Dulu Dempul dan teman-temannya disuruh Ponggewiso untuk menculik Layung. Waktu itu Ponggewiso berpesan, kalau sudah berhasil, mereka langsung disuruh masuk ke ruang utama. Ruang utama yang dimaksud Ponggewiso adalah ruang paling megah di dalam rumah mewah pemimpin bajak laut tersebut.
Ponggewiso berpesan kepada anak buahnya supaya tidak mengatakan penculikan itu kepada Lasih Manari. Lasih Manari melarang keras Ponggewiso dan anak buahnya menculik para gadis di desa-desa sekitar Pulau Sapit Yuyu. Lasih Manari tidak tega melihat perempuan menjadi barang mainan anak buah Ponggewiso.
“Pokoknya kamu masuk ke ruang utama secara diam-diam sambil membawa gadis yang kamu culik!” begitu antara lain pesan Ponggewiso kepada Dempul dan teman-temannya saat memberi tugas kepada anak buahnya itu. “Ingat! Saat masuk ruang utama, jangan sampai ketahuan Lasih Manari. Kalau sampai ketahuan Lasih Manari, kalian semua akan kumusnahkan!”
Ketika teringat pesan P
“Hm..., tak kusangka,” sambung Suro Joyo, “pemimpin bajaklaut yang selama ini dikenal kegarangannya, hanya serendah ini moralnya. Kamu ini bukan hanya tidak menepati janji, ingkar janji, tapi juga punya perilaku yang rendah. Ah, aku mau bilang yang lebih kasar, tapi tidak sampai hati.”Tumben Suro Joyo berkata serius. Begitu kata hati Lakseta. Biasanya Suro Joyo suka membanyol dan terkesan tidak serius kalau berkata kepada musuhnya. Apa perubahan penampilan warna pakaian juga mengubah wataknya? Ah, tidak mungkin! Watak itu bawaan lahir yang tidak bisa berubah.“Kamu ini bagaimana? Kok tingkah lakumu seperti kambing saja terhadap perempuan,” ejek Suro Joyo. “Blas tidak punya sopan santun. Kalau suka perempuan, boleh-boleh saja. Kalau mau begituan sama perempuan, silakan saja! Tapi..., lha mbok yang sopan gitu. Kalau perempuannya mau, tidak apa-apa. Itu namanya suka sama suka. Lha ini, yang perempu
Suro Joyo semula ingin menghajar Ponggewiso dengan tangan kosong. Dia masih kesal pada Ponggewiso karena perlakuannya pada Layung yang melanggar norma kesusilaan. Dari perilakunya, terlihat Ponggewiso memang kurang adab terhadap perempuan. Dia tdksopan pada perempuan. Bahkan tindakannya terhadap Layung menunjukkan kalau Ponggewiso sangat merendahkan perempuan. Niat Suro Joyo untuk menghajar Ponggewiso dia batalkan. Teriakan nyaring dari pendekar wanita membuatnya merasa penasaran. Dia ingin tahu siapa pendekar wanita yang berani menghentikan pertarungan dirinya melawan Ponggewiso. “Siapa pendekar wanita itu?” gumam Suro Joyo. “Kok berani-beraninya menghentikan niatku untuk memberi pelajaran pada Ponggewiso tentang sopan santun terhadap wanita. Mungkin pendekar wanita itu bukan sembarang pendekar. Siapa tahu dia jago silat yang punya urusan pribadi dengan Ponggewiso. Aku tidak boleh menghajar Ponggewiso karena dia yang ingin menghajarnya.” Dalam sekejap mata, Sepasang Naga dari Uatar
“Aku rasanya tidak bisa hidup bahagia kalau tidak berdampingan dengan Lasih Manari,” kata Ponggewiso lirih, yang ditujukan untuk diri sendiri. “Maka dari itu, dengan cara apa pun, aku sekarang ingin meninggalkan mereka yang sedang bertarung mati-matian karena persoalan sepele. Biarlah mereka saling bunuh karena ketololan mereka. Sedangkan aku lebih baik pergi dari tempat ini untuk selama-lamanya. Masa lalu akan kulupakan seumur hidupku. Masa depan bersama Lasih Manari lebih penting dari apa saja. Aku tidak punya anak buah, tidak menjadi masalah. Aku kehilangan semua harta yang berada di pulau ini, tidak menjadi persoalan lagi.” Ponggewiso mengamati pertarungan antara Suro Joyo melawan Nurweni dan Rupini semakin seru dan tak terkendali. Kedua belah pihak sama-sama menggunakan jurus tangan kosong andalan masing-masing. Baik Suro Joyo, Nurweni, maupun Rupini sama-sama menggunakan tenaga dalam untuk menggempur lawan. Suro Joyo semula hanya ingin menjajal seberapa hebat dua pembunuh bayar
