“Elisa, hari ini, kamu tidak usah kerja, ikut saya jalan jalan saja.” Kata Hendrik santai.
“Mau kemana kita?” Tanya Elisa.
“Ikut saja, nanti juga kamu tahu, Darren, kamu tidak ada kerjaan bukan? Kamu juga ikut, John, Hayo kita ke tempat Markus.” Kata Hendrik.
“Hendrik, kamu tidak akan hukum saya lagi,Kan?” Tanya Darren risih.
“Apa kamu kira saya gila? Orang tak salah saya hukum, manusia yang saya hukum adalah mereka yang pernah berbuat salah sama saya, kamu dulu pernah menghina saya jadi pencuci celana dalam wanita, karena itulah kamu mendapat hukumannya. “ Kata Hendrik santai sambil berjalan keluar dari ruangan serba guna menuju Lift.
Dan Mobil telah menunggu di lobby , ternyata Samuel masih berdiri di depan pintu utama
Hendrik naik ke mobil diikuti dengan Elisa , John dan Darren, mereka rencana langsung pulang ke rumah, tapi ditengah jalan Elisa ingin makan di restoran terkenal di smalltown dan akhirnya disepakati makan malam di restoran hotel Ambassad yang ada di kota ini. Small menurunkan mereka di Lobby Hotel dan nanti dia menyusul. Tapi dikarenakan Hendrik memakai celana pendek, satpam hotel itu tidak mengizinkan dia masuk dan John marah, mau memukul satpam itu dan Hendrik menyuruh John memanggil manager hotel itu. “Apakah kamu kenal dengan Manager hotel ini dan kalau bisa pemilik hotel ini.” Kata Hendrik santai. “Saya tidak kenal Tuan Muda, tapi mungkin dia kenal Wilson bersaudara.” Kata John lirih. “Saya kenal dengan Tuan Smith,
Menjelang pagi, Hendrik terbangun sendiri dan dia ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan di saat istri dan mertuanya bangun, sarapan telah tersedia. “Mari makan, setelah makan siap siaplah hari ini kita akan melihat rumah dan membelinya.” Kata Hendrik sambil makan. Setelah makan Hendrik bersiap , kali ini dia memakai pakaian bermerek dengan lengkap, jas dan celana panjang kain. Elisa sedikit kaget , ketika melihat penampilan Hendrik, tanpa disadarinya Elisa menatapnya dengan terpesona, sekarang melihat Hendrik dengan pakaian yang keren itu, makin terlihatlah tampannya dan wibawanya. Melihat Elisa terbengong melihat penampilannya , Hendrik mendekat dan mencium kening istri tercintanya. “Hayo, mari kita berangkat, mana kunc
Mendengar perkataan ayah mertuanya, Hendrik cuma tersenyum dan menyuruh Small berhenti di kantor pemasaran dan dia juga mengajak Small ikut masuk. “Small, di kantor pemasaran kamu parkir mobil, mari kita masuk bersama sama, nanti kamu yang bicara dengan staf nya, katakan saja kita mau beli rumah dan minta dia mengajak kita melihat rumah contoh.” kata Hendrik santai , Lalu turun dari mobil ketika mereka sampai di kantor pemasaran dan mengajak ke dalam kantor itu untuk melihat lihat. Amanda mengajak Elisa dan Benhard untuk melihat lihat rumah miniatur dan mengagumi ke mewahan rumah rumah itu. Hendrik membiarkan mereka keliling sedangkan dia sendiri berdiri disamping pintu menunggu kedatangan Small. Dasar dunia
Ketika para staf sampai, keluarga Nicken sedang duduk dengan bingung dan melihat pintu gerbang dengan ketakutan.Mereka bingung apa tadi yang membuat mereka terlempar dan rasa sakit sekujur badan sampai sekarang tidak tertahankan dan mereka merasa seluruh badan mereka lemas dan tidak bertenaga.Ketika mereka melihat ada mobil yang menjemput , mereka berusaha berdiri dan waktu mobil sampai mereka masing masing naik ke mobil dan bingung, Mengapa tidak ada seorang juga yang membantu mereka.“Mengapa kalian hanya melihat saja? Apakah seperti ini pelayanan para staf di perumahan ini?” Tanya Samuel gusar.“Maaf, selama ini para pengunjung tidak pernah mau menghampiri rumah ini, mereka hanya melihat saja dari jauh, hanya kalian saja yang memaksa mau lihat ruma
“Mau apa mereka menyelidiki kamu?” Tanya Elisa ingin tahu. “Mereka bingung, bagaimana saya dari seorang pecundang bisa menjadi seperti sekarang dan bisa membelikan mertua sebuah mobil, biarpun tidak terlalu mahal, dan mereka curiga kamu memakai uang keluarga Nicken.” Kata Hendrik memberitahu. “Jahat, saya bekerja sepenuh hati , mereka malah mencurigai saya.” kata Elisa marah. “Sudah, kita bicarakan nanti saja, tuh pelayan sudah memanggil kita makan.” Kata Hendrik menenangkan Elisa. Lalu mereka keluar dan Hendrik bertanya kepada para pelayan :”Apakah kalian telah menyelesaikan pekerjaan rumah kalian , hari ini?” “Sudah, tinggal memasak untuk makan malam dan menyelesaikan perabot makan siang.” Kata mereka.
