Apa yang akan dialami hendrik lagi?
"Baiklah, Kevin bawa mereka ke ruang hukuman dan kamu Matius kumpulkan ke enam puluh budak, biar mereka melihat hukuman yang akan diterima Hendrik." Perintah Margareta kepada Kevin dan Matius.
"Ya, nyonya besar." kata Kevin.
"Ya, nyonya besar." kata Matius.
Kevin dan Matius secepatnya mengajak Hendrik dan Kaivan menaruh barang belanjaan dan Kevin mengajak Hendrik dan Kaivan ke kamar hukuman sedangkan Matius memanggil pengawal untuk membantunya memanggil para budak yang masih tersebar di dalam kastil untuk bekerja di bagian mereka masing masing.
Para budak dipekerjakan sebagai pelayan kasar, ada yang jadi tukang kebun, ada yang jadi tukang bersih bersih dan mereka terseba
Hendrik menarik nafas, menunggu mereka semua meninggalkan kamar hukuman dan setelah dia merasa sudah tidak ada aura sihir Margareta, Hendrik menggunakan energi sekitar membersihkan sihir pada dirinya dan untuk menghilangkan sakit yang dideritanya sekarang. Setelah menyembuhkan dirinya sendiri Hendrik berusaha tidur dan dia sadar lukanya di badannya paling cepat sembuhnya sekitar tujuh atau delapan hari dan jika dia harus dihukum lagi luka ini sepuluh hari juga tidak akan sembuh terutama luka di telapak tangannya. Hendrik terbangun ketika merasakan mukanya sangat panas dan dia sadar margareta telah menggunakan air hangat yang menyengat untuk disiram ke mukanya dan itu pasti akan membuat muka itu bengkak tapi tidak sampai melepuh, karena Hendrik telah menggunakan sihir tingkat tinggi , sihir diatas Margareta sehingga Margareta tidak menyadarinya, untuk melindun
Bersediakah Hendrik menerima hukumannya atau dia akan mengakhiri sandiwara dia? Mengakhiri sandiwara ini, hmmm, itu bukan kamus Hendrik, justru dia ingin melihat sampai dimana kekejaman keluarga Kastara ini. Matius mengajak Hendrik ke belakang kastil ini dan terlihatlah hamparan rumput yang setinggi pinggang manusia dewasa. “Kapan lapangan rumput ini ada disini.” Tanya Hendrik. "Tanah ini telah milik Kastil ini setelah orang tua Hendrik meninggal, Kastara mengusir pemilik kastil sebelah dan ini merupakan salah satu aset keluarga Kastara di luar kastil Snowander." Matius menjelaskan. “Lalu pemiliknya mana?” Tanya Hendrik. “Pemiliknya telah meninggal dan anaknya merupakan sala
Apakah yang dilihat Hendrik? Ruangan budak hanyalah ruangan yang kosong, tanpa alas apapun dan para budak tidur berjejer tanpa ada ruang kosong , mereka saling bersentuhan tidur dengan telentang berjejer dua puluh orang dan ke depan susun tiga , jadi pas enam puluh orang dan di depan pintu ada tiga bakul yang berisi ubi rebus, mereka tiap orang mengambil satu butir dan langsung ke tempat masing masing istirahat sambil menahan lapar. Tiap sudut ada kamar kecil yang ada kran untuk mengalir air tawar bersih, jika mereka masih lapar, mereka mengisi perutnya dengan air tawar. Bagi yang luka, lukanya dibiarkan keluar darah dan ada yang sudah bernanah tapi tetap tidak diobati sebelum mereka pingsan dan dapat dibayangkan rasa sakit itu. Hendrik diam diam berbalik menuju ke k
