Zizi masih bertarung dengan perempuan bertopeng itu. Zizi memutar-mutar pedangnya sebelum melemparnya tepat ke dada perempuan itu, tetapi perempuan itu segera menghindar. Sebuah seruling berwarna hitam pekat terlempar ke arah Zizi. "Akhhh!" tubuh Zizi terlempar hingga jatuh menubruk pasir. "Ukhukk ukhuuk ...." Zizi merasa dadanya sangat sakit, darah segar keluar dari bibir Zizi. Zizi terkesiap, pedang gadis itu kembali tepat di samping ZIzi. Zizi memegangnya dan mencoba bangun dengan menyangga tubuhnya menggunakan pedangnya. "Di mana Zai Ziliu yang tadi sangat arogan, hah?" tanya perempuan itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan bersiap menusuk Zizi. "Sebenarnya aku tidak menargetkanmu. Aku menargetkan Lan Feiyu. Tetapi kamu sudah ikut campur, maka, rasakan akibatnya," tambah perempuan itu menusukkan pedangnya ke arah dada Zizi. Zizi menggulingkan tubuhnya menjauh, gadis itu bangun dengan cekatan dan melempar sihir-sihirnya pada perempuan bertopeng. Zizi mengeluarkan sihirnya
Lan Feiyu dan Zizi sampai di daratan. Pria itu membawa tubuh Zizi dalam gendongannya, tubuh mereka basah kuyup. Zizi masih belum sadar, membuat Lan Feiyu sangat panik. "Guru Lan, apa yang terjadi?" teriak Aixing yang berlari tergesa-gesa menghampiri Lan Feiyu dan Zizi. Aixing dan Li Haoxi sudah sampai di daratan di mana mereka tengah berada di pinggir hutan liar. "Energi Zizi terserap habis oleh kultivasi iblis," jawab Lan Feiyu. Lan Feiyu melepas bajunya, meyisakan baju dalam berwarna putih, pria itu menggelar bajunya ke tanah dan membaringkan Zizi ke sana. Li haoxi mendekati Zizi, pria itu meletakkan jarinya di leher Zizi. "Gadis ini sangat kuat, meski energinya sudah terserap habis, tetapi lambat laun energinya mulai kembali. Tinggal nunggu beberapa waktu saja Zizi akan sadar," ucap Li Haoxi. Lan Feiyu mengangguukkan kepalanya, pria itu mengusap-usap telapak tangan Zizi agar gadis itu tidak terlalu kedinginan. Mata Lan Feiyu menatap ke sekelilingnya, matanya membulat saat melih
Di Mata Air, sulit menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Yan Liqin bertarung dengan Sabana dan Li Ren, sedangkan Xiaowen membalas serangan-serangan Klan Lan. Baik Yan Liqin mau pun Xiaowen tidak ada yang menyerang murid-murid yang kini menepi. Kalau pun ada murid yang maju untuk menyerang, Xiaowen dan Yan Liqin hanya menghindar. Hanya tadi Yan Liqin membuat Yizi terluka, setelahnya pria itu tidak melukai murid lagi. Pria itu hanya ingin membunuh klan Lan dan Klan Li."Wei Yizi, bagaimana keadaanmu?" tanya Xuan Yi mendekati Yizi. Yizi menggelengkan kepalanya. "Dia kakak Zizi, dia penghianat," ucap Wei Yizi. "Sudah, diamlah!" tegur Xuan Yi. "Eh, tetapi Yan Liqin tidak melukai lagi murid-murid. Dia hanya melukai Klan Lan dan Klan Li," ucap Ji Lian. Yan Liqin menggoreskan pedangnya pada Sabana, Sabana memundurkan tubuhnya, giliran Li Ren yang menerjang Yan Liqin. "Yan Liqin, hentikan kekacauan ini, kita bisa bicarakan baik-baik!" ucap Li Ren mencoba memberikan tawaran.
