Setelah menelan pil dan memurnikannya selama 1 jam. Banyak dari pemuda yang mengikuti pemurnian tubuh jatuh pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakit. Sementara itu, Il-Pyo masih tak merasakan perubahan sedikitpun pada tubuhnya.
Sungguh pemandangan yang kontras untuk dilihat semua orang. Il-Pyo tak mengeluarkan sebulir keringat pun bahkan setelah 2 jam berlalu semenjak ia menelan Pil. Padahal pemuda lain sudah kuyup dengan keringat dan lendir di tubuh mereka.'Anak itu? Apa sebelumnya dia pernah memurnikan tubuh?' pikir tetua Paviliun Pil Obat yang melihat Il-Pyo tidak bereaksi.Memurnikan tubuh di bawah umur 15 tahun bukanlah hal yang sepenuhnya mustahil. Beberapa Jenius muda dari 6 keluarga terkemuka di ibu kota Kekaisaran Nilam melakukannya di bawah ketetapan itu. Umur 15 tahun hanyalah standar ideal, di mana seseorang tidak akan memiliki risiko ketika memurnikan tubuh untuk memulai kultivasi.Ketika semua telah usai dan berhasil memurnikan tubuh. Li Mei merasa malu dengan kulitnya yang memerah dan lengket. Dia keberadaan yang mencolok, orang-orang tidak dapat mengabaikan pakaiannya yang menciplak karena keringat.Tidak ada yang bisa Li Mei lakukan selain memasang pose mempertahankan diri. Dia sangat malu menjadi pusat perhatian dalam keadaan demikian, Ingin sekali rasanya ia menggali lubang di tanah dan bersembunyi di sana.Untungnya, Il-Pyo cepat melemparkan bajunya yang masih kering pada gadis tersebut. Li Mei sempat enggan menerima namun pada akhirnya memakai pemberian pemuda tersebut. Walaupun tidak menyukai pakaian yang lusuh, itu masihlah bagus daripada membiarkan tubuhnya dilihat banyak orang."Te-terima kasih."Il-Pyo mengabaikan Li Mei setelah berdeham, seolah keberadaan gadis cantik itu tidak menarik sama sekali. Il-Pyo kemudian kembali membalik badannya menghadap panggung. Li Mei hanya bisa memandangi punggung pemuda itu dari belakang. Dan kekesalan membuncah begitu saja tanpa dapat dia pahami kenapa.Di atas panggung, tetua Paviliun Pil Obat maju selangkah dan mulai memberi penjelasan. Agaknya, pemuda-pemuda yang pingsan tidaklah mengalami hal yang sepenuhnya buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa dari mereka mengalami kenaikan tingkat/bintang saat memurnikan tubuh.Seandainya pemuda-pemuda itu memurnikan tubuh di bawah usia aman. Pondasi tubuh mereka yang belum stabil atas pengendalian Qi dapat menyebabkan kecacatan dantian. Alasan mengapa menunggu adalah hal yang lebih baik bagi kebanyakan orang.Para pemuda kemudian diberikan waktu istirahat dan membersihkan tubuh sembari menunggu mereka yang pingsan mendapatkan kesadarannya kembali."Baiklah, kalian sudah cukup istirahat. Dipastikan kalian sudah dapat menyerap Qi sekitar untuk memulai kultivasi serta mengendalikan Qi meskipun terbatas hanya di dalam tubuh. Selanjutnya, kalian diberikan waktu untuk mengalirkan Qi melalui aliran darah ke seluruh tubuh kemudian segeralah naik!"Para pemuda segera berkonsentrasi seperti yang diperintahkan. Kemudian dipanggil ke atas panggung sesuai tata letak sebelumnya mereka berbaris duduk. Pemuda pertama yang naik merupakan Wen Lan. Dengan percaya diri dia melangkah ke atas panggung dan berdiri di antara dua pilar. Semua memperhatikan generasi dari keluarga Wen tersebut.Segera dia melukai tangannya sendiri dengan pisau yang disediakan. Kemudian meneteskan setetes darah hingga dua pilar itu seketika menyala. Satu pilar yang di dalamnya terdapat batu spiritual menunjukkan tingkat kultivasi Wen Lan. Dan satu pilar lagi yang dipenuhi oleh ukiran kuno misterius menunjukkan Afinitas Leluhur-nya."Ranah Semi Petarung bintang 4!" Seseorang dari Kekaisaran segera membacakan apa yang tertera di pilar itu. Kemudian matanya menjalar kembali pada pilar satunya dan berkata lagi, "Afinitas Leluhur tipe Pertahanan!"Seperti yang Wen Lan harapkan dia seberbakat yang dia bayangkan. Orang-orang memujinya dan itu tentu membuat senyum pemuda itu terbit lebih cerah lagi. Dengan Afinitas Leluhur-nya dan tingkatan ranah cukup tinggi itu, dia yakin akan menjadi orang kuat di masa depan.Kemudian pemuda yang berada di depan naik satu persatu secara bergantian. Tidak ada dari mereka yang melebihi bintang 3 ranah Semi Petarung, termasuk Xie yang datang bersama Wen Lan. Agaknya, masih belum ada yang menandingi bakat tuan muda keluarga Wen tersebut.Il-Pyo masihlah berada di barisan depan. Jadi dia kebagian naik panggung cukup lebih awal dari mereka yang berada di belakang. Wen Lan tersenyum seolah tidak sabar menunggu Il-Pyo dipermalukan seperti harapannya. Sedangkan Li Mei memperhatikan Il-Pyo yang sudah ada di antara dua pilar dengan seksama. Begitupun tetua dari Paviliun Pil Obat yang cukup tertarik pada Il-Pyo.Keadaan hening sesaat. Tetesan darah yang jatuh tidak membuat pilar manapun menyala. Setelah Il-Pyo meneteskan lagi beberapa kali, itu