Apa yang ditunggu oleh Hendrik? Ya, Hendrik sedang menunggu kesempatan untuk melaksanakan rencananya dan dia sedang memperhatikan sekitarnya. Menjelang pagi, para budak kembali dikumpulkan di pekarangan depan untuk dibagikan tugas yang harus mereka lakukan hari ini. Dan Hendrik disuruh membersihkan kolam air panas yang ada di sisi timur dari kastil ini. Matius mengajak Hendrik ke kolam itu. Terlihatlah kolam yang penuh lumut dan sampah itu, airnya pun berwarna kehijauan. “Itu di kamar kecil itu ada alat alat untuk membersihkan kolam ini, kamu dikasih waktu tiga hari untuk membersihkan kolam ini, tidak perlu balik ke kamarmu, jika kolam ini belum bersih” Kata Matius menjelask
Rahasia apakah di balik batu itu? Malam pertama, Hendrik tidur di luar di samping kamar kecil itu, kamar kecil itu terlalu kecil untuk Hendrik tidur di dalamnya, jadi dia tidur di depan kamar itu, untung tudung di depan kamar itu agak lebar, sehingga hujan juga tidak dapat membasahi badan. Hari ini Hendrik tetap belum diberi izin untuk memakai baju, jadi Hendrik masih memakai celana pendek yang telah basah terkena air kolam. Menjelang tengah malam, ketika Hendrik baru mau memejamkan matanya, sayup sayup dia mendengar bunyi sesuatu dari samping kolam. Hendrik bangun dan memeriksanya. Didapatilah dibawah batu besar itu sayup sayup ada suara memanggil dirinya dan juga terlihat cahaya yang warna warni seperti pelangi.
Cairan apalagi yang diberikan Margareta? Hendrik masih berada di tengah kolam membersihkan kolam dan Kevin datang memanggilnya untuk menerima titipan Margareta. Hendrik berjalan ketepi, tapi tidak naik, masih di dalam kolam dan menerima cairan ungu itu dan meminumnya , begitu juga dengan kue dadar itu dimakan habis oleh Hendrik dan dia berjalan pergi lagi menuju sampah sampah yang berserakan. “Hendrik, kenapa saya lihat kamu sangat santai, diam saja menerima hukuman yang tidak semestinya.” Kata Kevin tidak senang. “Anggap saja main dan latihan untuk memperkuat diri saya.” Balas Hendrik santai sambil melihat dan memantau Kevin .Apakah dia dititipi sihir pemantau oleh Margareta. Dan ternyata tidak.
“Nyonya Margareta menyuruh saya memantau kamu, apakah setelah tiga jam kamu akan kesakitan akibat racun sihir yang dia berikan, Tahukah kamu tadi dia datang kemari melihat kamu, dan dia melihat kamu tidak menunjukkan kesakitan padahal telah tiga jam berlalu.” Kata Kevin. Kevin menjaga Hendrik dan memantaunya sampai tiga jam terlewati dan Hendrik benar, tidak terlihat sakit, melihat itu Kevin secepatnya memberitahu Margaretha, sayang Margareta sedang di kamar meditasi dan tidak bisa menerima laporan. Matius juga sedang menunggu Kastara dan kedua anaknya untuk memberitahukan mereka untuk jangan mengganggu Margareta. Hendrik di kolam sedang memantau keadaan kolam ini dengan tenaga immortalnya, dia juga mencari tahu kenapa sihir Margareta tidak dapat menguasai kolam ini?
Keesokan harinya, sampah di kolam sudah bersih, tinggal membuang airnya dan membersihkan kolam dari lumut hijau. Tinggi kolam ini hanya se pinggang orang dewasa. Hendrik mencari penutup lubang untuk membuang air dan didapati ada di dinding bagian bawah berlawanan arah dengan mata air panas ini. Hendrik mencoba membukanya dan ternyata susah sekali, ketika dia mau menggunakan tenaga immortalnya, Genan menjerit melarangnya. “Jangan tuanku, lihat dulu ada apa di permukaan tutup itu.” Kata Genan menjerit di telinga Hendrik. Hari belum terang, jadi untuk melihat lebih jelas, Hendrik harus membenamkan kepalanya dan menghampiri tutup itu. Tutup itu dihubungi oleh rantai yang ujungny