Sementara itu diluar nampak para murid Ranggawuni terlihat sedang sibuk menguliti hewan hasil buruannya tadi, dan seperti biasanya mereka mengerjakan semua itu dengan cara membagi tugas, ada yang mendapat tugas menjaga perapian, bagian menguliti, menghaluskan bumbu rempah, dan tidak ketinggalan pula yaitu bagian yang menanak nasi. Dan karena porsi yang mereka kerjakan adalah porsi besar untuk banyak orang, maka semua makanan itu baru selesai siap untuk disajikan setelah waktu mulai memasuki petang. Lalu murid Ranggawuni yang terlihat sedang menata aneka sajian makanan itu berkata pada salah satu temannya.
"Eh sana, bilang pada guru Ranggawuni kalau makanannya sudah siap," ujar salah satu murid pada temannya.
"Ah ... kamu sajalah yang bilang ... aku sungkan pada guru karena sepertinya beliau tadi masih terlihat asik ngobrol dengan tamu wanitanya itu," balas murid yang diperintah tadi.
"Heeh, dasar kamu! Banyak alasan! Ya sudah kalau gitu sini kamu ganti yan
'Oh ... nampaknya Ranggawuni sudah nekat untuk mempertahankan mayat sakti itu, dan sepertinya aku juga harus terus bersabar untuk bisa meyakinkan dia kalau aku tidak berniat untuk memiliki mayat sakti itu, karena kalau tidak maka dia akan curiga dan kalau sampai dia mengetahui dengan maksudku maka akan rusak semua rencana dan usahaku ini,' begitulah ucap Dewi Sunti dalam hatinya.Begitulah akhirnya dalam penjajakan pertama yang dilakukan dalam makan malam itu nampaknya Dewi Sunti sudah bisa menyimpulkan bahwa untuk bisa mendapatkan mayat sakti dari tangan Ranggawuni tidaklah mudah, harus memakai cara yang halus.Lalu setelah selesai melakukan makan malam bersama Ranggawuni nampak bertanya pada Dewi Sunti."Nini Sekarwangi," panggil Ranggawuni."Iya Tuan, ada apa?" jawab Dewi Sunti sambil balik bertanya."Sekarang saya mau melatih murid yang sudah di tingkat Inggil (kelas tertinggi), apakah Nini Sekarwangi tidak ingin melihatnya?" ajakan Ranggawuni
Tungga yang telapak tangannya mengeluarkan asap tipis berwarna putih kebiruan nampak terlihat menarik dua telapak tangannya tersebut mundur hingga ke arah belakang pundaknya, dan selanjutnya Tungga nampak berteriak dengan suara yang sangat keras sembari meluncurkan pukulan jarak jauhnya dengan sekuat tenaga."Hiiyyaaat ...! Jiiaak ....!"Sementara itu Taruna yang memang sudah siap juga langsung menyambut serangan saudara seperguruannya itu dengan melemparkan tali api yang keluar dari dua telapak tangannya tadi."Hiiap ...! Ssiiaak ...!"Dua kekuatan Tungga dan Taruna saling beradu di udara hingga mengeluarkan suara ledakan yang sangat keras.Dhuuoorr ....!Saking dahsyatnya ledakan ajian dari Taruna dan Tungga sampai membuat tubuh mereka berdua terpental ke belakang hingga beberapa langkah, namun meski begitu baik Tungga maupun Taruna bisa langsung bangkit dan kembali berdiri dengan tegak.Sampai di situ terlihat Ranggawuni cuku
Lalu setelah selesai melakukan pelatihan itu Ranggawuni pun segera memerintahkan pada Taruna dan Tungga untuk segera beristirahat, sedangkan dia sendiri juga langsung mempersilahkan pada Dewi Sunti untuk beristirahat juga."Nini Sekarwangi sekarang silahkan masuk ke kamar Nini, dan segeralah istirahat," ujar Ranggawuni sambil menatap mata Dewi Sunti dengan tajam."Baik Tuan Ranggawuni, saya juga minta Tuan supaya lekas istirahat juga," balas Dewi Sunti juga nampak balik menatap wajah Pendekar yang sedang dia incar pusaka andalannya itu.Lalu setelah itu Dewi Sunti pun melangkah menuju ke kamar yang memang telah disediakan untuknya, sedangkan Ranggawuni nampak terus memandangi tamu wanitanya itu sampai dia tiba di depan pintu, ada sedikit kejadian yang cukup mendebarkan hati mereka berdua yaitu manakala tangan Dewi Sunti mulai memegang gagang pintu kamar tiba-tiba dia secara spontan menoleh ke belakang, sementara itu Ranggawuni pun masih terus memandangi maka akh
"Apakah benar ucapan Kakang itu? Atau jangan-jangan cuma ingin menyenangkan hatiku saja?" tanya Dewi Sunti terlihat masih kurang yakin."Lha memangnya aku ini kelihatan tidak jujur ... hem?" tanya Ranggawuni sambil mengajak Dewi Sunti untuk duduk di sebuah pohon yang tumbang."Ya kurang tau juga, makanya aku tanya ..." balas Dewi Sunti seolah berkilah."Ayo kita istirahat duduk-duduk disini," pinta Ranggawuni. Lalu kemudian mereka berdua pun langsung duduk di batang pohon tersebut."Nini Sekar ..." panggil Ranggawuni sambil memegang dua telapak tangan Dewi Sunti."Ya Kakang Ranggawuni, gimana? Kakang mau ngomong apa?" tanya Dewi Sunti terlihat tidak merasa canggung."Maukah kamu menjadi istriku ...?" ucap tanya Ranggawuni terdengar lirih dan agak sedikit gugup."Apa Kakang? Kakang Ranggawuni baru saja ngomong apa ...?" tanya Dewi Sunti sambil menggeser posisi duduknya lebih mendekat lagi. Melihat wanita yang sangat dikaguminya itu ter
