Keesokan harinya, setelah sarapan mereka berencana ke rumah Elisabet dan membiarkan pelayan membersihkan rumah dan melakukan kegiatan rumah tangga yang lain.
“Hari ini, kalian tidak perlu masak, nanti jika semua pekerjaan kalian sudah selesai, kalian boleh pulang, kunci rumah berikan ke Tuan Hans saja, saya ada duplikatnya.” Kata Hendrik kepada tiga orang pelayan yang sebenarnya disuruh menjaga keselamatan Elisa dan ayah ibunya di saat Hendrik tidak ada di rumah, dan sedang melakukan misi di istana keluarga Snowander waktu itu.
Dan supaya keluarga Elisa tidak curiga, jadi mereka tetap dipakai oleh Hendrik untuk mengurus rumah tangganya.
Mereka memakai mobil Hendrik yang dikendarai oleh Small dan mereka bersama menuju ke rumah Elisabet.
“Ibu, perlu saya telpon Elisabe
Apa ya, rencana Hendrik selanjutnya? Darren dan Elisabet mengeluh dalam hati sepanjang jalan, mereka takut Hendrik ada rencana tertentu kepada mereka, jadi mereka was- was sepanjang jalan. Melihat kelakuan mereka dari spion mobil, Hendrik ingin tertawa, sebenarnya sejak dia mendapat perlakuan tidak enak dari keluarga Kastara, Hendrik sudah malas menghukum Elisabet dan Markus. Hendrik berencana jika dalam beberapa bulan ini, Elisabet dan Markus bisa berubah, dia akan membebaskan mereka, untuk menjalankan kehidupan mereka seperti biasanya. Parkir saja di basement, tidak usah di lobby, biar kami naik memakai lift, kalau kamu mau makan , bisa ikut kita, masuk saja nanti ke restoran imperial.
Dengan cepat pelayan keluar dari kamar dan meminta rekannya yang melayani tamu dari kamar VIP itu, dan dia mencoba melayani kamar VVIP, tapi begitu dia memasuki kamar itu. Hendrik membentaknya:” Keluar kamu dari ruangan ini, saya tidak membutuhkan kamu disini dan mulai sekarang setiap saya datang, kamu jangan menunjukkan diri kamu ke hadapan saya.” Kebetulan manager restoran ini ada di ruangan ini dan dia bertanya :” Ada apa? Mengapa tuan Hendrik marah?” “Karyawati kamu memiliki mental baja, tadi dia bermaksud melarang Tuan Hendrik masuk ke restoran, malah Tuan Darren yang merupakan adik ipar yang biaya perkawinannya dia yang bayar lunas diizinkan masuk, menurut kamu, apa kebijaksanaan restoran ini?” Tanya Hans sambil melotot manager. Hendrik tidak menghiraukan merek
Darren hanya dapat menarik nafas dan keluar mau ke toilet dan diikuti oleh Hendrik. “Darren, saya memberikan keringan untuk kalian, mulai sekarang kurangi hukuman untuk Elisabet, nanti saya mau dia belajar makan di kursus masak, kamu harus memerintahkan dia belajar dan saya juga mau dia belajar di sekolah Etika, biar dia bisa sehebat Elisa dan untuk kamu, ajukan proposal biar kamu ikut menjadi pemenang proposal dan jika kamu sudah terpilih, kamu harus bantu Elisa, karena saya mau menjadikan dia pemimpin kalian semua pemenang tender satu triliun itu, kamu mengerti?” Kata Hendrik sambil berjalan keluar toilet. Dan di depan toilet kembali ada hal yang tidak enak. Sepasang pria dan wanita menabrak Hendrik. Tapi justru yang marah adalah mereka. “Hai, Pengemis kumuh, kenap
