Margarette memasukan tangan nya ke dalam kotak dan merasakan ada tumbuhkan kertas di dalam kotak itu. Karena penasaran, Margarette pun menurunkan kotak itu kembali. Pelan-pelan Margarette menarik tumpukan kertas dari dalam kotak itu. Dan ternyata tumpukan kertas itu adalah.. "Ini?" seru nya dengan wajah terkejut yang tidak terkatakan. "Maaf Nyonya Margaret. Itu seharusnya milik Nyonya Roselyn, ibu nya nona Gwen." Dengan cepat Rery melimpir ke depan dan mengambil kertas-kertas yang ada di tangan Margarette yang merupakan surat kepemilikian sebuah Vila Mewah yang ada di Bali. "Nyonya Roselyn, ini milik mu. Tuan Muda Aiden memberikan ini untuk mu setelah bertanya pada nona Gwen apa yang paling kau sukai." Ucap Rery sambil menyerahkan dokumen kepemilikan vila itu pada Roselyn. "Tuan Muda Aiden, terima kasih banyak." Ucap Roselyn yang hampir saja membungkuk namun dengan cepat di tahan oleh Rery. Sambil menggeleng Rery berkata pada Roselyn, "tidak pernah ada sejarahnya ibu membungkuk
"Nyonya Margaret, bisa kah anda bergeser sedikit ke sana. Sebab aku sedari tadi ingin memasukkan hadiah-hadiah lain yang tuan Muda Aiden siapkan untuk seluruh keluarga Meteo! Tuang Muda Aiden memang seperti itu Nyonya Margaret! Dia tidak suka berbuat sesuatu yang menimbulkan kecemburuan sosial. Jadi nyonya Roselyn dapat maka semua orang dapat. Walau pun bentuk nya berbeda. Tidak mungkin dapat Vila semua nya kan?" Sarkas Rery, tersenyum sebentar ke Margarette yang masih berdiri mematung di tengah ruangan itu."Bay..Bay!!" Panggil Rery pada salah satu pelayan Aiden yang bertugas menjaga hadiah-hadiah itu tetap berada di dalam mobil yang terparkir di luar."Bay! Hadiah nya sudah bisa di turunkan. Ruangan nya sudah lapang." Teriak Rery sekuat yang dia bisa, agar semua telinga di dalam ruangan itu mendengar kalau hadiah yang tuan Muda nya bawa itu banyak nya sampai memenuhi satu ruangan itu.Dan benar saja, setelah satu persatu hadiah itu di angkat ke dalam ruangan itu, hadiah nya benar-b
"Benar bu, aku ingin ibu membantu membagikan nya. Aku kan tidak mengenal anggota keluarga Meteo seperti ibu mengenal mereka. Aku yakin ibu pasti bisa menolong ku. Ibu tidak keberatan menolong putra ibu ini kan?" Ungkap Aiden dari kursi roda nya yang di dorong oleh Gwen. "Aiden terima kasih." Ucap Roselyn pada Aiden. "Aku lah yang seharus berterima kasih. Terima kasih, karena diri mu telah membiarkan Gwen tinggal di dalam rahim mu selama sembilan bulan lama. Terima kasih, karena diri mu telah melahirkan nya. Terima kasih, karena diri mu telah membesarkannya. Terima kasih, karena diri mu telah mendidik nya. Aku rasa segudang rasa terima kasih ku tidak akan cukup, karena jasa diri mu lah aku bisa berjodoh dengan nya." Gwen langsung melihat ke arah Aiden untuk memastikan semua kata-kata indah yang barusan dia dengar benar keluar dari mulut nya Aiden. Sebab selama hampir tiga hari bersama nya, selain wajah nya yang datar dan senyum nya yang jarang, kata-kata setajam silet lah yang acap
"Nyonya Gwen, seperti nya anda sudah salah paham akan sesuatu hal." Ujar Rery, berinisiatif menjelaskan seperti apa keadaan yang sebenarnya. "Memang benar apa yang terjadi di dalam ruangan tadi, itu semua telah di rencanakan. Tapi masalah hadiah yang diberikan oleh tuan Muda Aiden ke ibu mu dan juga anggota keluarga mu yang lain, itu bukan properti sandiwara seperti yang katakan tadi. Yang setelah sandiwara selesai lalu di kembalikan." Lanjut Rery. "Semua hal itu benar - benar ada pemberian tuan Muda Aiden untuk pihak keluarga mu nyonya Gwen. Sedang kan hadiah pernikahan untuk mu dari tuan Muda Aiden, telah tuan Muda Aiden siapkan dan tempatkan di kamar kalian." Jelas Rery. "Jadi, semua itu asli? Humps, maksud ku jadi semua benda-benda mahal tadi memang merupakan pemberian dari tuan Muda Aiden untuk keluarga ku?" Ulang Gwen bertanya sekali lagi untuk meyakinkan diri nya bahwa dia tidak sedang di prank oleh Aiden dan juga Rery. "Haruskah kau bertanya sampai berkali-kali seperti itu
