Mendapati dirinya terombang-ambing, Wu Shi mengangkat tangannya ke atas dan berharap pertolongan akan datang. Sesosok pria berpostur tubuh besar datang mendekati. "Kau ...tolong aku. Aku tidak kuat lagi," ucap Wu Shi. "Tidak bisa.""Kenapa? Apa kau berniat membunuhku?" Ia bertanya dengan setengah sadar."Mana mungkin aku begitu, Tuan. Ini sebuah ujian."Sayup-sayup ia melihat dan mendengar suara petani. Mengenai ujian yang sama sekali tidak membuat Wu Shi tertarik, mengapa harus diutarakan saat ini juga?"Ujian?""Ya. Mohon tunggu sebentar. Aku pun yakin semua akan berjalan lancar.""Ujian katamu. Aku memang memikirkannya tapi tak berniat mengerjakannya."Petani itu tidak menjawabnya sama sekali. Ia diam sembari memejamkan mata dan melihat Wu Shi yang perlahan tenggelam dalam lava dan api yang terbakar. Bukan air sungai yang mengalir, melainkan muntahan gunung yang tersebar di sekitar. Wu Shi dapat bertahan di sana dalam kondisi tak sadar apa yang sebenarnya terjadi padanya. Ia se
Jika berjumpa dengan seseorang yang akan membunuhnya, tentu saja Wu Shi akan naik pitam. Ia tak mau kehancurannya akan datang secepat ini. Wu Shi harus bertindak lebih cepat, itulah yang ia pikirkan saat bertemu pandang dengan sesosok lelaki yang memiliki luka di sebelah matanya.Di satu sisi, lelaki yang juga sadar ada tatapan membunuh, ketika ia berbalik badan, ia pun langsung menemukan orangnya. Berpikir bahwa Wu Shi adalah musuh, baik lelaki itu maupun Wu Shi, keduanya langsung mengangkat senjata."Tuan?"Tap!Hentakkan langkah kaki yang kuat, menghempas debu dengan angin di kakinya. Wu Shi dan lelaki itu kini mulai beradu pedang dengan saling mengeluarkan hawa membunuh. Penjaga Jang, atau bahkan orang-orang lainnya tercengang akan pertarungan yang terjadi di dekat mereka. Sontak mereka semua lekas menghindari jangkauan mereka agar tidak terkena serangan atau bahkan terlibat oleh kedua pendekar itu."Tongkat? Bukan tombak?" gumam lelaki itu bingung."Aku akan membunuhmu!" seru Wu
Semenjak kembali ke masa lalu, garis waktu ini sudah berbeda dari garis waktu aslinya. Awalnya Wu Shi berpikir, setiap kejadian takkan berubah selama Wu Shi tidak mengubahnya. Namun kemudian ia sadar setelah berusaha bertemu dengan Guru Ming Hao di malam itu. Pertemuannya mengubah kondisi Ming Hao dari menghilang menjadi mati. Wu Shi menyalahkan diri sendiri tapi ia sadar bahwa itu tidak ada gunanya. Mungkin saja di garis waktu sebelumnya, Ming Hao juga tewas tapi berita itu diubah oleh pengkhianat.Kemudian, salah satu perubahan terbesarnya adalah, hukuman pengasingan Wu Shi. Ia yang dulunya tak tahu apa-apa, sekarang sudah berbeda. Kini ia sudah mengetahui apa rencana pemimpin kultus yang sebenarnya. Dengan mengadakan ujian pada para calon pewaris maka suatu saat kultus akan terselamatkan. Dalih hukuman pengasingan, ujian tersebut diadakan diam-diam. Hasilnya, sudah 3 orang yang telah menjalani ujian itu, salah satunya adalah Wu Shi. Lalu,"Hei, apa kau mengenali orang itu?" tany
Tak ada seorang pun yang berniat menghentikan mereka berdua yang mulai mengangkat senjata masing-masing. Di tempat yang berada di halaman belakang distrik, cukup luas dan sangat terbuka tanpa adanya satu pun halangan seperti pepohonan atau sejenisnya. Baik Zhu Jiancheng maupun Wu Shi, keduanya ingin membuktikan diri di pertarungan ini bahwa mereka itu kuat dan tidaklah lemah seperti yang diduga. "Jika kau mati, ah, tidak. Aku berjanji tidak akan membunuhmu karena aku merasa kasihan dengan keluargamu. Lalu jika kau cacat karena diriku, tak perlu khawatir karena aku akan bertanggung jawab sepenuhnya pada bocah sepertimu.""Bicaramu terlalu panjang. Mau kau ingin tanggung jawab atau tidak, aku tidak peduli. Lagi pula aku yang menantangmu.""Baiklah. Aku Zhu Jiancheng. Calon pewaris pertama.""Aku Wu Shi, calon pewaris ketiga." Meski sebenarnya Wu Shi enggan mengatakan posisinya saat ini, karena merasa benar-benar ingin menjalani ujian."Ketiga 'kah? Kupikir yang kedua.""Tidak perlu be
