Dan tidak lama kemudian asap yang berbentuk macan itu pun menyingkir dan tiba-tiba hilang.
Setelah itu Biswara pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Reksa berada Biswara melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai.
'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang Reksa, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Biswara dalam hati.
'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.'
Kemudian Biswara pun segera duduk berjongkok di samping Jakawulung yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya.
"Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Biswara sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jakawulung si pen
"Jadi gini Tuan, soal matinya Eyang Reksa itu bukan karena Tuan Jakawulung dan kedua teman Tuan itu yang telah membunuhnya ...""Lha wong saya ikutan menyergap kok! Dan waktu itu eyang Reksa langsung jatuh ketika kita akan menggabungkan Ajian Parjanya Astra ..." terang Jakawulung nampak kukuh dengan pendapatnya itu."Lha kalau memang benar yang membunuh Eyang Reksa adalah Tuan-tuan bertiga, lalu kenapa kedua teman Tuan itu malah terbunuh dan hancur tubuhnya setelah Eyang Reksa menjadi mayat?" tanya Biswara membungkam pendapat Jakawulung."Lha iya itu yang saya tidak habis pikir sampai saat ini," jawab Jakawulung nampak terlihat bengong."Hehehe ... jadi gini Tuan Jakawulung ... kalau Tuan ingin tahu kejadian yang sebenarnya ...""Iya, iya gimana kejadian yang sebenarnya?" sahut Jakawulung sambil membenahi posisi duduknya."Sebelum Eyan
"Mungkin sudah tiba saatnya aku untuk mati ...""Jangan bilang begitu Kanda Raja, saya kira penyakit Kanda Raja masih bisa disembuhkan ...""Saya akan tetap mengusahakan bagaimana mana caranya Kanda Raja bisa sembuh, saya akan menyuruh Senopati Adhinata untuk mencari mayat sakti seperti isyarat yang kudapatkan lewat meditasi kemarin malam," tutur Permaisuri Bhanuwati."Terus masalah urusan negara bagaimana? Aku tidak ingin membebani rakyat dengan pajak atau upeti dalam hal apapun," titah Raja Jayantaka."Iya Kanda Raja, kemarin saya juga sudah memerintahkan kepada Paman Patih Badrika untuk mengumpulkan para punggawa Kerajaan guna membahas masalah ini, dan nanti akan saya sampaikan kalau masalah pajak itu hanya akan dibebankan kepada semua para pejabat saja, mulai yang ada dilingkungan istana sampai ketingkat lurah yang ada di desa-desa dengan disesuaikan tingkatannya dan kondisi wilayah masing-masing," t
"Baiklah Gusti Ratu kalau begitu saya akan berangkat sekarang untuk mencari mayat sakti seperti yang Gusti Ratu Bhanuwati maksud.""Bagus Senopati Adhinata, aku percaya padamu, doaku menyertaimu semoga kamu berhasil.""Sendiko dawuh Gusti.""Berangkatlah ...!"Lalu kemudian Senopati Adhinata pun langsung bergegas ke rumahnya untuk sekedar mengambil beberapa perlengkapan yang mesti dibawanya, dan karena dia memang masih hidup sendiri alias masih belum punya istri maka dia hanya berpamitan kepada pelayan dan prajurit penjaga saja."Hei, prajurit dan pelayan ... kemarilah ...!"Lalu prajurit penjaga yang berjumlah tiga orang dan dua pelayan perempuan itupun bergegas mendekat memenuhi panggilan Sang Senopati."Iya Gusti Senopati ... ada titah apa yang harus kami lakukan?" jawab prajurit sembari menundukkan kepalanya."Aku akan memberi
Setelah memperhatikan para murid Ranggawuni yang sedang berlatih, Senopati Adhinata tidak melihat sahabatnya ada di situ, lalu kemudian dia mendekati para murid yang terlihat sedang duduk istirahat.Dan begitu melihat ada orang asing yang hendak menghampirinya, murid yang sedang duduk itu pun langsung berdiri."Ada perlu apa Tuan? Ada yang bisa dibantu?""Ee... maaf saya mau ketemu guru kalian Tuan Ranggawuni. Apakah beliaunya ada?""Tuan guru Ranggawuni sedang pergi Tuan, saya ditugaskan untuk mengawasi para murid yang sedang berlatih.""O begitu, apakah Dimas tau Tuan Ranggawuni perginya kemana?""Tuan guru Sedang pergi ke hutan berburu, apakah Tuan ada perlu? mungkin nanti bisa saya sampaikan, atau mungkin Tuan mau menunggu Tuan Guru Ranggawuni pulang?""Ya, saya akan menunggu sampai guru kalian pulang, karena saya ada keperluan yang sangat penting dengan Tuan Ranggawuni""Oiya kalau begitu silakan duduk dulu Tuan."