Selesai makan, mereka ke mall yang ada di samping hotel Hendriata ini dan kedua bangunan baik hotel maupun mall adalah milik perusahaan Hendro N Company. Hendrik selama menjadi pemilik perusahaan itu belum pernah ke mall untuk melihat keadaan seluruh mall, hanya pernah sekali bersama Elisa untuk merayakan ulang tahunnya. Jadi belum banyak yang menyadari bahwa Hendrik ini adalah pemilik mall. Kadang kadang mereka berpapasan dengan pemegang saham , pelayan dan satpam, banyak di antara mereka bertemu hanya menegur Darren dan mengacuhkan Hendrik. Darren merasa tidak enak dan lalu berjalan di samping Hendrik sambil berkata:” Hendrik, mari kita membeli pakaian bermerek untuk kamu pakai sehari hari.” “Untuk apa? Saya jarang kel
Mendengar itu Hendrik tersenyum dan berjalan dengan santai ke kantor Silly. Setelah masuk ke kantor Silly, Hendrik langsung berkata dengan ketus kepada paman dan bibinya. “Untuk urusan apakah kalian datang kemari, paman dan bibi?” Tanya Hendrik sambil berjalan menghampiri kursi pemimpin yang ada di belakang meja. Melihat tingkah laku Hendrik, SIlly marah besar dan akan menghampiri Hendrik, tapi tangannya di pegang oleh Margareta dan dia berkata:” Jangan Lancang, dia adalah Tuan Hendrik Snowander, pewaris sah perusahaan Snow dan sekarang adalah ketua perkumpulan jaringan hitam bawah tanah, jika kamu mau urusan ayah kamu selesai , dengarkan apa maunya Tuan Hendrik ini.” “Bagaimana nona Silly? Sudah puas sekarang kamu?” Tanya Hendrik dengan ketus.
Kehidupan lain apakah yang menanti Hendrik? Hendrik mengajak Elisa, Elisabet, Darren dan kedua mertuanya mengelilingi mall, sejak dia memakai pakaian bermerek, tiada orang yang mencibirnya tapi juga tidak mengaguminya, ya karena dia hanya memakai kaos dan celana pendek. Hendrik tidak menghiraukan dan dia tetap santai melihat lihat dan kadang kadang masuk ke toko tertentu, seperti sekarang, Hendrik ingin membelikan sepatu untuk Elisa dan dirinya sendiri. “Elisa, mari kita masuk ke toko sepatu ini, saya mau membelikan kamu sepatu, kamu cari sepatu yang bagus untuk diri kamu, ibu juga belikan, Elisabet, jika kamu mau, kamu juga boleh pilih, nanti saya yang bayar semuanya.” Kata Hendrik. Mendengar itu, ayah mertuanya bertanya:” bolehkah dia juga ikut memilih.”
Akhirnya mereka makan di ruangan makan di kamar khusus ini dan setelah selesai mereka pamit pulang. Sepanjang pulang, Amanda ingin menanya sesuatu ke Hendrik, tapi karena Hendrik duduk di depan jadi Amanda tidak jadi berbicara. Elisabet tahu ibunya ingin menanyai Kakak iparnya, karena itu dia berkata:” Bu, nanti saja, tanya di rumah, berhadapan muka lebih enak.” “Baiklah, saya akan menanyai nya ketika sampai di rumah.” Kata Amanda mencoba sabar. Hendrik mendengar pembicaraannya hanya tersenyum dan dia juga berkata:” Small. Turunkan kami dulu di rumah, lalu kamu antarkan Elisabet ke rumahnya, mobil taruh saja di kantor.” “Baik, Tuan Hendrik.” kata Small dengan patuhnya. Amand
Keesokan harinya, Elisa keluar dari kamar dengan malu malu dan Hendrik terlihat bahagia sekali. Semua keadaan itu terlihat oleh Amanda. “Ada apa dengan kalian berdua? Mengapa terlihat berbeda? Apa yang terjadi semalam? Tanya Amanda bingung. “Hendrik, kamu kapan mau masak sarapan untuk kami?” Tanya Amanda lagi. “Sekarang Bu, sebentar lagi selesai, kamu mau makan apa , sayang?” Tanya Hendrik kepada Elisa. “Apa yang kamu katakan, Hendrik? Ulangi sekali lagi.” Kata Amanda dengan nada tinggi. “ Sudahlah, Bu. Semalam kami sudah menjadi suami istri sebenarnya?” Kata Elisa. “Apa? Bukankah kamu mau menceraikannya?” Kata Amanda marah.