masih belum juga bereaksi. Senyum Wen Lan tidak dia sembunyikan melihat pemuda sampah itu sekali lagi akan dihina banyak orang."Konyol sekali! Dia benar-benar datang ke sini untuk mempermalukan diri!""Haha ... aku tahu anak itu! Dia si sampah yang tidak memiliki Qi di tubuhnya!""Aku rasa dia sudah gila. Kalau aku jadi dia, aku akan menghancurkan wajahku karena terlalu malu.""Aku sudah menduga semenjak dia memurnikan tubuh. Sepertinya langit pun tidak berkenan memberinya bakat setelah menelan pil. Membuang waktu dan sumber daya saja! Menjauh dari sana! Aku ingin melihat bakat yang lain!"Wajah tampan Il-Pyo tertutupi oleh ekspresi jeleknya. Cacian orang-orang datang bersahutan satu-persatu. Tetua Paviliun Pil Obat dan orang utusan dari Kekaisaran menghampiri pemuda itu. Kemudian mereka berdua memeriksa kasus yang sangat langka. Atau bahkan hanya terjadi pada Il-Pyo selama ini.'Agaknya tadi aku berpikir berlebihan. Dia tidak bereaksi setelah menelan pil karena tidak ada Qi di tubuhnya' pikir Tetua Paviliun Pil Obat setelah memeriksa tubuh Il-Pyo."Sebenarnya apa yang terjadi padaku, Tetua?" tanya Il-Pyo penasaran."Anak muda. Aku tidak tahu harus berkata seperti apa, tetapi sebaiknya kau tidak perlu memaksakan diri, itu hanya akan menjadikanmu bahan leluconan orang-orang," saran tetua Paviliun Pil Obat.Orang utusan dari Kekaisaran menangguk setuju menatap Il-Pyo penuh ketulusan. "Nasehat tetua itu benar. Aku juga sudah memeriksa tubuhmu. Hidup dengan baik menjadi orang biasa tidaklah buruk," imbuhnya.Hidup dengan baik menjadi orang biasa? Apakah orang biasa dapat hidup dengan baik?Pernyataan yang sungguh lucu meskipun penuh perhatian dan ketulusan. Kalimat dari mereka lebih tampak seperti ejekan bagi Il-Pyo. Semua orang tahu di Realm of Miracle kekuatan adalah segalanya. Orang lemah sama sekali tidak mendapatkan apa-apa selain penghinaan.Mereka pikir berapa kali dia dirampok setelah susah payah mengumpulkan uang dengan menjual kayu bakar? Mereka pikir berapa banyak tubuhnya menerima pukulan hanya karena dia tidak dapat menciptakan keadilan?Semua penindasan dan hal buruk yang terjadi itu karena dia lemah. Bahkan, ketika nenek tua yang merawatnya sejak kecil akan merenggang nyawa tiga tahun lalu karena sakit. Tidak ada satupun tabib yang mau menolongnya hanya karena statusnya sebagai sampah. Sekali lagi, itu karena dia seorang yang lemah.Dunia tidak menerima orang lemah, fakta yang akan berdiam di situ-situ saja. Dan Il-Pyo tidak akan pernah membuang keinginan menjadi orang yang paling kuat demi menciptakan keadilannya sendiri. sekalipun dia terlahir tanpa dukungan keluarga dan bakat.Sejak dulu tekad kuat itu terus membesar mendiami benak Il-Pyo. Semakin dia dihina, semakin besar pula keinginannya untuk menjadi kuat.Tatapan Il-Pyo menjadi sendu ketika melangkah turun dari panggung. Sorakan penghinaan masih ditelan telinganya yang terpasang meskipun enggan mendengarnya. Kali ini, dia benar-benar berada di puncak kemarahan.Tetua dari Paviliun Pil Obat serta orang dari Kekaisaran hanya dapat menatap iba pada Il-Pyo.Di sisi kerumunan orang, seorang gadis tampak akan pergi ketika melihat Il-Pyo menjauh dari keramaian."No—nona mau ke mana?" tanya Qiwu."Ini kesempatan yang tepat untuk merekrut pemuda itu." Zhou Ye mengungkapkan tujuannya.Qiwu dan satu lelaki menyusul ke sisinya, "Bagaimana kalau kita bertahan sebentar. Mungkin kita akan menemukan orang yang lebih cocok. Pemuda itu, tetua Paviliun Pil Obat saja menganggapnya tidak berbakat."Langkah Zhou Ye terhenti, "Kau tidak melihatnya tadi? Yang ada di sini hanya sekumpulan sampah. Tidak ada yang mencapai ranah Semi Petarung bintang 5 seorang pun.""Tapi itu masih lebih baik ketimbang pemuda itu. Dia tidak memiliki sedikitpun Qi. Kalau Nona membawanya pulang itu hanya mempermalukan keluarga Nona."Zhou Ye menghela napas dan singkat terpejam. Dia memandangi Qiwu penuh ketidaksukaan saat kembali membuka mata."Kau meragukan penglihatanku, Qiwu? Sekalipun seseorang dari 6 keluarga di Kekaisaran mengajukan diri, aku tidak akan memilih salah satu dari mereka. Jadi hentikan usahamu walau aku tahu itu bentuknya kepedulian. Aku tidak yakin ke depannya akan berprilaku lunak jika kau menentangku."Qiwu terdiam, Nona muda yang selalu bersamanya sejak kecil tidak pernah seserius sekarang. "Saya menyesal, Nona," jawabnya.Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon. Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya. "Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?" Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain. Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapa
Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap
Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak
Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i
Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.