Yang diadakan oleh Kerajaan Karmajaya terlihat kaget dengan Sayembara itu.'Apakah mayat sakti ini kira-kira mayatnya Eyang Reksa Jagat itu ya? Kalau memang iya kok pihak istana sudah tahu dengan keberadaannya? Padahal selama ini yang tahu dengan mayat itu kan cuma aku? Atau mungkin ada mayat sakti yang lain?' tanyanya dalam hati.'Kalau memang benar itu mayat sakti Eyang Reksa Jagat aku kurang yakin akan ada orang yang mampu membuka pintu gaib Goa itu, apa lagi sampai membawanya, bahkan pendekar seperti Kolonyowo dan Bagaspati saja telah tewas dibuatnya, kecuali dia itu memang benar-benar pendekar sakti mandraguna dari aliran putih sebagaimana Eyang Reksa itu sendiri berasal' ucap batin Jaka wulung.Di saat Jaka wulung masih memikirkan sayembara itu tiba-tiba dia yang sedang duduk bersila di dalam rumahnya merasakan hembusan angin yang sangat kuat, bahkan saking kuatnya hembusan angin itu membuat tiang-tiang yang
"Ayo kalian berdua majulah! Biar sekalian aku kirim kalian ke neraka!""Hahaha ... kamu jangan mengigau Jaka wulung! Sebelum habis kesabaran ku. Ayo cepat tunjukkan dimana tempat mayat sakti itu!"Sementara itu tanpa mereka sadari bahwa sebenarnya sedari tadi ada sepasang mata yang sedang mengintai mereka dari balik rerimbunan pohon dan semak-semak. Dan tidak lain ternyata dia adalah seorang pendekar yang juga sangat menginginkan mayat sakti itu.Dia mengintai karena memang sedang mencari tahu dari Jaka wulung yang sedang dipaksa ngomong oleh Calapati dan Dewi Sunti untuk menunjukkan dimana mayat sakti itu berada.''Aku akan terus mengintai mereka sampai benar-benar mendengar dan tahu tentang tempat mayat sakti itu, jadi dengan begitu aku tidak perlu membuang-buang tenaga untuk membuka mulut Jaka wulung, hehehe ... cerdas sekali kau Kebo Alas' gumam pendekar yang berjuluk Kebo alas itu.
"Inilah saat yang kutunggu-tunggu, aku harus tahu di mana tempat mayat sakti itu," ujar Kebo Alas sambil merubah posisi duduknya menjadi jongkok dengan kedua lutut ditempelkan ke tanah dan sedikit menyodorkan kepalanya ke samping.Sementara itu Dewi Sunti langsung membentak Jaka wulung sambil memukulkan punggung pedangnya ke tubuh pendekar cebol itu."Ayo tunggu apa lagi! Cepat katakan di mana mayat sakti itu berada? Jangan sampai kesabaranku ini habis!""Baiklah, baiklah ... akan ku katakan di mana tempat mayat sakti itu berada, tapi kalian berdua harus janji, kalau aku sudah memberi tahu tempat mayat sakti itu, kalian harus melepaskanku ," pinta Jaka wulung.Sesaat Dewi Sunti melirik sambil sedikit menggelengkan kepala kepada suaminya, sebagai isyarat untuk minta pendapat, dan Calapati nampak menyetujui permintaan dari Jaka wulungdengan memberi isyarat menganggukkan kepalanya.
Sementara itu rumah yang sedang dituju oleh Senopati Adhinata itu adalah rumah Biswara yang tidak lain adalah cucu angkat eyang Reksa jagat, dia malam itu memang belumlah tidur, Biswara nampak terlihat masih sibuk, dia bolak-balik masuk dan keluar rumah untuk mempersiapkan sayuran hasil kebunnya yang habis dipetik sore tadi, karena besok pagi mau diantarkannya ke pasar.Dan tidak lama setelah menjalankan kudanya, akhirnya Senopati Adhinata pun sampai di depan rumah Biswara."Permisi ki sanak ... maaf kalau kiranya mengganggu? Saya ini kemalaman ... kalau diperbolehkan saya mau numpang istirahat untuk malam ini?"Biswara yang masih membungkukkan badan karena memang sedang mengikat sayurannya itu langsung berdiri dan membalikkan tubuhnya."Yah, silahkan ..."Dan begitu melihat wajah Biswara Senopati Adhinata pun langsung terkejut, dia mengira kalau Biswara adalah hantu penunggu hutan