget sih, jawabnya,” gerutu Nia. Wanita itu tidak suka kalau Bara hanya menjawab seperti itu.

Bara hanya melirik sekilas ke arah sang istri. Setelah ia menyelesaikan aktifitasnya memakai baju batik, pria itu segera menuju tempat sang istri berada. Tangan Bara terulur menyisipkan di pinggang Nia.

“Mas, ih ...!” Nia memukul pelan tangan Bara yang sudah bertenger di perutnya. “Lepas deh, gerah nih.” Itu hanya alasan Nia saja bilang gerah. Sejujurnya sejak dinikahi Bara dirinya masih merasa canggung dengan pria itu.

Selama ini Nia hanya menganggap Bara sebagai Dosen, Rektor dan majikannya saja. Nah, ketika saat ini pria
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status