Sangat sulit menentukan arah ketika berada di hutan yang gelap. Apalagi setelah masukinya terlalu dalam. Supaya tidak lebih jauh tersesat, Zhou Ye terpaksa mengaktifkan Purple Eyes dengan sisa energinya. Memungkinkan ia mengetahui ke arah mana harus pergi sekaligus berguna untuk menghindari bertemu Beast di tengah jalan. "Sebentar lagi kita akan sampai di pinggiran hutan ... sisanya kuserahkan padamu." Setelah sekian lama memaksakan diri menentukan arah, cahaya ungu pada kedua netra gadis itu akhirnya memudar. Kepalanya sontak terkulai tanpa tenaga bersandar pada tubuh Il-Pyo. "Kau pingsan?" Tidak ada jawaban, tanda kalau gadis di gendongannya tidak lagi terjaga. Il-Pyo mempercepat langkah ke luar hutan membawa ekspresi cemas. Zhou Ye harus segera mendapatkan penanganan, imbas pertarungan tadi seharusnya bukan hal yang menghasilkan sedikit luka. Ketika berhasil keluar dari kepungan pepohonan, Il-Pyo dibuat terkejut oleh kedatangan seseorang ya
Setelah para tetua terbang pergi, yang tersisa di sisi hutan Beast Terlarang hanyalah jenius muda dari berbagai keluarga. Satu sama lain dari mereka saling melayang tatapan tajam dan tidak ingin kalah. Padahal, tidak satupun dari keluarga mereka memiliki hubungan yang buruk."Ayo pulang!" Zhou Yubei sama sekali tidak ingin berlama-lama terjebak di atmosfer tidak mengenakan. Ia berniat membawa Il-Pyo pulang, tetapi tidak sampai beberapa langkah dia berhenti. "Kenapa tidak segera mengikutiku? Apa kau tuli?" panggilnya lagi dengan kesal pada pemuda yang mengindahkan ajakannya. Il-Pyo sepintas membalas tatapan Zhou Yubei yang mengandung kemarahan, sebelum akhirnya melangkah ke hadapan Ling Xiao. "Nanti aku pasti akan membalas seranganmu tadi!" tegas Il-Pyo dengan tajam lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan tepat itu. Peringatan Il-Pyo membuat semua mata jenius muda melotot ingin keluar, tidak terkecuali Zhou Yubei. Selain berbeda generasi, bakat Ling Xiao bukanlah isapan jempol. P
Jarang sekali Patriark keluarga serta tetua berkumpul pada satu waktu untuk melihat jenius muda berlatih. Terakhir kali jenius muda diperhatikan seperti pagi ini adalah ketika Zhou Ye masih melakukan latihan bersama mereka. Sekarang, Il-Pyo yang menggantikan gadis tersebut sebagai pusat perhatian. Napas panjang dihirup Zhou Yubei untuk mendapatkan ketenangan. Tidak hanya para tetua, keluarga Zhou seluruhnya telah berkumpul di sisi lapangan, termasuk Zhou Ye yang sudah sadar sejak kemarin malam. Bersama kedua pengawalnya gadis itu terduduk pucat menghadap lapangan. “Nona masih belum pulih. Apa tidak ingin kembali istirahat saja?” tanya Qiwu yang berdiri di sisi kiri Zhou Ye. “Seharusnya Nona membawa kami malam itu. Walaupun tidak cukup kuat dari pada Nona. Kami bisa membuka celah untuk Nona kabur dari Beast.” “Aku baik-baik saja, Qiwu. Aku ingin melihat Il-Pyo setelah bakatnya bangkit,” jawab Zhou Ye yang sejak datang pandangannya terus tertuju pada pemuda yang berdiri di seberang Z