Makan malam Hendrik menghidangkan makan sederhana saja, karena sesudah makan dia mau membuat janji dengan Wilson bersaudara, dan setelah makan Elisa yang merapikan meja makan. Hendrik berjalan ke kamarnya dan Amanda menghentikannya… “Hendrik, saya lihat sejak pulang dari tugas kamu selama sebulan dan sejak kalian menjadi suami istri sah secara hukum dan …., kamu makin sering membuat Elisa melakukan pekerjaan rumah.” Kata Amanda tidak senang. “Sudahlah bu, saya yang mau, sudah jangan mengganggu Hendrik, Hendrik sedang berusaha membuat Wilson Bersaudara membantu dia untuk bicara dengan Tuan Muda Snowander, agar kita bisa membeli rumah yang ada di atas gunung, ibu mau tidak, punya rumah itu?” Tanya Elisa santai. “Mau banget,” Jerit Amanda “ Nanti saya dapat tempat juga
Keesokan harinya, sesudah sarapan yang dimasak oleh Hendrik, untuk masak masih dilakukan Hendrik, karena selama ini hanya masakan Hendrik yang terasa enak dan nikmat, hanya bahan bahan masakannya sudah di beli oleh para pelayan. “Elisa, ayah dan ibu, hari ini saya mau pergi dengan Wilson Bersaudara untuk membeli rumah itu dari Tuan Muda Snowander. Dan ibu, saya pesan sekali lagi, masalah rumah jangan sampai bocor ke keluarga NIcken, jika hal itu terjadi, dengan berat hati, ibu dan ayah tetap tinggal disini dan tidak bisa mengikuti saya dan Elisa tinggal di istana itu, itu pesan dari Tuan Muda Snowander.” Kata Hendrik , kembali memberitahukan mertuanya. Tapi Hendrik yakin, Amanda pasti akan menceritakan hal itu dengan bangganya. “Elisa, saya berangkat dulu, hari ini kamu ke kantor bukan? Buatlah janji dengan Maureen.” Kata Hendrik.
Mendengar semua itu, Hendrik hanya bisa tersenyum. “John dan Hans, kalian urus dokumennya, cantumkan untuk operasionalnya saya serahkan kepada kalian berdua untuk memantau kelangsungan bisnis perumahan ini dan manajer nya tetap dia, kamu , siapa nama kamu?” Tanya Hendrik kepada manajer. “Saya Simon Lee.” kata manajer. “Baiklah, urus saja urusan kalian, saya mau lihat keadaan kantor di luar, saya tunggu di lobby, setelah selesai, datangi saya.” Kata Hendrik keluar dari ruang VVIP itu ditemani satpam. “Kamu, siapa nama kamu?” Kata Hendrik. “Saya Andrew Tan, “ Kata satpam. “Baiklah, setiap saya datang kemari, kamu harus kawal saya, karena saya tidak mau dan malas berurusan deng