Rupanya Lakseta merasa kesal karena sebelumnya hampir tidak bisa bernapas ketika menghadapi serangan Ponggewiso. Serangan Ponggewiso yang bertubi-tubi hampir membuat Lakseta mati. Kini ada kesempatan baginya untuk balas menyerang.Ponggewiso yang baru saja mengejek Lakseta, dalam hati yang terdalam, merasa menyesal. Karena Ponggewiso menyadari bahwa ejeken yang telah dia lontarkan kepada Lakseta bisa berakibat buruk bagi Ponggewiso.Kekhawatiran Ponggewiso sepertinya segera menjadi kenyataan. Lakseta kini segera melancarkan serangan dengan menggunakan jurus pedangnya. Jurus yang belum diketahui Ponggewiso sebelumnya.Kelihatannya Lakseta mempunyai jurus pedang andalan. Ponggewiso berkata dalam hati. Dari kata-kata yang dia ucapkan bisa diketahui bahwa Lakseta ingin menyerang dengan menggunakan jurus andalan. Mungkin jurus simpanan yang belum diperlihatkan kepada orang lain.Tubuh Lakseta melenting tinggi dengan pedang tergenggam di tangan kanan. Kemudian Lakseta meluncur lurus. Pedang
Patahan pedang yang melesat ke arah kepala Suro Joyo adalah patahan bagian ujungnya. Ujung yang lancip. Ujung yang tajam. Sangat tajam. Ketajamannya bisa menembus tubuh manusia dengan mudahnya!Layung sangat mengkhawatirkan keselamatan Suro Joyo. Dia tidak mau Suro Joyo tewas oleh tusukan dari patahan ujung pedang milik Nurweni. Ujung pedang yang selama ini digunakan Nurweni untuk membunuhi korban yang diincar, kini siap mencari mangsa baru. Kepala Suro Joyo yang kini disasar patahan ujung pedang Nurweni!Suro Joyo kelihatan tenang. Dia sudah terbiasa menghadapi bahaya. Bahaya segawat apa pun pernah dia hadapi. Sekilas tadi dia lihat patahan pedang melesat ke arahnya. Tanpa membuang waktu sekejap pun, dia arahkan tangan kanannya yang terbuka ke atas. Dia menyongsong patahan pedang dengan ajiannya. Hantaman ajiannya tepat mengena patahan pedang hingga hancur berkeping-keping!Suro Joyo tersenyum sambil berkata, “Patahan pedang tadi sudah lenya
Ponggewiso yakin sabetan pedangnya bisa menewaskan Lakseta. Bagi Ponggewiso, Lakseta hanyalah anak kemarin sore yang sok jagoan. Sok hebat dan seolah-olah sudah punya nama. Lagaknya malah melebihi Suro Joyo. Padahal kalau dilihat dari tampilannya sekilas saja, Suro Joyo lebih meyakinkan. Suro Joyo lebih hebat ilmu silat, ajian, dan senjata saktinya dibandingkan Lakseta.Ketika bertarung melawan Lakseta, Ponggewiso merasa yakin baka menang. Dalam pandangan Ponggewiso, Lakseta masih termasuk pendekar muda dan belum banyak pengalaman. Berbeda dengan Sepasang Naga dari Utara dan Suro Joyo.Sepasang pembunuh bayaran itu, meskipun masih muda, tetapi sudah banyak pengalaman dalam dunia persilatan. Tentu saja dalam melakukan pembunuhan yang ditugaskan kepada Nurweni dan Rupini.Sedangkan Suro Joyo, termasuk yang diperhitungkan Ponggewiso. Ponggewiso akan selalu waspada kalau berhadapan dengan Suro Joyo. Nama Suro Joyo sudah sangat tenar du dunia persilatan
Kedua tangan Ponggewiso yang berwarna hijau dan bersisik seperti ular itu terlihat kokoh dan kuat. Pedang Ilat Luwuk tergenggam erat dengan kedua tangan Ponggewiso siap menyambut serangan Nurweni dan Rupini.“Dua pembunuh bau kencur itu terlihat sangat bernafsu ingin membunuhku,” kata Ponggewiso lirih yang hanya bisa didengar diri sendiri. “Mereka mungkin belum tahu bahwa aku punya Ajian Sisik Beracun, sehingga kok berani-beraninya ingin membunuhku. Apa mereka tidak tahu bahwa aku pun juga seorang pembunuh. Bahkan aku biasa membunuhi seluruh orang yang berada di kapal yang sedang kurampok. Kalau dihitung-hitung, mungkin aku lebih banyak membunuh orang dibandingkan Sepasang Naga dari Utara itu.”Nurweni dan Rupini siap membunuh Ponggewiso dengan pedang masing-masing. Mereka merasa yakin saat ini bakal berhasil melaksanakan tugas dari Kowara. Mereka membayangkan wajah Kowara yang ceria ketika mendengar kabar bahwa Ponggewiso telah te
Suro Joyo berpikir keras untuk mencerna kata-kata yang baru saja diucapkan Ponggewiso. Kata-kata yang diucapkan Ponggewiso membuat Suro Joyo bertanya-tanya di dalam hati.Hadiah? Hadiah apa? Begitu pertanyaan Suro Joyo di dalam hati. Baik sekali hatinya kalau mau memberikan hadiah untukku. Eh, tapi itu tidak mungkin! Tidak mungkin orang sejahat Ponggewiso memberikan hadiah kepada orang lain. Yang ada dalam otak Ponggewiso hanyalah merompak dan merampok! “Tunggu dulu! Apa yang akan kamu hadiahkan padaku?” tanya Suro Joyo disertai senyum mengejek. “Kamu mau menyerahkan semua harta rampokanmu padaku? Kalau itu yang kamu hadiahkan padaku, maka aku sangat berterima kasih. Harta itu akan kubagikan kepada orang-orang yang pernah kamu rampok di tengah lautan.”“Dasar pendekar bodoh!” Ponggewiso balas mengejek. “Pendekar bodoh dan sinting, huahahaha...! Benar-benar julukan paling pas untukmu, Suro