Dalam langkah menuju ke gubuk itu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti hatinya nampak sama-sama merasa deg-degan, meskipun itu hanyalah bagian dari misi yang tersembunyi tapi kalau sudah bicara hasrat birahi Dewi Sunti pun merasa sulit untuk mengendalikan diri, apalagi membedakan kalau ini cuma hasrat pura-pura dan bukan perasaan cinta yang sesungguhnya, dia terlihat sudah tidak bisa lagi, dan sebenarnya hal yang sama pun juga dialami oleh Ranggawuni.Pendekar pemegang mayat sakti itu sepertinya juga sudah tidak bisa lagi mengontrol hasrat birahinya, jiwa ksatria yang sudah lama tertanam di dalam jiwa seolah langsung luntur seketika, suri tauladan yang selama ini dia tanamkan kepada para murid-murid juga dengan mudahnya dia lupakan. Lalu setelah tiba di gubuk kosong itu tangan Ranggawuni langsung membuka pintunya.Kreeek ...!"Nini Sekar, ayo masuk ..." ajak Ranggawuni sambil menarik tangan perempuan cantik itu, dan Dewi Sunti pun tidak berkata apa-apa dia nampak m
"Au ... Kakang ...! Hmmm ..." teriak Dewi Sunti sambil diikuti dengan senyum.Kemudian Ranggawuni merebahkan tubuh Pendekar cantik itu di atas dipan yang telah dipersiapkannya barusan, dan setelah itu Pendekar sakti itu terlihat berdiri terus melepaskan peti mayat sakti itu dari tubuhnya, dan kemudian meletakkannya di atas kotak kecil yang berada di dekat tiang rumah kosong tersebut.Lalu setelah itu Ranggawuni pun kembali berjalan menghampiri Dewi Sunti yang sudah telentang di atas dipan itu, Ranggawuni pun langsung duduk tepat di samping pantat Dewi Sunti, dirabanya paha perempuan cantik itu dengan lembut terus kemudian dia elus-elus perlahan, dan seketika itu Dewi Sunti pun langsung mendesah pelan."Huuh ... Kakang ..." ujar Dewi Sunti sambil tubuhnya nampak menggeliat karena merasa geli dan nikmat.Melihat itu Ranggawuni tidak berkata apa-apa, Pendekar sakti itu nampak cuma tersenyum sambil terus mengelus paha Dewi Sunti, semakin lama Ranggawuni menge
Kini nampak tubuh kekar Ranggawuni berada tepat di atas tubuh Dewi Sunti dengan menggunakan dua lengannya untuk bertumpu. Dengan kedua wajah yang sudah hampir beradu baik Ranggawuni maupun Dewi Sunti nampak sama-sama merasakan hembusan hangat dari nafas masing-masing.Mata Ranggawuni menatap mesra pada mata Dewi Sunti, lalu kemudian dengan perlahan Ranggawuni mendaratkan kecupan bibirnya pada kening Dewi Sunti, mendapat kecupan yang begitu hangat nampak Dewi Sunti terlihat memejamkan kedua matanya, lalu setelah mengecup kening, Ranggawuni beralih mengecup bibir seksi Pendekar wanita itu."Mmm ... mmm ... mmm ... mmm ... mcuah ...!"Begitu lama mulut Ranggawuni mencium dan melumat bibir Dewi Sunti, dan Dewi Sunti pun juga terlihat begitu menikmatinya. Lalu setelah itu Pendekar pemilik mayat sakti itu nampak mulai menyudahi kecupannya itu, dan selanjutnya tangan dia terlihat mulai membuka ikatan baju Dewi Sunti yang berjumlah empat, satu ikatan baju berhasil dia b
Lalu mungkin karena saking kaget akhirnya Ranggawuni pun segera buru-buru menyeka air liurnya itu dengan kain bajunya. Jantung Ranggawuni pun berdegup dengan kencang, Pendekar pemegang mayat sakti itu benar-benar sudah berada dalam kondisi up normal, dan setelah itu dengan tangan yang nampak bergetar Ranggawuni mulai menjamah kan dua tangannya itu ke daerah pusar Dewi Sunti, diusap-usapnya dengan penuh lembut, dan setelah beberapa saat Ranggawuni mulai menurunkan dua telapak tangannya ke bawah dengan cara mengusapkannya, kemudian berhenti tepat di daerah pantat, lalu dengan perlahan dimasukkannya dua telapak tangannya itu ke bawah dan merasa kalau pantat disusupi oleh tangan Ranggawuni Dewi Sunti pun langsung sedikit mengangkat pinggulnya, jadilah sekarang gundukan daging belah tengah punya Dewi Sunti itu menyembul tepat di hadapan muka Ranggawuni dengan pantat beralaskan telapak tangannya.Dalam kondisi yang sudah dikuasai oleh nafsu birahi Ranggawuni pun langsung membenamka