"Lepaskan aku, Sialan!""Lepaskan!""Dasar bedebah!"Seluruh umpatan-umpatan keluar dari bibir para murid Mata Air, terlebih Ji Lian dan Wei Yizi yang terus berteriak. Saat ini mereka berada di gua yang berada di pelosok hutan tembakau. Mereka diikat dengan tali sihir dan disekap di sana. Yan Liqin menatap seluruh murid-murid Mata Air. Klan Lan terkenal sangat kuat, tapi hanya menghasilkan murid yang tidak bisa apa-apa selain berteriak.. Li Ren pun juga kalah di tangannya. "Apa yang kamu inginkan?" tanya Ji Lian. "Tentu saja gurumu, sang pengecut itu," jawab Yan Liqin. "Lepaskan aku, dasar sialan, mati kau ke neraka!" Sebuah teriakan disertai suara pukulan terdengar nyaring di telinga mereka. Seluruh mata menatap ke pintu yang berada tida jauh dari tempat mereka disekap. "Mau jadi seperti Yu Yulong?" tanya Yan Liqin kepada tawanannya. "Keluarkan dia!" titah Yan Liqin pada Xiaowen. Xiaowen menganggukkan kepalanya dan menuju ke tempat penyekapan Yu Yulong. Tanpa perasaan Xiaowen
Wei Yizi menatap piring yang sudah hampir separuh isinya habis. Karena kelaparan, Yizi tidak sampai berpikir ke situ. Ia tidak berpikir kalau Yan Liqin akan meracuninya. "Aku tidak mau makan, pasti ini sudah diberi racun," Xuan Yi kembali berucap. "Eh, Yizi sudah memakannya. Tetapi Yizi tidak kenap-napa," ucap salah satu teman mereka. Yizi terdiam, ia merasa tidak ada reaksi apa-apa dari tubuhnya. "Tetapi lihat saja makanan yang diberikan mereka. Makanan ini tetap layak makan." "Yan Liqin mengatakan akan membebaskan kita kalau Lan Feiyu datang, apa jangan-jangan mereka tidak berniat membunuh kita? Kalau dia mau membunuh kita, sudah sejak tadi di Mata Air kita mati." "Makan saja, aku sudah kelaparan." Wei Yizi mendengar ocehan-ocehan teman-temannya, gadis itu melanjutkan makan makanannya lagi. Makanan yang ia makan lebih enak dari pada saat ia di Mata Air. Wei Yizi menatap teman-temannya yang kini juga memakan makanan itu. Sebenarnya tangan kiri Yizi rasanya masih sangat sakit ka
Malam semakin larut, di tengah hutan yang sunyi hanya diisi oleh suara hewan-hewan kecil, harum tanah basah menguar di indra penciuman. Hujan baru reda, tetesan air dari ranting pohon pun masih tedengar samar. Murid-murid yang menjadi tawanan Yan Liqin sudah tertidur pulas di tempat yang sama, kecuali Wei Yizi. Saat ini tubuh Wei Yizi terbungkus selimut tebal yang Yan Liqin berikan. Gadis itu duduk meringkuk seraya mengeratkan selimutnya. Sejak ia makan makanan dari Yan Liqin sampai sekarang, Wei Yizi pun tidak merasakan ada yang aneh dari tubuhnya. Wei Yizi merasa tidak keracunan atau pun menunjukkan gejala keracunan. Sakit di punggung dan tangan Wei Yizi juga sudah mereda sejak Yan Liqin mengobatinya. Ternyata tidak hanya dirinya yang diobati, tetapi Yan Liqin menyuruh Xiaowen untuk mengobati luka teman-temannya yang lain. Wei Yizi tidak bisa menilai, sebenarnya Yan Liqi orang jahat atau orang baik. Melihat Yan Liqin yang seperti ini, seolah Yan Liqin adalah orang baik, pengertian
"Aku? Kamu tidak perlu tahu aku baik atau tidak. Yang perlu kamu tahu, aku selalu jalan di jalan yang menurutku benar," jawab Yan Liqin. "Tetapi apa pun yang menurutmu benar, bisa jadi itu tidak benar," kata Wei Yizi. "Lalu, apa menurutmu yang aku lakukan salah? Aku datang membalaskan dendamku pada Lan Feiyu yang sudah membuat adikku menderita. Kalau itu hanya aku, aku tidak akan peduli. Tetapi kalau menyangkut adikku, aku tidak bisa diam." "Aku iri pada adikmu. Adikmu mempunyai kakak yang hebat sepertimu. Sedangkan aku? Aku memiliki ayah, tetapi sama saja aku tidak memiliknya." "Lalu, kenapa kamu marah saat ayahmu dibunuh Lan Feiyu?" tanya Yan Liqin. Wei Yizi tercekat, "Ba ... bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Wei Yizi. "Tidak ada yang tidak aku ketahui. Biarkan saja ayahmu mati, ayahmu memilih melawan Lan Feiyu untuk mendapatkan lempeng Vi dari pada memilihmu yang masih berada di tangan Li Ren. Ayahmu itu sama bedebahnya dengan Lan Feiyu." "Tapi dengan ayahku mati, aku tidak pu
Lan Feiyu, Li Haoxi dan Zizi melanjutkan perjalanannya memasuki hutan liar. Di hutan itu banyak ditumbuhi semak belukar yang membuat mereka kesusahan untuk lewat. Lan Feiyu membabat habis semak-semak belukar yang menghalangi jalannya. "Awas!" pekik Aixing saat ada akar hidup yang menyambar di udara. Lan Feiyu melempar pedangnya mengenai akar yang langsung mati. Namun kenyataannya, akar-akar lain mendekati mereka dan berusaha melilit mereka. "Berpencar!" titah Li Haoxi berlari sembari menarik pedangnya. Pun dengan Zizi yang langsung terbang ke udara. Zizi mengambil serulingnya dan mulai meniupnya. Akar itu semakin menjadi menyerang. Dua akar menyerang Zizi, Zizi menghindari serangan-serangan itu seraya masih meniup serulingnya. Lan Feiyu bertarung dengan akar-akar yang kini berusaha membelit tubuhnya. Jujur demi apapun, Lan Feiyu lebih baik melawan manusia langsun daripada melawan monster yang seperti ini. Lan Feiyu mengayunkan dua pedangnya untuk memutus akar-akar hidup. "Akhh