"Kak Roland? Ada apa? Apa kau ada perlu dengan ku?" tanya Gwen yang terpaksa berhenti karena Roland memanggil nya. Seperti biasa, Roland tersenyum sangat manis pada Gwen. Dia berjalan mendekat ke arah Gwen dan Aiden kemudian berkata, "tidak! Aku tidak ada perlu dengan Gwen kesayangan ku ini. Aku ada perlu dengan Aiden." Ujar Roland pada Gwen lalu sesaat kemudian menoleh ke Aiden. "Aiden, bisa kah kita bicara empat mata. Hanya kau dan aku." Sambung Roland dengan nada bicara dan intonasi yang sangat berbeda bila dibandingkan saat dia bicara dengan Gwen tadi. "Kau tidak keberatan kan kau Gwen?" Tidak lupa Roland meminta persetujuan dari Gwen. "Aku sih selama Aiden nya bersedia, aku pun tidak masalah." Jawab Gwen sambil melirik pada Aiden yang wajah sudah memetak lagi sejak kedatangan Roland. "Humph! Kau mau bicara dimana?" Tanya Aiden pada Roland, dengan nada tidak suka yang sangat kental. "Bagaimana kalau di ruang kerja ku." Jawab Roland. "Ruang kerja nya kak Roland? itu arti nya
Bagaikan serentetan peluru yang di tembakan dalam satu waktu, semua kalimat itu keluar dengan sangat lancar dari mulut Roland. Entah karena memang telah ia konsep terlebih dahulu, atau karena hati yang terlalu panas melihat kebersamaan Aiden dan Gwen. Aiden menarik nafas sedalam yang dia bisa.Lalu mata nya bergerak melihat ke arah Roland yang sudah tremor tangan nya karena saking emosi nya. "Aku benar-benar tidak tahu kalau adik yang kau ceritakan pada ku dua tahun yang lalu itu adalah Arneta Gwen meteo." Jawab Aiden. "Dan mengapa aku hanya pasrah dengan semua ini, alasan sangat simple Roland! Tidak kah kau lihat keadaan ku ini? Semua ketidak berdayaan ku berasal dari kondisi ku ini. Aku bukan Aiden yang kau kenal dulu. Semua hak istimewa ku telah di ambil paksa dari ku." Lanjut nya. "Aku rasa kau tidak buta untuk melihat semua nya secara langsung tadi. Bagaimana keluarga mu mendewakan Theodor lah dan menghinakan diri ku." Kalimat itu menjadi kalimat penutup penjelasan Aiden atas
"Tunggu dulu!" tahan Aiden.Aiden pun menggerakan kursi roda nya menuju meja hias yang ada di dalam kamar tersebut.Kemudian di ambil dari dalam laci meja hias tersebut dan di bawa nya menuju Roland."Benda ini milik mu! Bawa lah kembali. Aku tidak bisa membiarkan istri ku menerima simbol ungkapan cinta dari pria lain. Baik dia sadar bahwa itu adalah simbol ungkapan cinta atau pun dia tidak menyadari nya sama sekali. Aku tidak peduli. Namun yang pasti, aku tidak mengizinkan benda-benda seperti ini ada di tangan istri ku." ucap nya dengan sangat tegas. Aiden sama sekali tidak menyembunyikaan rasa tidak suka nya pada Roland."Dulu orang hanya mengenal mu sebagai seorang pria yang introvert, Aiden. Tapi mulai hari ini, orang -orang akan mengenal mu sebagai seorang introvert yang posesif."Roland mengambil kotak itu dengan kasar dan berkata, "Kalau kau tidak bisa membuat nya bahagia maka aku akan datang kapan saja untuk merebut nya dari mu."Usai mengatakan itu, Roland pun pergi meninggal
"Bagaimana menurut mu Aiden?" tanya Will pada Aiden yang entah karena terlalu hikmat mendengarkan cerita Will maka nya tidak bersuara atau jangan-jangan Aiden benar-benar telah tertidur,"Aiden ? Aiden?? Kau masih bersama ku kan?" Tanya Will yang sempat berpikiran kalau Aiden benar-benar tertidur.Tapi sama sekali tidak ada sahutan balasan dari Aiden."Tuan muda Skyaleden Gavin Junior yang budiman?? Apa kau masih di sini bersana ku?" Panggil Will ulang."Astaga!!! Apa dia kira aku tadi sedang mendongeng? bisa-bisa nya dia malah tertidur!"Fix! Will mengira Aiden saat ini sedang tertidur."Skyaleden Gavin Junior??" Teriak Will di telinga Aiden sambil menggoyang kuat tubuh Aiden."Hmmm.. Tentu saja aku masih di sini Will." Jawab Aiden denag selow, bak tidak terjadi apaa-apa padahal Will sudah berteriak berkali- kali."Aku kira kau ketiduran!!" Seru Will."Nyaris saja." Jawab Aiden dengan gampang nya membuat Will semakin kesal."Astaga! kau ini! Jadi aku cerita panjang kali lebar tadi ti