"Benar! Ak juga sangat penasaran mengapa keluargaku begitu tergesa-gesa menggumumkan kematianku?" Semua orang reflek menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang sedang berbicara barusan. "Tuan Muda Skyleden Gavin Junior?" Sorak mereka semua serentak dan langsung berbalik, menghampiri Aiden yang datang menggunakan kursi roda bersama asistennya. "Tuan Muda Aiden- ternyata anda masih hidup? Bagaimana bisa?" "Tolong anda jelaskan pada kami, apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu, tuan Muda Skyleden Gavin Junior." "Tuan Muda Skyleden Gavin Junior, di mana anda dua hari ini? Dan mengapa anda baru muncul saat ini?" "Apakah anda telah mengetahui kalau akan ada orang yang berniat mencelakai anda makanya anda tidak ikut dengan rombongan anda?" "Tuan Muda Skyleden Gavin Junior- tolong jawab pertanyaan-pertanyaan kami." Pertanyaan langsung bertubi-tubi muncul tepat setelah Aiden muncul. "Teman-Teman wartawan, harap tenang. Tuan Muda Aiden akan menjawab semuanya. Tapi mohon kerja sama
Satu jam kemudian "Apa maksud semua ini, Skyleden Gavin Junior?" Berang Garrand Gavin pada cucu nya itu setelah semua wartawan bubar. "Ayah! Apa yang ayah katakan? Mengapa ayah malah marah pada Aiden?!" Bentak Bridgette, yang seperti biasa selalu pasang badan bila Aiden terkena masalah di rumah. "Bridgette! Jaga ucapanmu! Kau tahu dengan siapa kau yang bicara?!" Teriak Danieta sambil menyentak kasar tangan Bridgette. "Lepaskan tanganku! Aku tidak sudi di pegang olehmu Danieta!" Seru Bridgette marah dan menepis tangan Danieta. "Aku peringatkan kalian! Sudah cukup kalian semua mengingikan kematian Aidenku!" Serunya lalu mengambil alih kursi roda Aiden yang tadi nya dipegang Rery, kini sudah berada di tangan nya. "Jangan kau bawa dia kemana-mana Bridgette?!! Aku masih belum selesai bicara!" Aum Garrand Gavin. "Apa lagi yang ingin ayah bicarakan?!" Bentak Bridgette pada ayahnya. "Selama ini Aiden selalu saja diam dengan semua yang kalian katakan padanya! Dengan semua ketidak adilan
"Glek..."Gwen bersusah payah menelan saliva nya."Gwen! Seharusnya bukan kau yang saat ini takut! Tapi Aiden lah yang seharusnya takut!" BisikGwen kecil di telingaGwen."Benar! Bukan aku yang seharusnya takut! Tapi dia !"Gwen pun mengumpulkan segenap keberanian nya dan mencuri lihat ke arah Aiden."Apa lagi yang kau tunggu nonaGwen?" Ulang Aiden."Baik!" JawabGwen tanpa protes dan langsung mengunci pintu itu dari dalam kamar.Aiden berdiri dari kursi roda nya dan menarik lampu hias yang ada di bagian atas rak buku milik nya.Dan seperti kejadian semalam, rak buku itu pun bergeser dan setelah Aiden dorong, terilhat lah ruangan menuju terowong yang semalamGwen masuki."Ayo, tunggu apa lagi?" Ujar Aiden yang kemudian berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam ruangan menuju pintu keluar rahasia itu setelah mendorong serta kursi roda nya ke dalam ruang rahasia.Gwen melangkah pelan dan meng
"Maaf-" ucap kedua nya serentak dan langsung menoleh ke tempat yang berlawanan."Kita pulang sekarang?" Tanya Aiden tanpa menoleh keGwen."Hem- boleh!" Jawab Gwen malu -malu.Sampai mereka berdua keluar dari ladang bunga matahari, tidak seorang pun dari mereka yang buka suara.Kedua nya berjalan sambil menunduk. Hingga-Ayok!" AjakGwen yang langsung berlari ke dalam terowongan begitu melihat pintu terowongan.Aiden tidak menggubris ajakan Gwen. Namun sekilas Aiden terlihat tersenyum melihatGwen yang mulai menjauh.***Di tempat lain..."Benar yang nyonya katakan. Tuan Muda Aiden kembali." Ujar si pengawal kepercayaan pada nyonya nya."Tentu saja ! Namun yang tidak terprediksikan oleh ku adalah Aiden akan tampil di depan semua wartawan seperti tadi. Aku sungguh tidak menyangka."Si nyonya berhenti sejenak berbicara lalu menatap lurus ke arah pengawal nya yang bernama Yu Bin