Kurang pengalaman, tidak mengenggam senjata berbilah tajam. Kuda-kuda yang sudah mantap seolah ribuan berlatih dan bertarung, tatapan mata yang siap membunuh dan dibunuh. Semua hal itu dimiliki oleh seorang lelaki yang jauh lebih muda darinya, Wu Shi. Saat mengetahui itu, Zhu Jiancheng menggertakkan gigi gerahamnya seraya berdecak kesal lantaran harga dirinya jatuh karena dikalahkan oleh seorang pemuda itu. "Tidak bisa dibiarkan." Zhu mengepalkan sebelah tangan, lantas beranjak dari tepian ranjang, ia memutuskan untuk pergi menuju ke suatu tempat yang tak jauh dari tempat penginapannya."Anda ingin ke mana?" Penjaganya yang berada di luar kamar bertanya.Zhu Jiancheng menjawab, "Aku akan pergi sebentar. Jangan ikuti aku."Tempat yang ia datangi tak lain dan tak bukan adalah kamar Wu Shi.***Tidur begitu pulas setelah melakukan banyak hal, Wu Shi perlahan membuka kedua matanya saat sadar ada sesuatu yang dingin menyentuh lehernya. "Kau memang kurang pengalaman, Wu Shi. Jika aku se
"Kenapa tidak?""Sudahlah. Percayakan saja padaku. Aku akan membantunya sadar kembali, jadi kau bisa tunggu di kejauhan sambil bersorak akan pertandingan yang sebentar lagi akan dimulai.""Pertandingan?"Sesuai ucapan Wu Shi, ia berniat membantu Zhu Jiancheng untuk kembali sadar. Tapi ia juga berbuat menjadikan Zhu sebagai lawan latihannya guna memaksimalkan teknik-teknik kuat yang baru saja ia pelajari dari buku bela diri.Kali ini berada di bawah wilayah luar distrik. Karena sudah sangat malam, maka takkan ada yang menganggu bahkan melihat mereka berdua. Terlebih akan sangat malu bagi Zhu Jiancheng yang aibnya terbuka di depan umum."Aku prihatin padamu, saudaraku. Roh jahat merasukimu, dan ini terlihat seperti teknik terlarang namun tidak sempurna. Tenang saja, aku akan membantu. Karena itu lawanlah aku sekuat tenaga."Tak!Ujung tongkat bagian bawah dihentakkan, membuat suara sedikit keras dan Zhu Jiancheng yang dalam kondisi tidak waras ini pun melirik ke arah suara yang keras.I
"Kakak?" Tanpa sadar Zhu memanggilnya kakak, lantaran pandangannya yang agak berbayang membuat ia melihat sosok kakak perempuan di dalam diri Wu Shi."Oh, astaga. Apa yang terjadi?"Sesaat setelah air mata mengalir, darah segar pun ikut mengalir keluar dari matanya. Perlahan wujud Zhu bagaikan seekor mahluk buas telah kembali ke bentuk aslinya, manusia. "Ingatan apa ini?" gumam Zhu Jiancheng seraya memegang kepala dengan mata terpejam. Ingatan yang mengalir dalam benak Zhu Jiancheng bukanlah ingatan miliknya melainkan milik Wu Shi. Seperti bertukar pikiran dan ingatan. Itulah yang terjadi pada mereka berdua. Duk!Zhu terduduk di dekat Wu Shi yang sampai saat ini masih terbaring lemas. Beberapa kali ia melirik ke arah kanan dan kiri secara bergantian, lantaran bingung dengan suatu ingatan di dalam kepalanya."Hei, Wu Shi. Apa ini ingatanmu?" Ia kemudian sadar setelah mendapati Wu Shi terdiam. Wu Shi tidak menjawab sepatah kata pun, lantas bangkit dari tanah dan lekas pergi menjauh
Setelah berbicara sedikit dengan Zhu Jiancheng. Keduanya kembali ke penginapan. Bersama para penjaga dan juga An, mereka semua berada di kamar Wu Shi dengan satu lilin saja di bagian tengah meja."Pertama-tama, aku ingin bertanya mengenai asal-usul keluargamu?""Maksudmu tentang aku yang adalah keturunan....,""Tidak. Kesampingkan itu." Wu Shi mengangkat telapak tangannya. "Keluargamu saat ini masih ada atau tidak?""Tidak. Kejadian yang kau lihat saat itu adalah hal terakhir yang kupunya tentang keluargaku.""Ah begitu rupanya."Keluarga Zhu Jiancheng sudah lama lenyap, bersamaan dengan sosok kakak perempuan yang ada di ingatan terakhir Zhu Jiancheng. Ingatan yang terburuk."Hidupmu sungguh tidak beruntung. Kalau begitu, aku boleh bertanya tentang kelompok itu?""Boleh saja. Lagi pula kita sudah bersepakat untuk saling membagi informasi. Lalu, apa ada hal yang ingin kau ketahui?""Wajah mereka.""Tidak. Sayang sekali tidak. Aku tidak melihat wajah mereka yang tertutup.""Hm, kalau be