Li kembali ke Kultus Putih, ia menghadap Pemimpin dengan tunduk dan hormat lalu melaporkan kejadian yang ada di kediaman Wu sebelumnya. Agar tidak dicurigai, ia pun mengungkapkan adanya teknik terlarang yang digunakan oleh orang-orang itu. "Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi sepertinya karena kekuatan itu, mereka mati." Meski Li sendiri sebenarnya sudah tahu, bahwa pemimpin kultus yang sedang ia hadapi saat ini tidak akan mendengarkan apa pun yang Li bicarakan. Sebaliknya semua laporannya akan didengadkan seksama oleh pria bertopeng yang sejak awal sudah berada di sisi pemimpin. "Tuan Pemimpin bilang, kau boleh pergi." "Baik." ***Pada siang hari, sedikitnya pengaruh mulai terlepas. Pemimpin Kultus Putih terduduk di lantai dengan terbatuk-batuk keras. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit dan terus-menerus bergetar tanpa henti. Penyebabnya sendiri pun ia tidak tahu sehingga hanya terduduk pasrah sambil berpangku tangan di kursi."Ini yang sudah ke berapa kalinya aku meng
Dengan mencabut gelarnya sebagai pendekar, Wu Chen dapat bergerak leluasa namun itu tidak sepenuhnya karena meski di depan mata sudah tidak akan ikut campur pada masalah kultus, ia tetap diwaspadai sebagai orang yang kuat oleh musuh."Aku hanya bisa berharap yang terbaik untukmu dan anak kita," harap Lin dengan tulus sambil mengatupkan kedua tangannya."Jangan terlalu dikhawatirkan, istriku. Anak kita ataupun aku sendiri takkan semudah itu dikalahkan. Walau mungkin memang anak itu masih belum matang kemampuannya, tapi aku percaya dia akan baik-baik saja di luar sana.""Ngomong-ngomong soal anak itu, bagaimana dengan pernikahannya?" Mengingat di garis waktu yang sebenarnya, Wu Shi telah menikahi seorang gadis cantik dari keluarga biasa-biasa saja, keluarga wanita itu berada di wilayah lain yang jaraknya cukup jauh dari wilayah kultus maupun distrik utama itu sendiri. Dan pada di garis waktu kali ini, Wu Shi masih direncanakan akan menikah dengannya, setelah satu tahun ini. Namun yang
Beberapa tahun yang lalu. Saat awal mula Wu Shi menginjakkan kaki ke Perguruan Tingkat Rendah (bela diri). Di sebuah tempat, yang berada di dalam salah satu ruangan dalam Kultus Putih. Terdapat beberapa orang, seperti Ming Hao dan 3-4 pendekar tingkat menara saat itu. Serta ada seseorang yang baru saja melepas gelarnya sebagai seorang pendekar tingkat menara terkuat, Wu Chen. "Apa alasanmu mengumpulkan kami di sini, Ming Hao?" tanya sebagian dari pendekar di sana. Mempertanyakan alasan Ming Hao yang seolah sedang tergesa-gesa. Kebanyakan dari mereka adalah pria, pendekar yang mampu bersaing satu sama lain. Bahkan jika mereka saling bersaing tuk berebut posisi pasti akan ada nyawa yang dikorbankan. Tapi setidaknya untuk saat ini bukanlah saatnya melakukan hal itu, sebab Ming Hao memberitahukan berita terburuk yang mungkin akan terjadi. "Maafkan aku yang sudah merepotkan kalian semua. Aku punya firasat buruk. Kehancuran Kultus Putih akan datang," ungkap Ming Hao. "Firasat buruk? Ka
Hal tak terduga telah terjadi. Saat duel dilaksanakan di Lingkaran Langit, salah satu murid yang mengalami kekalahan tiba-tiba saja mulai bersikap aneh. Awalnya terlihat baik-baik saja tapi ini semua terjadi begitu cepat. Sebuah goresan hitam muncul di tangan kiri anak itu, dan kemudian anak itu menyerang lawannya lagi yang sudah memenangkan pertandingan tersebut. Tapi satu hal yang diketahui, bahwa anak itu sebenarnya tidaklah menyerang atas kehendak sendiri. "Anak itu seperti dikendalikan. Benar-benar sama persis dengan pengguna Teknik Terlarang lainnya.""Seni terkutuk itu tak seharusnya ada. Apakah ini ulah orang yang sama?""Kupikir begitu." Dua dari Pendekar Tingkat Menara itu tengah berusaha mencari solusi dari kejadian tersebut. Tetapi siapa sangka bahwa pengguna teknik terlarang akan menyebar bak wabah mematikan. Tidak hanya satu atau dua orang, bahkan sekarang sudah ada belasan dari mereka yang mulai mengamuk dan menyerang kawan sendiri."Kacau sudah! Peringatkan pada yan