"Hmm- Aku memang berpikir demikian. Dan kalau itu benar, maka di luar sana, terdapat satu orang lagi yang telah merancang AI sistem seperti yang kau buat Will." Dennni kembali membuat kesimpulan nya sendiri."Bisa saja tuan." Jawab Will."Musuh Aiden tidak kaleng-kaleng saat ini. Kita harus menyampaikan hal ini pada Aiden." seru Dennis."Kau benar, Mr. D." Jawab Will.******Hari pun kini telah berganti malam. Bridgetten yang datang untuk mengajak Aiden dan Gwen makan malam di kediaman nya, kini sudah berada di depan pintu kamar Aiden."Aiden, ini bibi. Apa kalian sudah siap?" Tanya Bridgette dari luar kamar Aiden."Sreeeeeeet..!!!!!!" pintu kamar Aiden dan Gwen pun terbuka. Lalu kedua nya muncul dari dalam kamar itu."Kami sudah siap bibi." Jawab Aiden."Aku kira kalian berdua tidak membaca pesan yang aku kirimkan setelah pelayan ku mengatakan pada ku kalau dia sudah mengetuk pint
Pagi pun telah tiba.Seperti biasa Gwen bangun sambil merentangkan tangannya. Tapi saat dia hendak merentangkan tangannya, tangannya pun mengenai sesuatu."Astaga !! Kenapa aku lupa! Akukan sedang di dalam kantung tidur." Gumam Gwen tidak jelas dengan mata terpejam dan langsung mencari ujung kantong tidur itu untuk membuka resleting yang tidak panjang.Namun setelah Gwen raba-raba bukan nya resleting yang dia dapat, Gwen malah merasakan sebuah tangan."Tangan?" gumamnya pelan tapi masih dengan mata terpejam sebab nyawa nya yang masih belum terkumpul sempurna."Tangan siapa ini?" Gumam nya lagi, masih malas untuk membuka mata."Apa jangan -jangan itu tanganku?" ocehnya lagi."Hmm ini tangan kananku!" cicitnnya semakin tidak jelas sambil mengangkat tangan kanannya."Lalu ini tangan kiriku!" Sebutnya lagi sambil mengangkat tangan kiri nya."Kalau bukan tangan kanan dan tangan kiriku? Lantas tangan siapa?" Ujar nya sambil berpikir di tengah rasa kantuk yang masih menguasai diri nya."Skyal
"Angela! Sudah! Jangan di lawan lagi!' Ujar manager nya Angela. "Jangan di lawan? Kau tidak lihat, si Gwen-Gwen itu yang sengaja mencari lawan pagi-pagi begini!!" Seru Angela yang akhir nya memuntahkan amarah nya pada manager nya. "Dan kau! Kenapa kau tidak membantuku tadi? Mengapa kau hanya diam saja! Seharus nya dengan jumlah kita yang lebih banyak seperti ini dia tidak bisa membalas ku seperti tadi!" Bentak nya marah. "Sudahlah Angela! Kau tidak lihat kalau orang-orang sedang memperhatikan kita saat ini. Tolong jaga profesionalitas mu sebagai model! Jangan bikin malu dirimu sendiri."Tukas manager Angela. "CK!!" Decak nya kesal. "Ini semua karena Arneta Gwen meteo!!" Serunya pelan, geram dan kesal sambil menghentakkan kaki nya. "Akan aku permalukan kau nanti Gwen! Tunggu saja." Angela pun kembali melanjutkan perjalanan nya ke ruang syuting. Karena semua orang yang di perlukan untuk syuting ini telah datang, maka briefing persiapan syuting pun di mulai. Semua model yang terli
"Kalau begitu, kalian punya waktu tiga jam untuk bersiap-siap. Ruangan kalian di siapkan. Namun sebelum nya, karena proyek ini melibatkan banyak sekali model, jadi satu ruangan akan di pakai oleh dua orang."Jelas Gwen. "Nama -nama kalian ada di depan pintu ruangan. Sekian saja briefing pagi ini. Selamat bekerja." Tutup Jackson lalu keluar dri ruangan. Setelah Jackson keluar, para model pun langsung bangun dari duduk mereka. Dengan pandangan sinis mereka berjalan melewati Gwen. "Ini orang-orang pada kenapa?" Gumam Gwen heran saat melihat wanita-wanita cantik itu memandang nya sinis. "Aku sungguh berharap aku tidak satu ruangan dengan nya. Bisa-bisa dia meminta perlengkapan make-up ku dan juga meminjam salah satu gaun mahal itu. Sungguh parasit!" Seru Ola. "Kasian sekali Angela sebagai kakak nya, hidup dengan parasit seperti itu." Sambung Lili yang berjalan bergandengan tangan dengan Ola. "Ya Tuhan! Hoax apalagi yang di sebarkan oleh Angela Oh Angela itu!!" Seru nya Gwen kesal, dal