Chi yang terkutuk, seni iblis, teknik terlarang yang merupakan hal tabu. Banyak sebutan dari itu semua yang mengartikan satu hal yakni, kutukan. Sebuah kutukan yang mampu membuat pengguna sengsara, merasa sakit dan tidak berdaya. Mengalami kecacatan sehingga sudah sangat sulit terutama bagi para pendekar untuk menggunakan chi atau energi dalam mereka. Hal yang sama terjadi di Lingkaran Langit, dan anehnya hal yang terjadi di sana membuat Wu Chen kesakitan. Wu Chen saat itu terpaksa berbaring dengan kondisi lemah tak berdaya. "Suamiku, apa kamu benar-benar tidak apa? Kamu merasa panas dan sakit di sekujur tubuh. Aku ingin memanggil tabib," ucap Lin, istrinya merasa sangat cemas. "Tidak apa. Dan memanggil tabib juga percuma saja. Hal seperti ini tidak bisa disembuhkan. Aku juga sudah bilang bukan?""Iya, suamiku Chen. Tetapi aku tidak tega melihatmu berbaring menahan sakit." "Jangan khawatir. Selama ada istriku di sisiku, aku akan cepat pulih," ucap Chen yang tersenyum. "Kamu ini
Pemimpin Kultus diketahui sudah mati, inilah kabar buruk yang paling tidak diinginkan oleh para pendekar. Wen Hu Jie tidaklah mati di tangan musuh melainkan di tangannya sendiri. Ia melakukan itu dengan kepastian takkan dimanfaatkan lagi oleh musuh-musuhnya. Ketika mendengar berita itu dari Hao Ling, Wu Chen lekas menyuruhnya untuk pergi bersama istrinya. "Penjaga Hao, segeralah pergi dari sini dan bawa istriku juga ke tempat yang aman," pinta Wu Chen kepadanya."Ke tempat yang aman? Ada apa Tuan Wu Chen?" Hao Ling bingung lantas bertanya apa maksud ucapan Chen saat itu. Dan tanpa mendengar jawaban, ia pun sudah mengetahuinya saat pria bertopeng itu datang tiba-tiba. Wu Chen duduk di tepian ranjang seakan bergerak untuk melindungi mereka."Kalau sudah paham, cepatlah pergi.""Baik, Tuan!" Segera Hao Ling pergi melewati pintu belakang sembari membawa istri Wu Chen pergi. Hanya Wu Chen yang menyadari keberadaannya sebelum benar-benar datang, sungguh Hao Ling pun sangat terkejut."Bis
Wu Shi menghilang setelah bertemu dengan pria bertopeng. Pemimpin Kultus Putih, Wen Hu Jie tewas bunuh diri akibat tekanan batin serta tekadnya sendiri yang menghindari agar tidak dapat dikendalikan pria bertopeng. Lalu Lingkaran Langit dipenuhi oleh para pengguna Teknik Terlarang, terutama di kalangan murid yang tidak bersalah.Para pendekar kultus yang ada di sekitar turut membereskan hal itu bersama kedua pendekar tingkat menara. Sebagian besar pendekar lainnya mencari keberadaan Tulang Naga yang seharusnya belum pergi jauh. Sementara di saat yang sama, salah satu pendekar bersaksi atas keberadaan yang mencurigakan, tengah mengincar nyawa salah satu murid—Wang Ji. Lalu, di sisi lain. Bertempat di kediaman Wu. Setelah kedatangan Hao Ling, Wu Chen menyuruhnya untuk pergi bersama istrinya. Lantaran tidak lama setelah itu Wu Chen kedatangan tamu besar yang tidak diundang datang, ialah pria bertopeng. Sesosok lelaki berambut panjang, Pendekar Tingkat Menara Pertama Bayangan, orang ter
Terjadinya suatu musibah di Kultus Putih memang tidak bisa lagi dihindari. Di saat yang sama Wu Shi berada di suatu tempat yang gelap dengan di sekitarnya terdapat dinding tanah. Kedua tangan dan kakinya diikat kencang, serta kedua matanya pun ditutup rapat dengan sehelai kain hitam. Membuat Wu Shi tidak dapat bergerak di satu tempat yang sempit di sana. Beberapa saat sebelumnya Wu Shi belum sadarkan diri, ia sempat pingsan karena pria bertopeng melakukan sesuatu kepadanya. Lalu sekarang begitu ia sadarkan diri, Wu Shi mencari cara agar dapat melarikan diri dari tempat ini. "Talinya diikat kencang, bagaimana bisa aku melepaskannya?" Banyak bekas luka meskipun pendarahan telah berhenti. Rasa sakit di sekujur tubuh masih ia rasakan sampai membuat tulang-tulangnya meringis. Wu Shi hanya bisa berusaha untuk saat ini, melarikan diri dari pria itu, rupanya adalah hal yang tersulit. "Aku sempat bingung. Kenapa dia tidak membunuhku?" gumam Wu Shi bertanya pada diri sendiri.Kemudian sesua